Simon turun dari mobilnya dan mendekat ke arah halaman sekolah, para orang tua yang juga menjemput anak-anak mereka terlihat menunggu. Satu demi satu anak-anak mulai keluar dari ruang kelas, Anna sudah menunggu di luar kelas sambil berbicara dengan beberapa ibu yang menunggu.
Kelas Leon baru saja berakhir, tapi rekan Anna yang mengisi kelas saat ini tengah melakukan sesi terakhir pertemuan dengan menyanyikan lagu dan juga diakhiri dengan doa. Anak-anak kemudian di panggil keluar satu demi satu agar tidak berebutan keluar dari ruang kelas.
Simon berdiri menyandar di sebuah tiang penyangga yang ada di depan salah satu ruangan kelas. Ia memperhatikan sosok Mam Ann dari jauh. Wanita itu mengucapkan salam dan juga melakukan toast dengan murid-muridnya yang telah keluar dari kelas, mengucapkan salam pada para orang tua yang telah bertemu anak-anak mereka dan melambaikan tangan pada mereka. Mata berwarna hijau jernih milik wanita itu berkilau senang ketika mengucapkan sampai jumpa pada murid-muridnya.
Sosok Leon kemudian keluar dari ruang kelas, Simon tidak bergerak, sengaja menunggu Leon melihatnya.
Leon menarik ujung gaun Anna, meminta perhatian ibu gurunya tersebut.
"Mam Ann, lihatlah bajuku," ucap Leon sambil menarik seragam sekolahnya.
Anna menunduk, melihat bagian depan kemeja Leonard yang ditarik oleh tangan montok bocah itu ke arah depan.
Anna berjongkok, lalu melihat noda pada kemeja tersebut.
"Noda apa ini, Leon?" tanya Anna sambil mengerutkan hidung. Mengenali bau saus tomat yang tercium dari pakaian seragam Leon.
"Ini saus tomat, Mam Ann."
"Kenapa ada saus menempel di seragam Leon?" tanya Anna. Ia merogoh kantongnya, mengambil saputangan dan segera mengelap sisa saus yang masih menempel di kemeja tersebut.
"Jessi nakal, Mam. Tadi ia menyemprotkan sausnya ke dadaku. Sudah Leon bersihkan, tapi masih bau," sungut Simon.
"Ini tidak bisa hanya dilap. Ayo ikut Mam ke toilet," ajak Anna. Ia berdiri, lalu menggandeng Leon dan membawanya menuju toilet sekolah.
Anna mengangkat Leon dan mendudukkan bocah itu di sebelah wastafel. Ibu guru itu mencuci saputangannya lebih dulu, lalu mulai mengelap kemeja Leonard.
"Katakan pada Mam Ann ... kenapa Jessi melemparkan sausnya pada Leon?" tanya Anna dengan nada lembut.
Leon terlihat mengerucutkan bibirnya, lalu ia menjawab. "Karena Jessi nakal, Mam."
"Jessi tidak nakal Leonard. Jessi tidak pernah mengganggu orang lain. Jessi anak yang pendiam. Jessi tidak suka diganggu. Jessi anak yang manis."
Leonard menggembungkan kedua pipinya mendengar ucapan Anna.
"Jessi terlalu pendiam. Jessi susah diajak bicara. Jessi jadi tidak punya teman, Mam. Leon hanya ingin membuatnya bicara dengan Leon!"
Anna tersenyum, Ia pernah berbicara dengan ibu dari Jessi. Jessi terlihat kesulitan bersosialisasi, gadis kecil itu terlalu pendiam dan suka menyendiri. Ibunya berusaha membuat gadis kecilnya lebih berani, namun belum terlalu berhasil.
"Apa yang tadi Leon katakan agar Jessi mau bicara?"
"Mmm ... itu ...." Leonard menggosok hidungnya berulang kali, kebiasaan yang dinilai Anna dilakukan bocah itu ketika sedang gugup.
"Ceritakan pada Mam Ann. Tepatnya apa yang Leon katakan atau lakukan untuk membuat Jessi bicara pada Leon?"
Anna menunggu dengan sabar, berdiri sambil terus mengelap depan kemeja Leonard, ia membilas kembali saputangannya di bawah wastafel, lalu kembali membersihkan seragam muridnya itu.
"Leon menanyakan apa yang ia bawa sebagai makan siang." Lalu Leonard terdiam lagi.
"Lalu?" Anna menunggu dengan sabar, tersenyum lembut agar Leonard melanjutkan kembali ceritanya.
Leon mengerutkan bibirnya sebelum menjawab. "Jessi tidak menjawab, lalu Leon tanya apakah Jessi punya pensil dua, kalau ada Leon mau pinjam, Jessi juga diam saja, Leon lalu menarik ikat rambutnya agar ia mengangkat kepalanya dan melihat Leon. Dia jadi marah dan menyuruh Leon menjauh."
"Leon sengaja melakukannya?"
Kepala Leonard mengangguk berulang kali. "Leon hanya ingin mengajaknya berteman."
"Lalu apa yang terjadi? Kenapa sampai ada saus?"
"Leon menawarkan makanan punya Leon padanya, dia diam saja, Leon tanya lagi apa yang ia bawa untuk makan siang, dia tidak menjawab. Akhirnya ....."
"Akhirnya?"
"Mmmm .... Leon mengambil kotak makan punya Jessi dan melihat sendiri apa isinya ..."
