Leon menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Jalur kecil yang mereka lalui itu mengarah ke sebuah rumah kecil dari kayu. Rindang pepohonan di sisi kiri kanan jalan membuat udara terasa sejuk dan dingin.
"Mam Ann sendirian di sini?" tanya Leon, mengeratkan genggaman tangannya yang di gandeng oleh Anna.
"Iya."
"Tidak takut?"
"Pada apa?"
"Entahlah ... binatang buas? Beruang? Serigala?"
Anna tertawa. Imajinasi bocah itu sepertinya sudah berkelana kemana-mana karena situasi di sekitar pondoknya.
"Tidak ada binatang buas, Leon. Jika ada, tidak akan ada yang diperbolehkan tinggal di wilayah ini oleh pemerintah kita."
Leon mengernyit. "Memangnya ada orang lain yang tinggal di sini?"
"Tentu." Anna berhenti, lalu menunjuk sisi kanannya di kejauhan, diantara pepohonan. "Leon lihat di sana? Ada pondok seperti ini lagi ... di sana ada pasangan tua tuan Wembley dan istrinya."
Leon menyipit, merasa tidak melihat ada pondok di arah yang Anna tunjuk.
"Ayo ...."
Anna menarik Leon berjalan kembali ke arah rumah. Ketika tiba, Leon langsung melepas tangannya dari Anna. Naik ke beranda kecil pondok tersebut dengan cara melompat.
"Ini mengagumkan! Seperti sedang liburan ke Green Forest!" teriak Leon sambil berlari dari satu ujung ke ujung lain beranda.
Anna hanya tersenyum, mencari kunci di dalam tasnya dan mulai membuka pintu.
"Green forest? Tempat apa itu?" tanya Anna sambil mendorong pintu hingga terbuka.
Melihat pintu bergerak membuka, Leon melaju masuk tanpa menunggu Anna mengajaknya.
"Itu tempat Kakek dan Nenek dimakamkan! Ada sebuah Villa yang sangat cantik! Juga air terjun dan pondok seperti ini!" Leon memandang bagian dalam pondok Anna yang sederhana. Hanya ada kursi tamu kecil berwarna hijau cerah, lalu sebuah pintu menuju kamarnya, dan ke arah belakang langsung menuju dapur yang hanya dibatasi oleh kayu penyekat.
"Tapi pondok Mam lebih bagus! Pondok di sana tidak ada isi apapun kecuali semua peralatan untuk para pemburu!"
"Para pemburu!? Memangnya di sana mereka berburu apa?"
Leon menaikkan kedua bahunya. "Tidak tahu! Kata Daddy Claude kadang mereka hanya datang untuk sekedar berburu kelinci atau rusa! Semacam piknik di hari libur Mam!"
Anna mengangguk, lalu meletakkan tasnya di atas sofa kecil di ruang tamu. Ia kemudian menuju dapur.
"Ayo, cuci tanganmu dan duduklah di kursi itu," tunjuk Anna.
Leon menurut, ia mencuci tangannya di wastafel dibantu Anna, lalu duduk di sebuah kursi yang ada di meja bulat kecil di sudut dapur. Kursi satu-satunya yang ada di sana.
"Mam akan memasak. Leon tidak pemilih bukan? Mam tidak bisa memasak hidangan ala koki ternama. Hanya memasak agar bisa makan dan tidak kelaparan. Tapi Mam jamin, rasanya tidak akan terlalu buruk."
Leon menyeringai ketika melihat Anna mengacungkan sebuah telur ke arahnya dan mengeluarkan beberapa benda dari dalam kulkas.
"Leon suka telur! Daddy pintar membuat omelet!"
Anna mengambil sebuah celemek yang digantung di dinding, lalu mengenakan benda tersebut di depan tubuhnya.
"Oh ya? Apakah buatan Daddymu enak?"
Leon mendongak, menatap ke arah langit-langit, terlihat berpikir untuk menjawab pertanyaan tersebut. Anna terkekeh melihat ekpresinya.
