Pelabuhan
Sang Pria
It’s funny how your mind works, right? Memang pikiran manusia ini kadang-kadang aneh. Meminjam
istilah dari meme-meme internet, “Our brains are very complicated and sophisticated. Millions of cells firing away, tapi semua itu berhenti waktu kita melihat kertas ujian.”
Mungkin yang aneh ini aku, ya. Umur sudah 27 tahun tapi masih saja menyukai meme-meme internet. Yah,
bagaimana lagi. Aku guru, jadi aku punya sebuah kesukaan tersendiri saat membaca story dan comment murid-murid di media sosial. Jadi kalau ada kejadian yang berbekas, selalu pikiran ini berlari ke gudang meme di dalam ingatan.
...
Pagi ini, aku seharusnya bergerak cepat. Membuka pagar rumah, mengeluarkan motor, dan menuju jalanan yang menanti tapak roda.
Jam sudah menunjukkan pukul "Berangkat sekarang atau telanlah keterlambatanmu!"
Tapi saat ini, mendadak, aku mengalami apa yang dinyatakan oleh meme internet tadi.
Kepalaku yang dipenuhi gemuruh ketegangan dan kegusaran, sekejap berhenti saat aku memandang ke seberang jalan, kepada barisan logam hitam di seberang jalan.
Barisan logam hitam yang baru saja bergetar ditutup oleh seorang wanita.
Membungkuk untuk mengunci gembok, ia pun menoleh sedetik ke arah aku yang terdiam.
Lalu secepat itu juga, ia berbalik dan melangkah dengan tekad.
Tekad untuk menatap ke jalanan, ke dalam tas tangan, lalu ke layar gawainya.
Tekad untuk mengabaikan aku sedingin-dinginnya.
...
Menghela nafas, aku tahu tidak ada artinya berusaha mengejar dia. Motorku memang bisa mencapai kecepatan 40 km/jam dalam waktu kurang dari 1 menit, tapi...
Kami berbeda jalan.
Pertama, kami memang benar-benar berlainan arah. Sekolah tempat aku mengajar ada di ujung kota yang berlawanan dengan cafe tempat wanita itu, Lanatha Anantadewi, bekerja sebagai chef pemula.
Alasan kedua yang lebih kuat dari itu, kami punya tujuan yang berbeda.
...
Ah, sudahlah. Mengenang takkan membawaku ke mana-mana.
Menggeleng pahit, aku melirik arloji dan menggeram pelan.
Aku sudah terlambat.
Sang Wanita
Aku ini perempuan yang sederhana, kok. Lurus-lurus saja dalam hidup. Tidak pernah berekspektasi tinggi dan tidak mau muluk-muluk.
Aku hanya menginginkan sebuah pagi yang tenang.
Pagi yang dimulai dengan peregangan singkat di tempat tidur, disapa oleh cuitan burung-burung, dan dilanjutkan dengan secangkir kopi.
Kopi biasa saja, tidak perlu dibuat menggunakan brewer. Cukup kopi sachet yang diseduh air dispenser.
Setelah itu mandi air hangat, dilanjutkan bersiap-siap sambil melihat keadaan unggahan video ku.
Lalu pesanan angkutan yang biasa, untuk membawaku ke rutinitas kerja yang sangat menyenangkan.
...
Yah, tapi semua itu berubah sejak negara api menyerang (aduh, lucu sekali kamu ini ya, Tha).
Pagi sederhana itu, akhir-akhir ini harus kutambah satu syaratnya, dan syarat baru ini memang tidak terlalu sederhana.
Karena bagiku saat ini, hari yang bahagia adalah hari yang dimulai tanpa harus melihat laki-laki di seberang jalan itu.
Ya, laki-laki itu.
Laki-laki yang sudah singgah tanpa izin di area pandanganku sejak aku melangkah menuju teras rumah.
Laki-laki yang membeku dalam geraknya, saat aku mulai berkutat dengan gembok dan kunci.
Laki-laki yang sudah menantang tekadku untuk mempertahankan suasana hati sepagi ini.
Karena aku tidak bisa mengekang panas yang merembes dari hati setiap melihat dirinya.
Marah? Ya, aku marah.
Pacar? Aduh, bukan. Dia bukan pacarku (Ya Tuhan, jangan sampai).
Dia hanya laki-laki yang kutemui saat aku sedang membuat video ulasan makanan 2 tahun lalu.
Hanya laki-laki yang dengan ramah menawarkan diri untuk menjadi pemegang kamera dadakan bagiku.
Hanya laki-laki yang dengannya aku menciptakan berjam-jam percakapan seru.
Ya, aku tahu keanehan dari ceritaku ini. Kalau dia ramah dan menyenangkan, kenapa kamu marah padanya?
Dan kalau dia bukan siapa-siapa bagimu, mengapa dia begitu memengaruhi suasana hatimu?
Jujur, aku juga tidak tahu alasannya.
Yang aku tahu saat ini hanyalah...
Seluruh keberadaan Joshua Wijayakarsa, si laki-laki itu...
Membuatku meragukan keberadaan dan arah hidup yang kupegang sejak dahulu.
Dan aku benci itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Kelfin Khovozky
Mamtappppp Jos
2020-12-31
2
Herman Benyamin
Ide yg cemerlang
2020-12-31
1
Yuen Oey
Nice story
2020-12-17
0