Anna menggandeng Leon, menemui pria yang ternyata adalah ayah kandung Leon. Ia tiba di depan pria itu, senyum pria itu sudah terkembang sejak tadi. Anna yakin sekali pria itu menertawakannya.
“Mr. Bernard, aku benar-benar meminta maaf."
“Sudah dimaafkan, Ibu guru. Maaf ... Mam siapa kalau aku boleh tahu?”
“Oh, Aku Mam Anna. Anna Geraldi, Mr. Bernard.” Anna mengulurkan tangannya, memperkenalkan dirinya pada ayah Leonard.
Simon segera menyambut uluran tangan ibu guru tersebut, tetap dengan bibir penuh senyuman. Senyum yang entah kenapa tampak sangat jahil di mata Anna.
“Ah, panggil aku Simon. Aku malah berterima kasih Mam Anna, anak-anak sangat aman sekolah di Rainbow Kindergarten bila ibu gurunya semua seperti Anda, kuat dan siap melindungi keselamatan Anak-anak,” ucap Simon.
Semburat merah muncul di wajah Anna. Ia sama sekali tidak yakin kata-kata pria itu barusan adalah pujian, Anna malah merasa pria itu sengaja menyindirnya.
“Tapi kalau boleh, aku mau memberi saran. Lain kali, jika Anda benar-benar melihat kejadian penculikan, Anda sebaiknya mencari senjata yang lebih bagus. Balok kayu, tongkat bisbol atau batu ... pukulan tas Anda tidak sakit sama sekali,” ucap Simon sambil menyugar rambut hitamnya dengan sengaja di depan ibu guru Leon yang terlihat cantik itu.
“Aku akan mengingatnya Mr. Bernard. Walaupun aku rasa, Anda harusnya bersyukur kali ini aku tidak terpikir untuk memukul dengan tongkat bisbol. Kepala Anda mungkin sudah bocor dan perlu dijahit. Anda tidak hanya harus berurusan dengan kantor polisi, tapi juga dengan bagian gawat darurat,’ ’sindir Anna dengan bibir tersenyum manis.
Anna melihat kalau Mr. Bernard kembali akan membalas kata-katanya, tapi untunglah tangannya yang ditarik-tarik membuat perhatian Anna teralih. Ia menunduk dan menatap Leon yang masih memegang tangannya.
“Mam Ann, Mam pulang bersama Leon dan Daddy saja. Jangan pulang sendirian.” Leon mendongak dan menatap ibu gurunya dengan pandangan penuh harap.
“Tidak perlu, Leon. Mam bisa pulang sendiri. Kau pulanglah dengan ayahmu. Besok Mam tunggu di sekolah ya.”
Leon menggembungkan kedua pipinya mendengar penolakan Anna. Ia bersiap-siap untuk kembali merajuk pada sang ayah.
“Dad! Pokoknya kita harus mengantar Mam Ann pulang!” sungut Leon, meminta bantuan sang ayah, “kalau tidak, Leon tidak mau bicara lagi dengan Dad.”
Simon menaikkan kedua alisnya, lalu memandang Anna yang tampak mengernyit menatap ke arah Leon.
“Anda dengar ancamannya, Mam Ann. Biarkan saya mengantarkan Anda pulang. Lagipula Leon benar, Mam Ann. Berbahaya pulang sendiri, Anda bisa diculik,” ucap Simon sambil tersenyum geli, mengingatkan wanita itu atas kesalahpahaman yang terjadi tadi.
"Mam Ann tidak boleh menolak. Leon tidak akan pulang sebelum Daddy mengantar Mam pulang!” Ancam Leonard, namun dengan tersenyum manis dan membulatkan mata birunya dengan sempurna, tampak amat menawan dan menggemaskan. Simon memutar bola matanya melihat Leon yang memakai jurus andalannya untuk meminta sesuatu pada orang
lain, yang biasanya akan terkabul karena orang tersebut dibuat gembira dengan wajah tampan dan lucu putranya itu.
Benar saja, Mam Anna segera berjongkok agar tingginya sama dengan Leonard, lalu sambil tersenyum wanita tersebut mencubit pipi Leonard dengan gemas. “Baiklah, kali ini Mam akan menuruti keinginanmu,’’ ucapnya mengalah.
“Yes! Ayo Daddy! Kita pulang!” Bocah itu sudah akan berlari keluar dari kantor polisi ketika Simon menghadangnya, membuat langkah kaki Leon terhenti.
“Tunggu dulu! Leon harus berjanji satu hal dulu sebelum kita pergi,’’ ucap Simon dengan mata berkilau geli.
“Apa, Dad?”
“Jangan marah lagi dan jangan minta diantarkan ke tempat Mommy Mary!”
Leon tersenyum lebar, bocah itu sesungguhnya sudah memikirkan tentang ide itu ketika tadi ia merajuk dan ditemukan oleh ayahnya saat keluar dari gerbang sekolah.
“Jangan cuma tersenyum, Leon. Dad tidak akan kemana-mana kalau Leon tidak mau berjanji.”
