"Mam Ann ... kita harus ke arah mana? Anda tidak mendengarkan ya? Apa yang Anda pikirkan?”
Pertanyaan yang diajukan oleh Simon itu membuat Anna yang sedang termenung seketika tersentak. Ia melihat-lihat ke arah luar mobil. Mereka sudah tiba di persimpangan. Sopir Simon tengah menunggu ia menunjukkan arah.
“Oh, Maafkan saya. Belok ke kiri,’’ ucap Anna.
Bruno segera melajukan mobil ke arah kiri. Beberapa saat kemudian mereka melintasi beberapa gang dan toko-toko.
“Berhenti di sini, Tuan,” ucap Anna.
Simon turun dan dengan cepat membukakan pintu untuk Anna. Wanita itu keluar diikuti oleh Leon.
“Leon ... maaf. Sampai sini saja ya. Mam Ann harus ke toko di sana itu. Mam perlu membeli beberapa bahan untuk dapur. Persediaan Mam sudah habis,” ucap Anna sambil tersenyum, ia berjongkok agar bisa berhadapan dengan wajah Leon.
“Kami akan menunggu, lalu mengantarkan Anda pulang.” Simon melihat Anna mengerutkan kening mendengar perkataaannya barusan.
“Tidak perlu Mr. Bernard. Saya akan lama ...”
“Kalau begitu kami akan menemani Anda belanja agar tidak terasa lama menunggu.” Simon menunggu, alasan apalagi yang akan dikemukakan oleh Anna.
Anna tidak kehabisan akal. ia sama sekali tidak ingin ditunggui oleh pria itu.
“Bagaimana kalau sebenarnya saya bukan mau belanja, Mr Bernard, tapi saya bekerja paruh waktu di sana. Jam kerja saya selesai sampai nanti malam. Apa Anda masih mau menunggu juga?”
Simon tahu ibu guru tersebut mulai gusar dari nada suara Anna yang sepertinya tidak suka jika ia tetap memaksa mau mengantarkan wanita itu pulang. Ia memutuskan untuk mundur saja. Entah kenapa tadi Simon merasa penasaran mau melihat dimana rumah sang ibu guru.
“Tentu saja tidak. Jika Anda memang akan bekerja di toko sebelum pulang, maka kami akan pergi. Kami pamit, Mam Ann. Sampai bertemu besok di sekolah, Leon ... ucapkan salam pada Mam Ann,” ucap Simon.
“Mam benar-benar bekerja di sana?” tanya bocah kecil itu.
Ann hanya mengangguk kecil. “Sekarang Leon pulang ya, terimakasih sudah mengantarkan Mam sampai sini.”
Leon terlihat menarik napas panjang, lalu dengan berat hati mengangguk dan berpamitan pulang.
Ann menunggu Simon kembali masuk ke dalam mobilnya bersama leonard. Kali ini ayah dan anak itu duduk bersama di bagian belakang mobil. Leonard melambaikan tangan pada Anna, yang segera dibalas oleh wanita itu.
Anna baru bergerak ketika mobil hitam yang membawa Leonard dan ayahnya itu pergi. Ia mengedarkan pandangan, lalu mengembuskan napas panjang. Karena pelariannya, ia selalu merasa seperti diawasi ketika berada di luar rumah ataupun di luar sekolah.
Anna memasuki toko yang tadi ia tunjuk sebagai tempatnya bekerja paruh waktu. Ia sebenarnya tidak bekerja di sana. ia hanya ingin membeli beberapa barang. Seperti roti, selai, susu dan juga beberapa kebutuhan lainnya. Setelah membawa seluruh barang belanjaannya ke kasir, wanita paruh baya yang biasa melayani di sana tersenyum.
“Ini saja?” tanyanya ramah. Anna mengangguk sambil melirik ke arah kaca luar. Kelebat lelaki bertubuh tinggi dengan rambut berwarna pirang yang melintas membuat jantungnya berdegup kencang. Matanya menelisik ke arah wajah pejalan kaki di balik kaca tersebut. Namun wajah itu hampir tertutupi oleh topi pet yang dipakai pria itu.
“Nona, Anda mendengarkan?’ tanya wanita paruh baya yang ada di belakang kasir.
Anna tersentak dan tergagap. “Ap—apa ... oh, maafkan saya.” Anna mengeluarkan dompetnya dari dalam tas, lalu memberikan beberapa lembar uang pada wanita tersebut.
