Bab 20 - 4 Kapal Bersinggungan

Hamdzah

Berakar dari sebuah kata bahasa Arab, “hamaza” yang berarti tongkat tajam yang biasa digunakan para gembala kambing domba untuk membimbing kawanan ternaknya.

Dikembangkan artinya dalam epik “Hamzanama”, kisah kepahlawanan Hamza bin Abdul-Muththalib, paman dari Nabi Muhammad SAW, menjadi singa, kuat, dan berani.

Jika disimpulkan, namaku berarti seorang penggembala yang kuat, berani, dan bersifat seperti singa.

Pelindung kawanan. Teritorial.

Rela melakukan apa saja, termasuk yang menyakitkan, untuk melindungi semua anggota keluarganya.

Itulah permohonan almarhum Ayah pada Allah saat aku dilahirkan.

Itulah yang terus diingatkan Ibu padaku sejak aku bisa mengingat, terutama setelah wafatnya Ayah dalam sebuah kecelakaan lalu lintas.

 

 

“Anakku, Hamdzah. Kamu kebanggaan Ayah dan Ibu, Nak. Kamu lambang kekuatan Ayahmu. Jadilah kuat ya, Nak. Jadilah kuat untuk adikmu. Untuk ibumu.”

Berulang-ulang Ibu mengucapkan doa ini di tengah tangis duka keluarga kami.

Dan walaupun saat itu aku baru berusia 8 tahun, I took that prayer as my decree.

Aku bersumpah pada Allah dan pada Ayah di sisi-Nya, bahwa aku akan melakukan apapun yang kubisa untuk melindungi Alena dan Ibu.

Apakah itu belajar hingga larut malam, bekerja sambilan menjual kue di sekolah, berlatih mati-matian agar masuk ke tim basket, atau mengejar beasiswa hingga ke Canada.

Aku melakukan semuanya agar keluargaku terlindungi masa depannya. Terlindungi harkat dan martabatnya.

Tidak penting apa yang terjadi pada tubuhku sendiri, asal keluargaku aman dan tenteram.

...

Kamupun akan segera menjadi keluargaku, Tha.

Sooner or later, you will be a part of our family.

Dan dalam arti sebenarnya, bukan hanya karena kamu sahabat Alena dari kecil.

Kamu akan menjadi istriku.

 

 

Salahkah aku jika aku melakukan segala yang bisa kulakukan untuk melindungi kamu?

Melindungi mimpimu, melindungi perasaanmu, dan melindungi masa depanmu.

Memastikan agar kamu sampai di pelabuhan tujuan dengan selamat dan sentosa.

Salahkah aku jika aku mengikutimu di hari Minggu-mu ini?

Salahkah aku jika aku tersenyum dari jauh melihatmu memilih bahan-bahan makanan di lorong supermarket?

Salahkah aku jika aku mengekor ojek online-mu, sambil menahan pedih melihat wanita pujaanku harus diterpa angin dan panas?

...

Salahkah aku jika aku menarikmu pergi dari kehadiran Mario?

 

 

Karena aku tidak bisa percaya pada Sammy, Tha.

Entah apa yang sudah ia katakan pada anak didik kesayangannya saat proses pemecatan berlangsung.

Entah perjanjian apa lagi yang ia langgar dengan mulut lancangnya itu.

 

 

Aku tidak bisa mengambil risiko.

Kamu tidak perlu tahu apa yang kulakukan untuk melindungimu, Tha.

Kamu hanya perlu tahu bahwa tidak ada lagi tempat yang aman bagimu, kecuali di sini, di sisiku.

 

 

Damn it, Tha. Kenapa kamu harus membuat segalanya menjadi sulit?

Sebegitu sulitnyakah untuk melihat bahwa aku hanya melakukan yang terbaik untukmu?

 

 

Sang Wanita

“Lepaskan aku, Zah! Atau aku teriak di sini!”

Amarah masih berkilat di dalam mata, ia menatapku tajam beberapa detik.

Aku tidak peduli.

Memangnya hanya dia yang berhak marah?!

Bersikukuh keras kepala, ia mempererat cengkeramannya.

