Leonard menggigit roti dan mengunyah dengan cepat, belum lagi isi dalam mulutnya ia telan, tangannya sudah mengangkat gelas tinggi berisi susu yang telah disiapkan oleh Lea pengasuhnya di atas meja.
"Pelan-pelan, Leon. Kau bisa tersedak." Hamilton mengulurkan tangan dan bermaksud mengelap sisa susu yang menempel di atas bibir bocah itu.
"Leon tergesa-gesa, Kakek Hamilton. Leon harus tiba di gerbang sekolah sebelum Jessi!" Leon kembali menempelkan bibir gelas ke mulutnya dan menghabiskan seluruh susu.
Simon yang duduk di seberang meja mengernyit menatap putranya yang bangkit dari kursi dan menghampiri Hamilton, lalu mencium pipi pria tua itu.
"Leon berangkat sekarang, Kakek."
Tanpa menunggu jawaban, ia langsung berbalik, pindah ke arah ayahnya untuk mencium pipi Simon.
"Tunggu. Kau akan pergi sekarang? Kenapa tidak menunggu sebentar lagi dan berangkat dengan Daddy?"
"No, Daddy akan lama. Leon harus pergi sekarang dengan Paman Seth." Leon mengecup pipi ayahnya lalu berlari meninggalkan ruang makan.
Ketika baru beberapa langkah berlari, kaki Leon berhenti tiba-tiba. Bocah itu itu setengah berbalik dan menatap ke arah ayahnya.
"Dad, hari ini tidak usah jemput. Leon akan pulang bersama Paman Seth dan Nanny Lea!"
Simon mengerutkan kening. "Benarkah? Apa tidak apa-apa? Kau tidak keberatan?"
"Hu uh ... Daddy pasti sibuk kan! Jadi Leon minta Paman Seth saja yang jemput!" Leon berteriak sambil berlari. Menyimpan wajahnya dari tatapan sang ayah dan kakek. Ia mengangkat tangannya dan menggosok hidung. Mengatur langkahnya yang gugup karena baru saja berbohong.
Tiba di pintu depan rumah, Leon melihat Nanny Lea pengasuhnya sudah berdiri dengan tangan memegang tas sekolah miliknya. Di depan wanita tersebut berdiri Paman Seth yang terlihat menyeringai dan mengatakan sesuatu yang membuat wajah Lea memerah.
"Nanny!"
"Uh! Ya!" Lea yang terkejut segera menoleh. Lalu menyunggingkan senyum melihat Leon.
"Ayo! Kita berangkat! Jangan sampai Jessi tiba lebih dulu!" serunya pada Seth dan Lea.
Pengawal sekaligus sopir untuk Leon dan pengasuh bocah tersebut bergerak mengikuti sambil tersenyum lebar. Mereka sudah bekerja pada keluarga Bernard sejak Leon masih bayi, jadi sangat tahu bagaimana aktifnya putra satu-satunya tuan Simon tersebut.
Setelah naik ke mobil, Lea merapikan rambut Leon yang kusut.
Kenapa kusut lagi? Tadi Nanny sudah menyisirnya dengan rapi," ucap Lea sambil menyisirkan jemarinya di kepala Leon.
"Tak apa, Nanny! Biarkan saja! Leon jadi lebih tampan kalau kusut!"
Seth dan Lea tertawa berbarengan.
"Tuan kecil sudah punya rencana bagaimana mendekati Nona Jessi?" Seth bertanya dengan mata tetap menatap ke arah depan. Mengemudikan mobil menuju Rainbow Kindergarten.
"Ya! Leon akan mengajaknya berbarengan masuk kelas!"
"Sambil mengajaknya bicara!?" tanya Lea.
"Tentu saja! Kata Mam Ann, Leon harus bersikap baik. Tidak boleh memaksa kalau mau berteman dengan Jessi."
Lea menganggukkan kepala. "Mam Ann benar sekali."
Mobil terus melaju, hingga tiba di depan gerbang sekolah. Seth turun dan membukakan pintu untuk Lea dan Leon.
Setelah turun, Lea berjongkok dan menepuk pelan pipi montok anak asuhnya.
"Jangan nakal, Oke? Belajar yang rajin," ucap Lea.
"Hu um," sahut Leon sambil memonyongkan bibir dan mencium pipi Lea. Kemudian ia berbalik dan bersiap berlari sambil melambaikan tangan ke arah Seth.
Ketika sampai di gerbang, Leonard berhenti, lalu berteriak ke arah Seth.
"Paman Seth! Nanti tidak usah jemput! Daddy bilang akan menjemput Leon sekalian dengan Kakek Hamilton! Kami akan pergi ke dermaga!"
Seth yang melambaikan tangan membalas lambaian bocah tersebut balik berteriak. "Benarkah!?"
"Iya! Kami akan pergi bersenang-senang dengan kakek Hamilton!" Leon berlari makin kencang. Takut ketahuan kalau ia baru saja berbohong.
"Baiklah ...." Seth berkata pelan, lalu dengan cepat menoleh ke arah Lea.
"Artinya kita bebas sampai sore, Lea. Tuan Simon dan Tuan Hamilton akan sibuk dengan Tuan kecil sampai sore."
"Jadi kenapa?" tanya Lea dengan wajah datar. Pura-pura tidak mengerti ucapan kekasihnya tersebut.
"Ayolah ... kita pergi kencan?" tanya Seth dengan nada menggoda.
Lea hanya mencibir, lalu berjalan ke arah depan dan membuka pintu mobil. Tanpa mengatakan apa-apa ia masuk dan menutup pintu.
