"Saya berterimakasih, Mam. Kami baru saja berniat berangkat ke rumah pantai untuk menemui Leon," ucap Nyonya cantik itu pada Anna.
Anna tersenyum, merasakan jabat tangan erat dari sang nyonya, sebelum ia kemudian dipersilakan untuk duduk kembali.
Berbarengan setelahnya, Leon datang dengan tangan menggandeng seorang gadis cilik berambut pirang keemasan, matanya sangat cantik, berpendar berwarna biru seperti milik Leonard.
"Mam Ann. Ini Valencia. Val, ayo salam ibu guru!" perintah Leon pada adiknya itu.
Sang gadis kecil dengan senang hati menurut, bersalaman dan berkenalan dengan Anna.
Kemudian ia mundur teratur, kembali ke samping Leon.
Pria yang tadi datang membawa mereka tiba dengan seorang putri cantik dalam gendongannya.
"Ini adik Leon, Mam. Aislin." Leonard langsung mengenalkan adiknya dengan nada bangga.
Anna tersenyum, merasa takjub melihat potret keluarga bahagia di depannya. Seorang ayah yang sangat tampan, ibu yang sangat cantik, dan putri putri mereka menggemaskan.
Tuan Lucca menyelipkan tangan ke pinggang istrinya, lalu meminta semua orang duduk kembali.
Cerita bergulir bersamaan datangnya minuman dan makanan kecil. Sesekali terselip candaan dalam percakapan mereka. Anna mendapati, Tuan Lucca selalu menyempatkan melirik istrinya yang amat cantik dengan mata berkilau menggoda.
Anna jadi merasa ia mengganggu waktu berkumpul bersama keluarga tersebut. Seharusnya ia tidak berada di sana.
"Tidak terasa sudah hampir satu jam rupanya saya di sini. Tuan, Nyonya, Saya pamit mau pulang dulu," ucap Anna sambil bangkit berdiri.
Leon yang sedang bermain dengan adik-adiknya langsung berhenti.
"Tidak, Mam. Jangan pulang dulu," ucap Leon.
Langkah kaki kemudian terdengar mendekat. Semua orang menoleh, dan mendapati Simon Bernard sudah berada di sana.
Anna mengernyit. Bukankah Leon mengatakan kalau ayahnya sibuk?
"Dad ...." Leon menelan ludah, lalu bergerak bersembunyi di belakang rok Anna.
"Kau sudah tiba," ucap Alric menyambut Simon sambil tersenyum, lalu pria itu memandang istrinya. "Aku yang menelepon. Simon tidak mungkin tidak menjemput. Mam Ann datang kemari mengantar Leon dengan bis. Kurasa Simon harus tahu," jelas Alric pada Mary.
Semua orang lalu menatap Leon. termasuk Anna yang menoleh ke balik punggungnya.
"Leon? Leon berbohong?" tanya Anna.
Perlahan bocah kecil itu muncul dari belakang rok Anna. Tangannya masih menggenggam rok ibu gurunya tersebut.
"Maafkan Leon ... Mam Ann ... Dad ... semuanya ... tapi Dad tidak pernah mau mengantar Leon kemari. Leon rindu Val, juga Aislin ... mereka akan pergi lagi setelah ini bukan?" Leon tertunduk lesu dengan wajah bersalah.
Valencia langsung menabrak kakaknya dan memeluk Leon erat-erat. "Jangan bersedih, Val dan Aislin akan ikut sedih kalau Leon begini," ucap gadis kecil tersebut.
Simon, Alric dan Marylin saling berpandangan. Wajah marah yang tadi menghias muka Simon langsung luruh. Ia berjongkok sambil melempar jasnya ke atas sofa.
"Leon, kemarilah." Simon mengembangkan lengannya.
"Dad tidak marah kan?"
Simon menggeleng. "Tidak. Dad malah mau minta maaf. Dad lupa memberitahu kalau malam ini, Daddy Alric sekeluarga sudah ada rencana makan malam bersama kita. Tentu saja dengan Val dan Aislin. Seharusnya Daddy mengajakmu kemari sejak tahu kalau Val dan Aislin datang. Tapi maafkan Daddy karena terlalu sibuk."
Anna menyipitkan mata. Satu lagi nilai minus ayah Leonard di matanya. Pria itu untuk kali kedua mengecewakan Leonard dengan mengabaikan keinginan putranya untuk berkumpul dengan saudara-saudaranya. Kemarin Simon tidak menghadiri pertunjukan Leon dan kali ini mengabaikan keinginan leon bertemu adik-adiknya, meskipun beda ayah, tetap saja mereka bersaudara.
Leon akhirnya melepaskan rok Anna, lalu melangkah masuk ke dalam pelukan Simon.
"Maafkan Leon sudah berbohong, Dad."
"Jangan lakukan lagi, Oke? Kau membuat Daddy khawatir. Untung saja Mam Ann bersedia mengantar hingga kemari."
Leon menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana kalau Mam Ann tidak melihatmu, lalu apa yang akan kau lakukan? Entah apa jadinya kalau kau kemari sendirian ...." tanya mary pada putranya.
Leon menyeringai, lalu menoleh ke arah ibunya. "Leon memang sengaja menunggu Mam Ann. Leon tahu Mam Ann pasti tidak akan membiarkan Leon pulang sendiri. Mam Ann sangat baik. Juga terlalu khawatir pada kami anak-anak murid di kelasnya. Juga tidak pernah marah. Mam Ann bahkan mengajak Leon ke rumahnya dulu sebelum mengantar kemari."