"Kau mirip sekali dengan ayahmu ...," ucapnya tanpa sadar.
Leon yang mendengar hal tersebut langsung tersenyum. "Orang-orang juga bilang begitu! Katanya aku mirip Daddy! Meskipun mata Leon tentu saja mengikuti warna mata Mommy Mary dan juga Mommy Catty!"
Anna mengerutkan keningnya. Sebutan Daddy sepertinya tidak hanya disematkan oleh Leon pada satu orang, begitu juga dengan Mommy.
"Katakan ... ada berapa orang yang Leon panggil sebagai Daddy? Dan berapa Mommy?"
Anna mengocok telur sambil terus bercakap-cakap, memasukkan beberapa irisan jamur dan daging kedalam kocokan telur tersebut.
Leon mengangkat tangannya, lalu mulai menghitung dengan jari.
"Ada Daddy Simon ... Daddy Claude ... Daddy Alric, hmmmm ... lalu ada Mommy Mary dan Mommy Catty."
"Yang mana ayah kandung Leon?"
"Mmmmm ... Daddy Simon ..."
"Mommy Leon? Yang melahirkan Leon siapa? Mom Mary atau Catty?"
Anna melirik ke arah Leon yang duduk sambil menatap ke arah omelet yang Anna buat. Bau wangi memenuhi dapur.
"Leon lapar, Mam ...." ucapnya.
Anna terkekeh, bocah itu sepertinya benar-benar lapar. Ia kembali menggosok perutnya berulang kali.
"Akan siap sebentar lagi, Mam akan menggoreng kentangnya setelah ini."
Leon mengangguk antusias.
"Jadi? Yang mana Mommy kandung Leon?" Anna kembali bertanya, ia sangat penasaran dengan orang tua muridnya yang satu ini.
"Mommy Mary! Tapi Mom dan Dad tidak menikah! Mom Mary menikah dengan Daddy Alric. Leon punya dua adik perempuan! Ada val dan Aislin!"
Anna mengangguk mengerti.
Jadi mereka bercerai ... dan Mary menikah lagi ... Anna membatin.
"Kalau Daddy Claude itu adalah kakak Daddy Simon, Ada juga Aunt Yoan dan Paman Vincent! Semua kakaknya Dad ...."
Anna menyiapkan dua piring lebar. Menata omelet di atasnya, lalu mulai menyiapkan kentang.
"Kalau Mom Catty siapanya Leon?
"Oh! Mom Catty Mommy Leon juga! Mom Catty adiknya Mom Mary, juga istrinya Daddy Claude."
Anna menaikkan kedua alisnya mendengar hubungan yang dituturkan Leon dengan nama-nama yang tadi ia sebutkan. Hubungan antara Mary dan Catty berarti dua bersaudara, begitu juga dengan Claude dan Simon. Lalu Mary pernah menikah dengan Simon dan mendapatkan Leon, sedangkan Catty adik Mary menikah dengan Claude kakak Simon ... Anna memikirkan hubungan yang terdengar rumit tersebut. Apakah mereka baik-baik saja saat Simon akhirnya bercerai dengan Mary.
Kenapa memanggil Claude dan Catty Mom dan Daddy? Padahal mereka statusnya sama dengan Yoana dan Vincent ... paman dan bibi ....
Anna tidak meneruskan pertanyaannya ketika melihat Leon yang sepertinya sudah sangat lapar. Terus menatap ke arah piring yang ia siapkan.
"Oke ... kita makan selagi hangat ... tunggu ya ... Mam siapkan saus, roti dan juga minumnya ...."
🌿🌿🌿
"Ayo, Leon ....Mam antar pulang," Anna telah bersiap dan menarik kembali tasnya dari atas sofa.
"Mmm ... Dad tidak ada di rumah sampai sore ... bisakah Mam mengantar Leon ke Mansion Daddy Alric saja?"
Anna berpikir sejenak, bila mengingat penjelasan Leon tadi, maka Leon minta diantarkan ke rumah ibu kandungnya, Mary.