Seth menyeringai, ia berjalan memutari mobil dan segera masuk ke belakang kemudi, untuk kemudian meninggalkan gerbang depan sekolah Leonard.
*********
Leon dengan cepat mengambil sebuah pensil yang jatuh ke lantai. Ia meletakkannya kembali ke atas meja Jessi.
"Ini," ucapnya ramah.
Jessi hanya memandanginya dan tidak berterimakasih karena pensilnya yang jatuh sudah diambilkan. Membuat Leon mengembuskan napas panjang.
"Kata Mam Ann, kalau sudah dibantu orang lain, harus berterimakasih."
Jessi masih diam.
"Tadi pagi Leon sengaja datang cepat agar kita bisa berjalan bersama-sama menuju kelas."
Jessi masih tidak menanggapi.
"Kau lebih suka sendirian ya?" Suara Leon mulai jengkel. Tadi pagi ia dibiarkan sendirian dan diabaikan di jalanan dekat gerbang. Jessi berlari meninggalkannya, Padahal ia sudah menyapa dengan sangat ramah dan mengajaknya berbarengan menuju kelas.
Berusaha menahan rasa kesalnya, Leon akhirnya berbalik. Mengambil tas dan menggendongnya ke bahu. Lalu ia mendengar suara yang amat lirih dan halus. Sampai ia berdiri dan menajamkan pendengaran.
"Kau bilang apa?" tanyanya pada Jessi.
gadis kecil itu tertunduk, lalu tanpa mengangkat wajah ia bersuara.
"Terimakasih," ulangnya lagi.
Leon menatap lama, namun Jessi tidak juga mengangkat wajah. Lalu senyum senang terukir di bibir Leonard.
Mam Ann benar, akhirnya ia bicara padaku.
Setelah menggendong tasnya, Leon melangkah mengikuti teman-temannya yang juga mulai meninggalkan kelas.
"Ayo pulang," ajaknya pada Jessi. Tapi gadis itu masih duduk diam di kursi.
Leon tidak mau memaksa. Ia pergi lebih dulu dan berkata dalam hati tidak akan menyerah mencoba lagi besok-besok, sampai Jessi mau berjalan bersamanya.
Leonard sengaja berdiri di halaman sekolah, bersandar di sebuah batang pohon tak jauh dari gerbang. Ia berharap tidak akan ada yang menjemputnya hari ini.
Sudah sepi dan hanya tinggal beberapa anak lagi yang tersisa. Ia menyeringai karena merasa rencananya tadi pagi berhasil.
"Leon?"
Leonard menoleh, mendapati ibu guru yang sejak tadi ia tunggu akhirnya muncul juga.
"Mam Ann," ucap bocah itu. Tangannya mulai terangkat ke arah hidung, menggosok hidungnya beberapa kali.
"Belum dijemput ya?" tebak Mam Ann.
Leon mengangguk.
"Mau ditemani? Sampai jemputannya tiba?"
Leon menggelengkan kepala. "Hari ini tidak akan ada yang jemput."
"Kenapa?"
"Daddy dan kakek pergi mengurus pekerjaan dulu. Paman Seth dan Nanny sedang cuti."
"Jadi bagaimana Leon pulang?"
"Leon menunggu di sini saja ... tapi ...."
"Tapi kenapa?"
"Leon lapar sekali," ujarnya sambil menggosok-gosok perut.
"Aduh ... tunggu, Mam akan menelepon Daddymu dulu." Anna bersyukur ia telah menyimpan nomor tuan Bernard. Sesudah kejadian di kantor polisi kemarin, Anna memeriksa data orang tua dan menyimpan semua kontak orang tua murid yang ada di kelasnya. Termasuk nomor ayah Leonard.
"Jangan, Mam!"
"Hah!? Kenapa?" Anna yang baru saja akan mengeluarkan ponsel berhenti dan menatap heran ke arah bocah kecil di depannya tersebut.
"Mam akan sangat mengganggu pekerjaan Daddy. Hari ini Daddy dan kakek ada pertemuan penting. Sangaaaaaattt penting. Daddy bisa jadi miskin seketika jika gagal hari ini," ucap Leon dengan mata menyipit.
Anna terdiam, meragu dan bimbang.
"Aduhhhh ... Leon lapar sekali! Perut Leon sakit."
"Leon tidak makan?"
Leon menggeleng.
Anna berpikir dengan cepat. Ia tidak mungkin membawa bocah kecil itu makan di restoran, uangnya harus dihemat. Lagi pula ia sudah menyiapkan bahan untuk dimasak ketika pulang dari sekolah. Masak sendiri lebih hemat bagi Anna.
Setelah menarik napas panjang, Ann mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Leon.
"Ayo. Kita ke rumah Mam saja dulu. Kita masak dan makan. Baru kemudian Mam antar Leon pulang."
Dengan antusias Leon mengangguk, mengikuti Anna yang menggandeng tangannya dan berjalan keluar gerbang sekolah.
NEXT
>>>>>>>
From Author,
Halo readers, ketemu lagi dengan otor. Kali ini otor minta dukungan like, love dan bintang limanya ya. Tips dan juga komentar dari readers semuanya.
bagi yang punya poin/koin boleh bantu vote pengantin simon juga ya🙏🙏
Terima kasih semuanya,
Salam, DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
🎼shanly_keys
kejebak sm anak kecil😛
2023-08-13
1
Ney maniez
🤦♀🤦♀
2023-03-06
0
Iin Karmini
bisa ae ni bocil...
2023-01-12
0