Pengantin Simon
Simon mengangkat tangan kirinya dan menarik lengan kemeja putih yang ia kenakan ke arah atas. Ia melirik angka pada jam tangan yang menunjukkan pukul sebelas siang. Ia mendesah berat.
“Tolong aku Bruno ... bisakah kau lebih cepat? Raja kerajaan Icengard akan mengamuk dan memusuhiku. Aku sudah sangat terlambat.”
Sopir bernama Bruno yang mendengar ucapan tuannya itu tersenyum kecil mendengar panggilan tuannya untuk putra kecilnya yang berumur 6 tahun.
“Saya sudah berusaha, Tuan, tapi saya harus mengutamakan keselamatan Anda,” ucap Bruno.
“Habislah aku, Bruno. Leon tidak akan mau bicara padaku lagi.”
“Anda selalu bisa membujuknya, Tuan.”
“Ya, tapi tetap saja ia akan menghukumku. Leon tahu aku tidak suka jika ia pergi ke Mansion Lucca. Ia akan meminta untuk diantarkan kesana, hanya sekedar untuk membuatku kesal.”
Bruno tersenyum lagi mendengar keluhan tuannya. Tuan Simon dan Tuan Lucca memang mempunyai hubungan yang sedikit aneh menurut Bruno. Itu mungkin disebabkan karena istri Tuan Lucca, Nyonya Marylin dulunya adalah mantan kekasih Tuan Simon. Nyonya Marylin adalah ibu dari Tuan kecil Leonard, putra kesayangan tuan Simon yang sudah berusia 6 tahun. Nyonya Marylin lalu bertemu tuan Alrico Lucca dan menikah, sedangkan tuan Simon masih melajang hingga saat ini.
“Kita tiba, Tuan.” Bruno membelokkan mobil masuk ke pelataran parkir sebuah taman kanak-kanak.
Mereka langsung menuju sebuah gedung besar di bagian belakang area itu. Gedung tempat aula pertunjukan. Begitu mobil berhenti, Simon bergegas keluar, namun ia berhenti melangkah ketika melihat segerombolan orang keluar dari arah dalam gedung.
Suara riuh anak-anak dengan balon di tangan yang satu dan tangan yang lain digandeng ayah atau ibu mereka terdengar berisik.
“Matilah aku,” bisik Simon.
Bruno yang sudah turun dari mobil sampai terkekeh geli mendengar ucapan tuannya.
Satu demi satu orang-orang yang keluar dari dalam gedung berjalan menuju tempat parkir. Seorang wanita yang menggandeng seorang anak perempuan yang memakai kostum bunga mendekat ke arah mobil yang parkir di samping mobil Simon.
Seorang pria yang mengiringi dua perempuan tersebut mengeluarkan kunci dari dalam kantong. Simon memberanikan diri bertanya pada pria tersebut.
“Maaf, Sir. Bisakah aku bertanya?”
“Oh, ya. Tentu saja,” jawab pria itu dengan ramah.
“Apakah pertunjukannya sudah selesai?” tanya Simon.
“Pertunjukannya sudah selesai sejak setengah jam yang lalu, tapi anak-anak melanjutkan dengan bermain. Jadi baru sekarang semuanya keluar dan pulang,” jelas pria tersebut.
“Oh ... terimakasih informasinya.”
“Ya.”
Simon memberi tanda pada Bruno agar menunggu. Ia akan mencari Leonard. Setidaknya ia bisa menjemput putranya itu meskipun tidak bisa menghadiri pertunjukannya. Simon tahu Leonard akan merajuk dan mungkin kecewa, karena Simon sebenarnya sudah berjanji untuk menghadiri dan menonton pertunjukan yang dikatakan Leonard sebagai pertunjukan hebat karena ia berperan sebagai seorang raja dari sebuah kerajaan bernama Icengard.