Anna menatap datar pada Tuan Bernard yang menurutnya menggunakan cara licik untuk meredakan kemarahan putranya, padahal ia pantas untuk dimarahi dan diceramahi karena sudah berjanji akan datang ke pertunjukan anaknya, namun tidak menepati janji itu.
“Baiklah Dad. Leon tidak marah lagi,” ucap Leon, “ayo pergi, Dad.”
“Jangan menipu Daddy, Leon. Jangan hanya berjanji tidak akan marah lagi. Yang satu lagi bagaimana? ... soal Mansion Mommy Mary.’’
“Oh, baiklah! Leon tidak akan minta diantarkan ke tempat Mommy Mary!” sungut bocah itu.
Simon terkekeh, lalu menangkap Leon dan menggendongnya. “Itu baru putra kesayangan Daddy. Sekarang ayo kita pulang.’’
Setelah Leon menganggukkan kepalanya, Simon menoleh ke arah Anna.
“Ayo, Mam Ann. Kita pulang ke rumah,” ucap Simon sambil mengedipkan sebelah mata.
Anna mengernyit melihat sikap ayah Leon yang menurutnya terlalu sok akrab dan kata-katanya mengenai pulang ke rumah seolah mereka akan pulang ke rumah yang sama saja.
Mereka meninggalkan kantor polisi. Simon duduk di samping Bruno yang menyetir dan leon memilih duduk di belakang bersama Anna.
‘’Anda tinggal dengan siapa, Mam Ann?’’ tanya Simon
‘’Saya tinggal sendirian, Tuan Bernard.’’
‘’Kalau boleh tahu, berapa usia Anda?’’
Hanya keheningan yang menjawab ucapan Simon. Simon menoleh ke belakang dan tersenyum.
‘’Saya anggap Anda tidak mau menjawab pertanyaan satu itu.’’
Anna mengangguk dengan wajah datar, menatap Simon yang masih menoleh memandangnya.
‘’Kalau asal Anda? Anda pendatang juga di daerah ini atau memang lahir dan besar di sini? Kami sekeluarga adalah pendatang, dulu ayah dan paman saya melihat pulau ini sangat cantik sebagai kawasan wisata. Dengan pantai di satu sisi dan teluk di sisi yang lain, jadi mereka mencoba datang kemari. Meskipun tidak tinggal menetap.‘’
Anna tetap diam, ia tidak mau memulai percakapan apapun tentang kehidupan pribadinya. Itu adalah hal yang sangat tabu dibicarakan dengan orang asing. Di pulau ini ia hanya bisa memercayai Mrs. Sanders. Kepala sekolah dari Rainbow Kindergarten. Anna bersyukur Nyonya Luna tetangganya dulu berani
mengambil resiko membantunya, lalu mempertemukannya dengan Mrs. Sanders, meski
ia sangat khawatir dengan resiko yang akan mendatangi Nyonya Luna.
Anna jadi termenung, sudah berselang beberapa bulan sejak ia pergi dan keadaan sampai saat ini masih aman. Memberikan harapan di hati Anna, bahwa hidupnya kini benar-benar sudah bebas. Ia
punya pekerjaan dan bisa melanjutkan hidupnya dengan normal tanpa rasa takut.
Sejak pelarian Anna, Mrs. Sanders hanya sekali menghubungi Nyonya Luna, mencoba mengetahui
bagaimana keadaan sahabatnya itu, juga untuk mengobati rasa takut mereka, bayangan kalau Nyonya Luna terluka karena sudah membantu Anna. Tapi syukurlah semuanya aman.
Nyonya Luna mengatakan tidak ada yang terjadi, semuanya berjalan normal. Baik di rumahnya
sendiri maupun di rumah yang dulu pernah jadi tempat tinggal Anna. Lalu Nyonya Luna memerintahkan agar Mrs. Sanders dan Anna jangan menghubunginya lagi, Nyonya Luna takut karena pria itu sangatlah cerdas, kehidupan yang berjalan
biasa ini bagi Nyonya Luna malah mencurigakan, ia mengira akan terjadi kehebohan di lingkungan tempat tinggal itu setelah kepergian Anna. Tapi hingga sekarang semuanya masih berjalan seperti biasa. Nyonya Luna mengatakan ia akan baik-baik saja, dan ia yang akan menghubungi bila ada sesuatu yang penting.
‘’Mam Ann ... kita harus ke arah mana? Anda tidak mendengarkan ya? Apa yang Anda pikirkan?’’
NEXT>>>>
Cast : Mam Anna
>>>>>>>>>
From Author,
Hai readers, tetap seperti biasa klik like, love ,bintang lima dan komentar kalian ya. Juga vote untuk pengantin Simon. Makasih untuk dukungannya.
Terima kasih, Luv you....
Salam, DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Lea_Rouzza
iya tor sdh tau
2023-10-11
1
Shuhairi Nafsir
Anna sama Simon are perfect couple. Gorgeous and Beautiful
2023-06-03
1
#ayu.kurniaa_
.
2023-04-22
1