"Rumah Mom Mary?"
Leon mengangguk.
"Apa ayahmu tidak akan keberatan?"
"Dad biasa menjemput Leon di sana jika telat dan ada pekerjaan." Leon menggosok hidungnya berulang kali. Kebiasaan yang telah sering dilihat oleh Anna.
"Baiklah ...."
"Mmmm ... tapi ... Mansion Daddy Alric agak jauh sedikit ...."
"Dimana?"
"Kita mesti naik bis ke tengah pulau. Rumah Dad Alric menyendiri di sana ...."
"Baiklah ...."
Persetujuan Anna membuat senyum Leon terkembang lebar. Ia ingin sekali pergi ke Mansion Leopard menjenguk dua adiknya Valencia dan Aislin. Dua adiknya itu hanya kadang-kadang saja berada di White Sand Bay. Leon tahu mereka sekeluarga akan pergi lagi dan pulang ke Mansion utama keluarga Lucca, yang berada jauh dari pulau ini.
🌿🌿🌿
Anna melirik kepala Leon yang terangguk-angguk di sebelahnya. Bocah itu sepertinya tertidur. Dengan sebelah tangannya, Anna menghela kepala Leon agar bersandar padanya. Mereka duduk di dalam bis, tepat di belakang sopir.
Beberapa saat kemudian, Anna merasa Leon bergerak bergeser ke tengah dadanya, lalu memeluknya dengan dengan mata masih tertutup. Agar tubuh bocah itu tidak tumbang, Anna melingkupkan tangannya ke tubuh Leon.
"Saya tidak pernah melihat Anda naik bis ke arah ini," ucap Sopir yang ada di depan Anna.
"Oh," Anna terkejut karena menyadari sang sopir bicara padanya. "Iya ... saya memang tidak pernah kemari, "ucap Anna.
Sopir itu menganggukkan kepala. "Karena yang tinggal di tengah pulau sangat sedikit ... orang-orang yang bepergian dengan bis, saya kenali dengan baik," ucap sopir tersebut.
"Anda dan anak Anda tidak pernah saya lihat sebelumnya," lanjut sopir tersebut sambil tersenyum.
"Oh, saya ...."
"Pemberhentian Anda di mana?" tanya sopir itu lagi.
Anna urung mengklarifikasi hubungannya dengan Leon. Membiarkan saja perkiraan sang sopir yang mengira mereka adalah ibu dan anak. Mengurangi kalimat yang perlu ia ucapkan pada sopir tersebut.
"Anda tahu Mansion Keluarga Lucca?" Anna bertanya dan berharap sopir itu tahu. Meski Leon sudah mendeskripsikan dengan jelas ketika mereka berangkat, Anna ragu karena belum pernah sama sekali menjelajahi pulau White Sand Bay.
"Lucca ... Apakah Mansion besar di tengah pulau? Ya ... pasti itu ... hanya itu satu-satunya mansion yang ada di arah ini ...." Sopir tersebut menjawab sendiri pertanyaannya.
"Ya ... ya ... mansion itu ...."
"Kalau tempat itu akan kita lewati nanti ... saya bisa menurunkan Anda tepat di depan gerbangnya."
"Oh, terimakasih!" Anna merasa lega ia tidak perlu membangunkan Leon. Mereka akan diturunkan tepat di depan gerbang rumah Mom Mary, ibu Leon. Ia merasa aman karena tidak akan tersesat dan salah arah.
NEXT >>>>>
********
From Author,
Hai, readers, author mengucapkan terima kasih sudah singgah di pengantin simon. Jangan lupa tekan like dan cantelin favoritenya ya, meski lama, akan author update kok nanti.
Yang punya poin or coin, boleh vote hadiahnya untuk karya ini.
Sekali lagi terimakasih banyak, Luvv youuu
Salam, DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
#ayu.kurniaa_
..
2023-06-04
0
Dian Ayu Cahyono
suka alurnya sangat beraturan tidak membosankan
2023-03-16
1
Ney maniez
😲😲
2023-03-06
0