Simon berusaha melewati kerumunan orang-orang yang keluar dari dalam gedung dengan mata mencari-cari keberadaan putranya. Ia memandang berkeliling. kursi-kursi sudah mulai kosong, orang-orang berdiri mengantri untuk keluar dari ruangan pertunjukan. Simon tidak melihat keberadaan Leonard di manapun.
Di balik tirai pertunjukan, Leonard yang sudah berganti kostum dari pakaian seorang raja ke pakaiannya sendiri melihat keberadaan ayahnya. Kedua pipinya menggembung dengan mata berkilat-kilat marah. Ia memutuskan tidak mau pulang bersama sang ayah.
“Leon ... Apakah ayahmu belum datang juga?”
Leon berbalik dan menemukan ibu gurunya yang memandang dengan sorot sedih. kejengkelan bocah itu bertambah pada sang ayah karena membuat ibu guru kesayangannya mengasihaninya.
“Daddy ternyata tidak bisa hadir, Mam Ann.”
“Jadi bagaimana? Apakah kau mau Ibu antar pulang?”
Anna Geraldi, ibu guru yang biasa dipanggil Mam Ann oleh murid-muridnya itu menawarkan diri mengantarkan Leonard pulang. Ia tahu Leon kecil sangat kecewa karena sang ayah tidak datang ke pertunjukan yang bagi Leonard adalah pertunjukan besar karena dirinya yang berperan sebagai Raja.
“Tidak perlu, Mam. Paman Seth yang menjemputku, Nanny Lea juga pasti ikut menjemput. Leon pergi dulu, Mam. Kasihan jika mereka menunggu terlalu lama.”
Anna menganggukkan kepala, lalu seorang guru lain memanggilnya. Ia menatap terakhir kali pada Leonard.
“Hati-hati, Leon. Jika Paman Seth dan Nanny Lea belum datang, Leon jangan kemana-mana ya. Ibu yang akan mengantar Leon pulang,” ucap Anna.
Leonard mengangguk, lalu melambaikan tangannya dan secepat kilat berlari dari balik panggung. Ia tidak ingin terlihat oleh sang ayah.
Setelah melihat Leonard berlalu, Anna berbalik dan pergi ke arah temannya yang tadi memanggil. Ia belum lama mengajar di Taman Kanak-kanak tersebut, tapi ia sudah bertemu hampir semua orang tua murid di kelasnya, yang datang mengantar ataupun menjemput putra-putri mereka ketika sekolah. Tentu saja ia pernah bertemu Paman Seth atau Nanny Lea yang disebutkan oleh Leonard. Tapi dua orang tersebut belum pernah ia ajak mengobrol. berbeda dengan para ibu atau ayah yang akan menanyakan bagaimana hari anak-anak mereka selama di sekolah, Seth maupun Lea sepertinya bingung ketika ia mengajak mereka mengobrol. Seorang pria tua bernama Hamilton yang diduga Anna sebagai kakek dari Leonard juga pernah menjemput. Tapi mereka tidak sempat mengobrol lama karena Hamilton harus segera pergi dengan alasan mau membawa Leonard ke pertemuan keluarga.
Anna sempat beberapa kali melihat ayah dan ibu Leonard datang menjemput. Sebuah Limosin berhenti di depan sekolah saat itu, Anna melihat dari kejauhan ketika seorang pria turun disusul seorang gadis kecil yang sangat cantik. Keduanya menghampiri Leonard dan langsung berpelukan, lalu seorang wanita yang amat sangat cantik seperti model turun dari Limo sambil menggendong seorang anak perempuan yang mungkin baru berumur sekitar dua tahunan.
Anna tidak sempat mengajak orang tua Leon itu mengobrol. Ibu Leonard mungkin sedikit sibuk dengan dua balita yang harus ia urus, apalagi ayahnya, yang terlihat seperti seorang pengusaha sukses. Tentulah waktunya banyak tersita oleh pekerjaan, sehingga lebih sering Nanny Lea dan Seth yang menjemput anak itu.