Semua mata beralih ke arah Anna, membuat rona merah sedikit melintas di wajah cantik sang ibu guru.
"Dia terlalu berlebihan. Dia kelaparan, jadi aku mengajaknya ke rumah dan memberinya makan siang. Hanya omelet dan kentang. Bukan apa-apa," ucap Anna.
"Omelet Mam Ann lebih enak daripada buatan Daddy!" seru Leon.
Simon memandangi Anna dari ujung rambut sampai ujung kaki. Yang dipandangi balas memandang dengan mata menyipit penuh teguran.
Simon menaikkan kedua alisnya.
"Well ... sepertinya aku harus pulang sekarang. Acara kita malam ini tetap jadi, Lucca. Paman Hamilton sudah menyiapkan segalanya," cetus Simon sambil menoleh ke arah Alric.
"Tunggulah sebentar lagi. Val dan Aislin masih mau main dengan Leon," pinta Marylin.
Simon menunduk, menatap Leon yang tampak memandangnya dengan mata penuh harap.
"Baiklah ... Leon bisa tinggal dulu ...."
"Ehm ... saya harus pulang sekarang. Saya pamit Nyonya Marylin," ucap Anna menyela.
"Mam ... jangan pulang dulu," rengek Leon.
"Mmm ... maaf Leon. Tapi, Mam ada pekerjaan yang harus dilakukan," ucap Anna.
"Pekerjaan sambilan Anda?" tanya Simon dengan nada menyindir.
Anna menyipit manatapnya, namun tidak menjawab.
"Baiklah, Leon. Karena nanti malam Daddy Alric akan ke rumah pantai. Leon nanti pulang berbarengan saja dengan Val dan Aislin. Jadi bermainlah sepuasnya dengan mereka. Oke?"
Leon mengangguk setuju dengan mata berbinar.
"Mam Ann. Sopir akan mengantar anda pulang jika memang anda mau pulang sekarang," ucap Alric.
Anna menaikkan tangannya dan menolak. "Tidak usah, Tuan. Sungguh!"
"Mari Mam ... saya yang akan menjadi sopir Anda," ucap Simon.
Alric dan Mary serentak menaikkan kedua alis mereka.
"Sebagai ucapan terima kasih sudah menjaga putra saya."
Anna tidak bergerak. Simon melihat tangan wanita itu terkepal.
"Saya berkeras mengantar Anda pulang ..."
"Tidak usah Tuan Bernard."
"Saya memaksa."
"Saya bisa pulang sendiri."
"Tentu. Tapi hari ini. Anda akan naik mobil saya."
"Anda akan repot. itu tidak perlu."
"Saya tidak repot."
Alric dan Marylin saling bertatapan mendengar perdebatan tersebut. Akhirnya Marylin menengahi.
"Mam Ann ... sebaiknya Anda pulang dengan Simon." Mary dengan sengaja melirik ke arah jam dinding.
"Bis terakhir sudah lewat mungkin lima belas menit yang lalu. Akan lewat lagi lebih kurang dua jam lagi. Kalau anda buru-buru mau pulang, sebaiknya diantar saja. Anda tidak mungkin berjalan kaki ke kota bukan?" Ucap Marylin sambil tersenyum.
Kening Anna berkerut dalam, lalu wanita itu dengan terpaksa menganggukkan kepalanya.
Simon tersenyum. "Ayo, Mam Ann," ajak Simon.
Ketika Anna mulai melangkah meninggalkan ruangan, Simon mengiringi di belakangnya. Tak lupa ia menoleh ke arah Mary dan mengedipkan sebelah matanya dan mengangkat satu jempol pada ibu Leonard tersebut. Segera saja Alrico berdecak, membuat Simon langsung terkekeh.
Tiba di luar mansion, dengan kaku Anna masuk ke dalam mobil yang sudah dibukakan pintunya oleh Simon. Pria itu kemudian melambai pada pasangan suami istri yang berdiri di depan mansion.
"Mam Ann terlihat tidak suka pada Simon," ucap Alric.
"Sepertinya begitu. Terlihat kesal," jawab Marylin.
"Ayah Leon memang ahli membuat orang lain kesal bukan?" ucap Alric sambil merengkuh pinggang istrinya.
"Dia mengedipkan matanya padamu," tambah Alric lagi.
Marylin tertawa sambil menepuk dada suaminya.
"Kau ini! Sudah bertahun-tahun! Masih saja!"
"Aku belum tenang kalau ia belum menikah!"
"Aku mendoakan ia segera menikah," ucap Marylin menenangkan suaminya.
"Semoga saja. Dia membuat galau para suami!" ucap Alric bersungut-sungut. Membuat Marylin kembali tertawa dan menghadiahkan ciuman mesra ke bibir suaminya itu.
Ciuman yang segera disambut dan dibalas sama mesranya oleh pria itu.
"Bagaimana kalau kita ke kamar? Val dan Aislin akan sibuk bersama Leon," bisik Alric di sela bibir istrinya.
NEXT
>>>>>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ney maniez
🤭🤭😍😘😘
2023-03-06
0
Apriya Gustina AS
tenang Dady Alric , mommy marry ga kan berpaling sm Casanova Simon,aku ga tenang klo Simon blm menikah,dia bikin resah para suami ketawa sendiri baca episode kali ini
2022-09-10
0
Orange
ternyata para suami bisa galau juga🤣🤣🤣
2022-07-28
0