Bis berhenti di sebuah gerbang besi berpintu dua yang amat besar. Sopir bis tersebut segera menoleh ke arah Anna.
"Sudah sampai Nyonya. Ini Mansion yang Anda tuju," ujarnya.
Anna mengangguk, lalu mengangkat Leonard dalam gendongannya.
"Anda bisa?" tanya sopir tersebut sambil mengernyit. Tubuh Anna yang kecil membuatnya sangsi wanita itu bisa menggendong anaknya yang tergolong montok sedikit lebih lama.
"Tidak apa. Saya bisa," ucap Anna sambil mulai bergerak turun dari bis.
Anna berdiri sambil memandang ke arah bis yang akhirnya kembali melaju meninggalkannya. Ia membetulkan posisi Leon yang masih tertidur, kepala Leon bersandar di bahu kirinya. Kedua tangan Anna menyangga tubuh bocah itu ke dada. Setelah menarik napas panjang, ia mendekat ke pagar besi dan melirik sambil berteriak.
"Halo! Adakah seseorang?"
Anna melirik ke arah atas, ia yakin benda yang menyorot di atas tembok tinggi di sebelah kirinya adalah sebuah kamera. Di berdiri menyerong, agar siapapun yang sedang memperhatikan gambar dari kamera tersebut bisa melihat wajah Leon yang tertidur di atas bahunya.
Perkiraannya benar, karena beberapa saat kemudian, dua orang pria datang setengah berlari. Rupanya dibalik rimbun pohon yang ada di balik pagar, ada sebuah pos jaga yang tadi tidak terlihat oleh Anna.
"Tuan Leon," ucap salah seorang pria itu.
"Halo. Saya ibu guru di sekolah Leonard. Dia tidak dijemput dan meminta saya mengantar kemari," jelas Anna lagi.
Pria yang satunya segera membuka gerbang besi lebar-lebar.
"Silakan, Nona."
Dua orang berpakaian hitam dengan rambut dipotong amat pendek tersebut menatap Anna dengan mata menyelidik. Mulai dari sepatu flat yang ia pakai, rok selututnya yang berwarna hijau toska, lalu ke blusnya putihnya yang ada dibalik tubuh Leon, kemudian singgah di wajahnya yang sedikit berkeringat karena menggendong Leon yang bobotnya lumayan.
"Anda guru di sekolah Leon?" selidik salah satu pria penjaga tersebut.
"Bisa sebutkan nama Anda?"
Anna mengambil napas panjang, ia tidak tega membangunkan Leon agar interogasi oleh penjaga ini bisa dilewatkan saja, tidak perlu dilakukan. Cukup Leon yang menjelaskan, pasti kedua orang bertubuh besar ini akan mengizinkannya lewat.
"Saya Anna, Anna Geraldi. Guru di Rainbow Kindergarten "
Pria tersebut mengangguk.
"Anda pasti lelah, berikan Tuan Leon pada saya. Biar saya yang gendong," ucap satu pria yang lain dengan sedikit senyum.
Anna merasa kedua orang tersebut tidak memercayainya.
Apa penampilanku tidak meyakinkan sebagai seorang guru?
Anna diam sambil memandang ke arah jalur yang ada di depannya. Banyak pepohonan besar, ia tidak melihat ada bangunan. Yang berarti ia harus berjalan lagi jika ingin mencapai mansion.
Dua pria penjaga yang memandangi Anna saling berbisik ketika melihat ibu guru tersebut diam sambil memandang jalanan ke arah mansion.
"Tuan Leon tidak pernah tidak dijemput. Ada apa sebenarnya ...."
"Kau benar. Sebaiknya kita ambil Tuan Leon dulu dari wanita ini."
"Nona ...." Penjaga gerbang berhenti berucap ketika melihat Leonard bergerak dan mulai membuka matanya.
"Tuan kecil. Anda bangun!" seru salah satu penjaga.
Anna memandang datar pada dua orang tersebut.
Apa mereka mengira aku membius bocah ini? Tentu saja ia bangun, Leon hanya tertidur tadi ....