********
“Ayolah Leon ... sampai kapan kau mau memarahi Daddy? Kita pulang dan bicarakan hal ini,” ucap Simon dengan nada membujuk.
“Jangan bicara dengan Leon,” ucap Leonard dengan dua pipi menggembung.
Dari kejauhan, Anna yang baru saja keluar gerbang sekolah mengerutkan kening melihat sosok Leonard yang berjalan sendiri di trotoar tak jauh dari gerbang sekolah. Beberapa langkah di belakangnya, seorang pria mengikutinya dengan amat perlahan, seolah mengatur jarak antara dirinya dengan Leonard, lalu di pinggir jalan, sebuah mobil berwarna hitam mengikuti mereka dengan sangat pelan. Tampak sangat mencurigakan di mata Anna.
Bila pria itu menangkap Leon dan memasukkannya ke mobil hitam dengan cepat, maka tidak akan ada yang tahu, pikir Anna lagi.
“Siapa pria itu? “ bisik Anna.
Sosok itu tidak tampak seperti Seth yang biasa menjemput Leon. Menuruti instingnya, Anna berjalan perlahan mengikuti pria itu, mengatur jarak aman agar tidak terlalu ketara kelihatan kalau ia membuntuti. Ia pura-pura berjalan sambil memainkan ponsel.
“Kau tahu, Leonard ... kau akan ditangkap dan diangkat paksa, lalu dimasukkan ke dalam mobil. Bruno akan membantu ....” Ucapan pria itu terdengar jelas oleh Ann, ia mengikuti keduanya dengan jarak makin dekat. Jantung Ann bertalu cepat. Pria itu sepertinya benar-benar akan menculik Leon.
Pikiran buruk menghantui Ann.
Anak seorang pengusaha kaya ... wajar saja jadi incaran penculik, pikirnya panik.
“Leon akan berteriak kalau Leon diculik!” teriak Leon.
Simon menyeringai, setidaknya putranya itu sekarang berhenti berjalan dan berbalik menghadap ke arahnya.
“Teriak saja, tidak akan ada yang mendengar, kita sudah lumayan jauh dari sekolah. Lagipula sekolahmu sudah sepi,’’ ujar Simon.
Leonard ganti menyeringai, ia sudah melihat keberadaan Mam Ann tak jauh di belakang ayahnya. Seketika anak kecil yang sedang jengkel tersebut ingin sekali mengerjai sang ayah.
“Daddy tangkap saja aku sekarang,” ucapnya dengan suara pelan. Berusaha agar kata-katanya jangan sampai terdengar ke telinga ibu gurunya.
Simon menyeringai. “Baiklah, bersiaplah untuk ditangkap!” ujarnya geli.
Ketika Simon bergerak cepat untuk menangkap putranya, Anna juga dengan cepat berlari mendekat. Ponselnya sudah ia masukkan ke dalam kantong, lalu kedua tangannya dengan cepat mengayunkan tas bahunya ke arah kepala Simon.
“Mau apa kau! Dasar Penculik!” seru Ann dengan garang.
NEXT
Cast : Leonard Bernard
>>>>>
From Author,
Hai readers, tetap seperti biasa klik like, love ,bintang lima dan komentar kalian ya. Jangan lupa juga vote untuk Pengantin Simon.
Biar makin greget, disaranin buat baca novel author Embrace Love dulu sebelum lanjut baca pengantin Simon, tapi bagi yang mau langsung baca ini sebenarnya gak papa juga sih😂😂
Terima kasih,
Salam, DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
lili
wah gantengan Leon putra Simon,Leon jail ya😁😁😁
2024-02-23
0
Riri
😅😅😅😅 meski berulang ulang bacanya tetep ngakak
2023-09-21
1
Juhairiah Raisa
maaf saya ikut menyapa
2023-09-12
1