Leon menggandeng tangan ayahnya dengan wajah sumringah. Senyumnya lebar dan matanya berbinar ceria. Ia tadi pergi ke sekolah diantar ayahnya dan saat waktu pulang tiba, ia keluar dari kelas dan melihat sang ayah sudah berada di depan menunggu untuk menjemput.
"Pamit dulu, Leon," perintah Simon
Leon mengangguk, menatap ibu gurunya dan menundukkan kepala dengan amat pelan dan bersahaja.
"Mam Ann, Leon pulang dulu. Terima kasih untuk hari ini."
Anna menanggapi dengan tersenyum dan menganggukkan kepala.
Simon kemudian berjongkok, membisikkan sesuatu ke telinga Leonard.
Leon menoleh, menyeringai senang ke arah ayahnya setelah Simon selesai berbisik. Gerak-gerik keduanya membuat Anna menyipitkan mata curiga.
"Tentu saja jadi, Dad!" seru Leon setengah berteriak.
Simon meletakkan jari telunjuknya ke mulut. "stttttt ....," bisik pria itu.
Leon membeo mengikuti, ikut meletakkan telunjuk ke mulut. "Stttttt, oke Dad ...."
Anna mengerutkan kening melihat interaksi ayah dan anak tersebut. Entah apa yang dibisikkan Simon pada putranya, ekspresi keduanya sangat mencurigakan, jahil dan penuh kegembiraaan. Tapi Anna menepis perasaan ingin tahunya.
Apapun rencana mereka, tidak ada hubungannya denganku. Aku bisa cepat pulang hari ini ....
Simon berpamitan pada Anna yang dibalas dengan senyum sopan dan anggukan kepala. Anna hanya menatap tanpa ekspresi ketika Simon mengedipkan mata menggoda padanya.
"Kami pulang, Anna."
Setelah berjalan bergandengan beberapa langkah, Leon berhenti dan menoleh ke belakang.
"Sampai bertemu lagi, Mam!" serunya sambil melambai.
Anna hanya tersenyum. Agak heran dengan salam perpisahan bocah tersebut, dua laki-laki itu lalu menjauh, kegembiraaan Leon amat terlihat. Anak itu berjalan sambil melompat lompat kecil dengan tangan tergenggam di tangan ayahnya.
"Kau lihat kan, Mr. Bernard ... cukup dengan menyediakan waktumu ... dia sudah segembira itu ...." Gumanan Anna baru saja berhenti, ketika sebuah suara memanggilnya.
"Ann ...," panggil Mrs. Sanders.
Anna menoleh, lalu segera bergerak mendekat dengan cepat.
"Ya. Mrs. Sanders ... ada apa?" tanya Anna, lalu ia tertegun melihat ekspresi sang kepala sekolah yang tampak khawatir.
"Aku langsung mencarimu ... Luna menelepon."
Mata Anna melebar, jantungnya bertalu.
"Kita bicara di kantor saja," ajak Mrs. Sanders.
Anna mengangguk sambil menelan ludah. Sesuatu yang ia takutkan akhirnya kembali datang .... apakah ia sudah ketahuan? Apakah kebebasannya sudah berakhir?
Setelah masuk ke dalam ruangan kepala sekolah. Mrs. Sanders mengajak Anna duduk di sofa panjang tempatnya biasa menerima tamu.
Mrs. Sanders mengulurkan tangan, menggenggam tangan kanan Anna yang teraba dingin.
"Ann ... pria itu menghilang ...,"
Anna yang sejak tadi menahan napas, mengembuskan udara dari parunya dengan sangat cepat. Dadanya berdebar dan tangannya mulai berkeringat.
"Dia mencariku?" tanya Anna.
Mrs. Sanders menggeleng.
"Kita tidak tahu, Ann. Luna mengatakan, rumahmu terlihat kosong beberapa hari ini. Tidak terlihat pria itu pergi ke kantor dan pulang seperti biasa. Jadi Luna sedikit mencari informasi. Tetangga sebelah rumahmu mengatakan rumah itu sudah kosong beberapa hari. Ia mengatakan kemungkinan kalau pria itu akhirnya memutuskan menjemput istrinya yang sudah tidak pulang berbulan-bulan."
Anna memejamkan mata.
"Ann ... pindahlah dari sana. Aku mohon. Pondokmu sangat terpencil. Jika sesuatu terjadi, kau akan sulit memanggil bantuan."
Setelah terdiam lama, Anna akhirnya menarik napas panjang.
"Mrs. Sanders ... terima kasih atas perhatian Anda. Aku akan baik-baik saja ...," ucap Anna dengan senyum kecut.
Ia balas meremas genggaman tangan wanita tua kepala sekolah yang sudah banyak membantu selama pelariannya itu.
Martin ... kau sudah menemukanku? Datangi aku jika memang sudah ... aku sudah siap. Aku rela mati ... tapi jangan harap aku akan kembali ... tidak akan! Kali ini tidak ada lagi Nuella yang bisa kau jadikan alat untuk memaksaku!
**********
Anna baru saja memasangkan tali celemek ke leher dan mengikat tali pinggangnya ke belakang ketika suara ketukan pintu membuat tubuhnya membeku.
Dengan menelan ludah, ia berjalan tanpa suara di lantai kayu pondoknya yang mengkilat.
Ketukan kembali terdengar. Kali ini diiringi oleh sebuah suara.
"Mam Ann! Ini Leon. Leon datang Mam!"
Anna tertegun, melirik jam dinding dengan kening berkerut.
Bocah itu ... kenapa kemari malam-malam begini. Dengan siapa ia ....
"Anna ... kau di rumah bukan?"
Pertanyaan Anna terjawab sudah. Ia memejamkan mata setelah mendengar suara Simon Bernard di luar sana.
"Ann, buka pintunya," ucap Simon. "Leon sudah menahan mau ke kamar mandi sejak turun dari mobil. Aku tidak mungkin menyuruhnya buang air di halaman rumahmu kan," tambah Simon.
Beberapa saat kemudian, terdengar Anna membuka kunci dan juga palang pintu. Kepalanya muncul di sela pintu. Memandang langsung ke arah ayah dan anak yang berpakaian santai dan tegak di depan pintu pondoknya.
"Kenapa kalian kemari?" tanya Anna.
"Mam! Daddy tidak bohong! Leon mau ke kamar mandi!" seru bocah kecil itu sambil melompat-lompat kecil dan memegang selangkanngannya.
"Oh, a-ap, ba-baiklah. Cepat masuk kalau begitu, ayo ...." Anna membuka pintu lebar-lebar, lalu segera membawa Leon masuk menuju toilet di belakang.
Simon masuk, meletakkan dua kantong makanan yang ia bawa ke meja ruang tamu, lalu melangkah kembali menutup pintu pondok, menguncinya kembali. Senyum lebar menghias wajahnya.
Kami datang, Ann ... malam ini kau tidak akan makan malam sendirian ....
**********
From Author,
Hai readers, tetap seperti biasa klik like, love ,bintang lima dan komentar kalian ya. Yang punya poin/koin, boleh bantuin vote untuk karya ini ya
Terima kasih banyak My Readers🙏🙏😊
Salam, DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
sherly
pandai betul buat alasannya ya simon...
2023-09-27
1
Ney maniez
istri orng kh mam ann🤔🤔
2023-03-06
0
Calla Virgo
Nuella ini di bunuh di depan matanya kah sama Martin, ayah angkat nya mereka berdua.
2022-09-25
0