"Mam Ann ...." Leon celingukan sambil memegang kedua bahu Anna dengan lengannya. "Kita sudah sampai ya ....."
"Sepertinya begitu ... mmm ... Leon bisa turun sekarang kan?" tanya Anna. Kakinya mulai kesemutan.
Leon mengangguk. Membuat Anna mengembuskan napas lega.
Bocah itu melorot turun, lalu berdiri sambil memegang tangan Anna dengan sebelah tangan, lalu satu tangan lagi menggosok-gosok matanya, mulutnya kemudian menguap lebar.
"Leon tertidur tadi ...."
"Hu um," jawab Anna. Menunggu apa yang akan dilakukan oleh penjaga tersebut dan anak muridnya.
"Paman-paman berdua, Leon mau ketemu Val dan Aislin. Bisa antar kami masuk?"
"Oh, tentu, Tuan. Tunggu, saya akan mengambil ken ...."
Penjaga tersebut berhenti berucap ketika mendengar klakson sebuah mobil hitam yang berhenti di depan gerbang. Keduanya langsung berlari ke arah gerbang menyambut kedatangan mobil yang mereka tahu berisi tuan mereka. Alrico Lucca.
Anna menepi hingga ke pinggir jalur, Masih bergandengan dengan Leon. Mobil hitam yang baru datang tersebut berhenti tepat beberapa centi dari tempatnya dan Leon.
Sopir yang mengendarai mobil tersebut baru saja turun, bermaksud akan membukakan pintu untuk tuannya. Namun pria yang berada di bagian belakang sudah turun lebih dulu.
Seorang pria berambut hitam, dengan tubuh gagah dan senyum menawan turun dari mobil dan mendekat ke arah Anna.
"Dad!" panggil Leon.
"Selamat siang, Ah ... Leon?"
Leonard melepas pegangannya di tangan Anna. Mendekat ke arah pria tampan yang segera berjongkok agar bisa berhadapan dengan bocah itu.
"Kenapa Leon ada di sini? Kenapa tidak memberitahu akan datang," ucap pria tersebut.
Leon mulai berceloteh, Anna sampai kesulitan menangkap semua kalimat bocah tersebut. Mulai dari ayah dan kakeknya yang sibuk, lalu keinginannya untuk bertemu dengan adik-adiknya. kemudian makan siang dengan telur di pondok yang mengingatkannya tentang Green Forest, sampai pengalaman seru menunggu bis sambil makan es krim strowberi pemberian ibu gurunya.
Pria yang dipanggil Dad oleh Leon tampak mengangguk-anggukkan kepalanya. Anna masih menatap tak berkedip ke wajah pria itu. Ia mengenali wajah itulah yang dulu ia kira ayah kandung dari Leonard. Pria itu pernah menjemput Leon bersama wanita cantik yang menggendong anak perempuan dua tahunan.
"Baiklah kalau begitu. Ayo kita masuk. Mom pasti senang kau datang."
Leon mengangguk gembira, lalu menoleh dan teringat belum memperkenalkan ibu gurunya.
"Dad, ini Mam Ann. Leon meminta Mam mengantar Leon kemari!"
Alric mengulurkan tangannya. "Halo, Mam Ann. Terimakasih sudah menjaga Leon dan mengantarkannya kemari. Maaf merepotkan Anda. Jika tahu Leon mau kemari, kami pasti mengirim mobil untuk menjemputnya."
Anna menyambut uluran tangan penuh keramahan tersebut.
"Sudah tugas saya, Tuan ...."
Setelah berjabatan tangan, Alric membukakan pintu bagian belakang dan menyilakan Leon dan Anna masuk.
Anna menggoyangkan tangannya tanda menolak.
"Tidak, Tuan. Karena Leon sudah tiba di sini, saya pamit pulang kembali. Ada sesuatu yang harus saya kerjakan."
Leon langsung cemberut, lalu mulai merengek pada Alric.
"Dad ... Mam Ann tidak boleh pulang sebelum melihat bola bulu. Jangan izinkan Mam pulang sekarang Dad."
Alric menatap Ann, tersenyum dengan alis terangkat.