“Kau baik-baik saja, Nona? Wajahmu sangat pucat,” ucap wanita tersebut sambil memberikan kembalian uang Anna.
Anna mencoba tersenyum, menunggu ketika wanita tersebut mengulurkan kantong berisi belanjaannya. “Ini, terimaksih sudah datang dan belanja di toko kami,” ucap wanita paruh baya tersebut. Kalimat yang selalu ia ucapkan ketika setiap pelanggannya selesai bertransaksi.
Anna mengangguk dan menarik kantong belanjaannya, matanya nanar menatap ke arah luar kaca toko dengan waspada.
"Tidak mungkin dia mengikutiku sampai kemari. dia tentu tidak tahu tentang pulau ini, aku tadi pasti hanya salah lihat,” bisik Anna pada dirinya sendiri. Namun ia sangat berhati-hati ketika mendorong pintu toko dan keluar ke selasar.
Di ujung jalan, ia melihat pria yang tadi ia lihat melintasi depan toko. Yang mengenakan topi pet berwarna abu-abu. Pria tersebut tiba di depan sebuah cafe, seorang wanita menyambutnya dan mereka berpelukan. Dengan rasa lega Anna mengembuskan napas. Ia harus mulai membuang ketakutannya, jikapun akhirnya pria itu menemukannya, Anna sudah siap mati untuk tidak akan menurutinya lagi. ia tidak punya sesuatu atau pun seseorang yang bisa dibuat sebagai alat untuk mengancam Anna lagi.
Langkah kaki Anna menjadi sedikit ringan, jantungnya sudah berdetak normal kembali. Ia melangkah berjalan sepanjang trotoar, melewati beberapa toko, sampai ia tiba di sebuah jalan kecil ke arah kiri. Anna terus berjalan, rumah-rumah di sepanjang jalan kecil itu mulai sepi, jarak antara rumah juga agak jauh. Anna tiba di sebuah lapangan berumput. Ia terus melintasi lapangan itu sampai tiba di sebuah jalan setapak yang berada di antara pepohonan. Anna terus melangkah memasuki jalan setapak itu, sampai ia tiba di sebuah rumah kecil yang menyerupai sebuah pondok. Meski terbuat dari kayu, namun pondok tersebut tampak kokoh dan kuat.
Anna mendekati pondok dan mengeluarkan kunci dari dalam tasnya. pintu terbuka dan ia tiba di ruang tamunya yang kecil. Hanya ada tiga ruangan di pondok kecil tersebut. satu ruang tamu kecil, satu kamar dan bagian belakang dapur merangkap ruang makan Anna.
Mrs. Sanders merasa Anna tidak aman tinggal di pondok tersebut, namun sebaliknya, Anna merasa sangat aman. Ia tidak menolak ketika Mrs. Sanders ingin ia tinggal bersamanya saja. Anna tidak mau mengambil resiko itu. Jika nanti ia akhirnya ditemukan dan kemudian harus menanggung akibat dari pelariannya, maka biarlah ia sendiri yang menanggungnya. Anna sudah siap. Ia tidak mau menyeret orang lain lagi. Ia sudah cukup khawatir pada Nyonya Luna yang membantunya saat melarikan diri. Mrs. Sanders sudah sangat membantunya dengan menerimanya bekerja di sekolah. Bagi Anna itu sudah cukup.
Anna tidak mau dekat dengan siapapun. Itu akan berbahaya bagi orang tersebut, ia merasa kesendirian ini cocok untuknya, ia sudah cukup membawa petaka bagi orang lain, orang-orang yang terlihat tulus ingin dekat dan menyayangi Anna, yang akhirnya harus mengalami hal-hal mengerikan. Anna tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi lagi. Tapi ia juga menginginkan kebebasan, kebebasan yang ia harap tidak akan menyeret Nyonya Luna maupun Mrs. Sanders ke dalam bahaya.
NEXT
>>>>>>
From Author,
Halo readers, ketemu lagi dengan otor. Kali ini otor minta dukungan like, love dan bintang limanya ya. Tips dan juga komentar dari readers semuanya.
bagi yang punya poin/koin boleh bantu vote pengantin simon juga ya🙏🙏
Terima kasih semuanya,
Salam, DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Dessy Rinda
penasaran sm mam ann,knp smpe ketakutan gt ya?
2023-07-22
0
Ney Maniez
😲😲😲😲🤔🤔🤔🤔🤔
2023-03-06
0
Siti Aisyah
waah kehidupan miss anna begitu misterius...smg tdk terjadi apa.apa
2023-03-02
1