"Dan Jessi jadi kesal?"
"Itu karena dia tidak mau bicara! Coba dia jawab apa isi makan siangnya, Leon tidak akan membukanya sendiri! Mulut Jessi seperti di lem Mam Ann ...."
Anna tersenyum, ia tahu Leon hanya ingin mengajak Jessi berteman. "Jadi Jessi melempar sausnya pada Leon?"
"Iya. Tepatnya menyemprotkan. Dia membawa satu botol kecil, ihhhh .... tadi, ini banyak dan lengket. Kotor sekali. Untung Keith punya tisu. Tapi belum benar-benar bersih, masih bau ... ini sudah bersih, terimakasih Mam Ann," ucap Leon sambil menarik bagian depan kemejanya yang masih agak basah.
Anna menarik napas panjang dan tersenyum. "Leon anak yang baik, tapi cara mengajak Jessi berteman jangan dengan paksaan. Leon harus mendekatinya perlahan. Biarkan saja dulu Jessi tidak membalas ucapan Leon. Tapi teruslah bersikap baik, menegur dan mengajaknya bicara. Setelah Jessi tahu bahwa Leon teman yang baik, ia akan mau diajak bicara, jangankan bicara ... ia akan mau diajak berteman."
"Seperti dengan Mam Ann? Begitukah caranya Mam Ann akhirnya dapat berteman dengan Jessi?" tanya Leon.
Anna mengangguk. "Butuh waktu beberapa hari, tapi akhirnya ia mau bicara dengan Mam. Jangan membuatnya kesal lagi. Ia akan semakin menjauh," saran Anna sambil merapikan rambut poni Leon.
Leon mengangguk. "Baiklah. Leon akan bersikap seperti Bu guru."
"Anak baik. Ayo ... sekarang kita keluar. Jemputan Leon pasti sudah tiba."
Di luar pintu toilet, Simon yang tadi mengikuti putranya dan Mam Ann segera berbalik dan melangkah kembali ke arah halaman sekolah. Ia mendengarkan percakapan antara ibu guru tersebut dengan Leonard. Senyum simpul muncul di bibirnya ketika mengetahui kalau putranya berusaha bersikap baik, tapi dengan cara yang salah.
Setelah tiba di halaman sekolah, Simon berdiri menunggu dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana. Keadaan sekitarnya sudah mulai sepi, hanya tinggal beberapa anak lagi yang masih berlarian di halaman sambil menunggu jemputan pulang.
"Daddy!"
Simon menoleh, tersenyum melihat Leon yang melepaskan tangannya dari gandengan Anna dan berlari ke arahnya. Ia segera berjongkok dan menyambut putranya yang sepertinya sangat gembira itu.
"Daddy yang menjemput? Leon kira Paman Seth yang jemput."
"Paman Seth di rumah bersama Kakek."
Mata Leon membulat dan berkilau senang. "Kakek Hamilton sudah datang?" tanyanya.
Simon mengangguk. "Ya."
"Ayo pulang, Dad." Leon menarik tangan ayahnya, mengajaknya pergi.
"Leon lupa pada Bu guru karena kedatangan Kakek. Ayo ... berpamitan dulu," ujar Simon.
Dengan senyum malu Leon kembali menghadap Anna. "Mam Ann, terimakasih sudah membersihkan seragam Leon. Mulai besok Leon akan bersikap baik pada Jessi. Leon pulang dulu."
Anna hanya tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya.
"Terimakasih, Mam Ann. Anda sudah mau pulang juga? Biarkan kami mengantar Anda pulang," tawar Simon dengan ramah.
Anna dengan segera mengangkat kedua tangannya. "Ti--tidak, Mr. Bernard. Itu tidak perlu. Sungguh. Saya bisa pulang sendiri, lagipula ada yang harus saya kerjakan dulu," tolak Anna dengan halus.
"Ah ... apakah kerja paruh waktu lagi?" tanya Simon.
Anna menelan ludah sebelum menjawab. Kebohongan yang ia ucapkan kemarin yang sekarang terpaksa ia perpanjang.
"Be--begitulah, Mr. Bernard."
"Sampai malam lagi?"
"Y--ya ...."
"Jangan terlalu lelah, Mam Ann ... jaga diri Anda."
"Tentu saja. Saya baik-baik saja, Terimakasih Mr. Bernard." Anna meremas kedua tangannya tanpa sadar. Mulai merasa gelisah ketika seseorang mengajaknya bicara tentang urusan pribadi.
Simon tersenyum, terlihat kalau Mam Ann mulai gusar seperti kemarin ketika ia mulai banyak bertanya atau mengajak mengobrol urusan yang tidak ada hubungannya dengan Leon. Sikap wanita itu tidak bisa lebih jelas lagi. Namun hal itu jadi membuat dirinya makin ingin tahu tentang sosok Anna.
NEXT
>>>>>
From Author,
Halo readers, ketemu lagi dengan otor. Kali ini otor minta dukungan like, love dan bintang limanya ya. Tips dan juga komentar dari readers semuanya.
bagi yang punya poin/koin boleh bantu vote pengantin simon juga ya🙏🙏
Terima kasih semuanya,
Salam, DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
#ayu.kurniaa_
.
2023-04-24
0
Marianty Poerba
cieeee simon sudahh mulai deh
2023-04-18
0
Ney Maniez
🤔🤔
2023-03-06
0