"Anda baru pertama kemari. Istri saya pasti ingin berkenalan. Saya pribadi mengundang Anda ke mansion kami," ucap Alric dengan sopan.
Alric masih menahan pintu tetap terbuka, Leon belum juga masuk, seolah bocah itu tidak akan masuk kalau Anna tidak masuk.
"Baiklah," ucap Anna mengalah. Ia sungguh merasa canggung.
Mereka semua masuk ke dalam mobil. Alric pindah ke sebelah sopirnya, sedangkan Leon dan Anna duduk di belakang.
Mobil melaju hingga tiba di depan mansion yang amat besar. Taman bunga tertata rapi di bagian halaman dan sekeliling mansion besar itu. Anna menduga, nyonya rumah pastilah menyukai bunga.
Setelah mereka semua diturunkan di depan mansion, Alric menggandeng Leon dan mengajak Anna masuk. Seorang pelayan sudah ada di depan dan membukakan pintu.
Mereka orang-orang kaya yang mempunyai puluhan pelayan yang melayani mereka sepanjang waktu ... Anna membatin.
Anna tiba di aula tengah mansion yang besar. Alric mengatakan sesuatu pada pelayan yang membukakan pintu untuknya tadi.
Pelayan tersebut lalu mengantarkan Anna ke sebuah ruang duduk dengan sofa-sofa berwarna cerah, kaca-kaca lebar di ruang tersebut memperlihatkan pemandangan ke arah taman. Pintu geser yang terbuka di bagian tengah memungkinkan seseorang melangkah ke luar teras dan menikmati keindahan bunga-bunga di luar sana dari dekat.
Anna duduk kaku dan tidak bergerak di sudut sebuah sofa. Matanya jauh memandang ke luar. Sendirian ia menunggu di ruang tersebut berbalut keheningan. Kemewahan seperti ini hanya pernah ia lihat di film-film. Kehidupannya tidak pernah tersentuh hal-hal mewah seperti benda-benda yang ada di mansion ini.
Kepala Anna berputar, melihat benda-benda yang tampak mewah dan berkualitas tinggi yang ada di sana. Ia malah mengukur besar ruangan tersebut di dalam otaknya. Membandingkan besar ruangan tersebut dengan ruangan tidur yang berisikan dua puluh anak yang berdesak-desakan ketika tidur. Sebuah ruangan yang bahkan lebih kecil dari ruang duduk ini. Namun harus diisi oleh dua puluh orang anak.
Anna mendesah ... tempat dirinya dibesarkan. Sebuah panti yang kesulitan menghidupi mereka karena banyaknya anak-anak yang harus ditampung.
Sepasang suami istri kemudian datang, Anna bersyukur mereka mau mengadopsi dirinya dan juga Nuella, seorang gadis kecil yang tidak pernah terpisahkan dengannya di panti itu.
Anna merasa bersyukur saat itu ... namun kehidupan tidaklah semudah itu ... semua penderitaan itu baru saja bermula. Anna tertunduk, wajah Nuella terbayang jelas ... sekali lagi mengiris hatinya.
Kehidupan sangat beruntung bagi sebagian orang .... namun bagi sebagian lagi ... kehidupan ....
"Mam Ann?"
Suara merdu seorang wanita menyapa Anna. Membuatnya mendongak dan segera menelan ludah. Kecantikan yang terpampang di kedua bola matanya membuatnya menebak bahwa wanita itu adalah sang nyonya rumah.
Mommy Leonard ... bahkan lebih cantik ketika dilihat dari dekat ..., ucap Anna dalam hati.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿
From Author,
Hellow readers, mohon dukungan votenya🙏🙏
Tetapi tetap tekan like, love dan bintang lima untuk Pengantin Simon. Jejak juga dengan memberi komentar kalian.
Terimakasih banyakkkk.
Salam. DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ney maniez
😲😔😔
2023-03-06
0
Olla Olli
novel sebagus ini, kenapa batu ketemu..😍😍🥰
langsung favorit Thor...
semoga indah endingnya...🥰
2022-10-14
0
Fay
😇
2022-09-25
0