Mendekatkan wajah kepadaku, ia berbisik penuh emosi.

“Aku tidak menyangka, Tha. Kamu bilang hari ini mau me-time, tapi ternyata di belakangku kamu bertemu dengan laki-laki lain, si Mario itu.”

Geram luar biasa, aku meronta dan berteriak ke wajahnya.

“Kamu tuli, ya?! Siapa juga yang berjanji bertemu dengan Mario? Kami bertemu tidak sengaja di sini! Dan memang apanya yang salah? Aku dan dia cuma sahabat, ‘kan? Aku dan dia cuma mengobrol biasa saja! Jadi apa hak kamu untuk marah, Zah? Tidak ada!”

Masih tidak mau melepaskan genggam yang semakin menguat, ia berkata dingin.

“Aku tidak peduli. Kamu sudah berbohong, Tha. Kamu bilang kamu hanya akan me-time. Kamu menolak kehadiranku. Tapi kamu tidak menolak kehadiran Mario. Apa itu kalau bukan selingkuh?”

Aku membelalakkan mata ganas pada laki-laki ini.

Gila, ya? Pikiran macam apa itu? Bertemu dengan sahabat lama bisa diartikan sebagai selingkuh?

Ini siapa sebenarnya yang gila?

Darah mengalir cepat ke ujung kesabaran dan aku berteriak sekencang-kencangnya.

“Jaga mulut kamu...!”

“Wah, Pak Hamdzah! Lama tidak bertemu ya?”

Kami berdua spontan menoleh.

Tanganku masih terus meronta, tangan Hamdzah masih keras mencengkeram.

...

Dan betapa shocked-nya aku.

Melihat Josh di sana.

 

 

Sang Pria

Mungkin aku sudah melewati batas di sini.

Mungkin aku sudah terlalu mengintervensi mereka berdua.

Tapi pertengkaran mereka di lapangan parkir sudah mengundang pengunjung dan pekerja cafe berdatangan.

Para satpam bahkan sudah bangkit berdiri dan bersiap mendatangi.

Aku tidak bisa diam saja dan membiarkan mereka dipermalukan.

Di saat hatiku memutuskan, Laut menggamit lenganku lembut dan berkata pelan.

“Kita memutar lewat sini saja, Josh. Nanti kita sapa saja seolah tidak ada apa-apa. Mereka pasti sadar kok.”

 

Maka begitulah.

Aku dan Laut berdiri dan tersenyum menyapa.

Menyapa laki-laki kurang ajar yang berani menggunakan tangannya untuk menyakiti perempuan.

Perempuan yang masih ada di hatiku.

 

 

Laut

Ini bukan kencan pertama yang kubayangkan. Sama sekali jauh dari itu.

Jauh lebih baik!

 

Bukan, bukan karena aku mendapati kami harus berbagi meja dengan Lanatha.

Bukan pula karena aku duduk di samping Lanatha, mengelus lembut lengannya yang lebam tercengkeram.

Bukan pula karena Josh dari tadi sibuk menelepon temannya untuk dimintai tolong mengantar Lanatha pulang. (pacarnya sudah pergi begitu saja begitu Josh menyapanya, what a jerk)

Tapi karena apa yang Josh katakan begitu Handsen, salah seorang sahabatnya datang dan membawa Lanatha pulang.

Beginilah yang ia katakan.

 

“Sorry ya, Bro. Jadi merepotkan.”

Handsen mengibaskan tangan.

“Halah, apa pulak kau ini. Masak membantu teman kau bilang merepotkan. Lanatha ini ‘kan teman kita juga.”

Josh tertawa kecil.

“Iya, thanks ya, Bro. Tolong antar langsung ke rumahnya ya, Bro. Kasihan dia. Rumahnya pas di seberang rumahku. Masih ingat jalan ke sana, ‘kan?”

Handsen mengangguk.

“Ingat lah, basecamp kita itu. Kau sendiri ikut, Josh?”

Josh menjawab tanpa ragu.

“Tidak, Bro. Ini mau makan siang bersama Laut, terus mengantar dia pulang. Nanti kalau sudah sampai di rumah berkabar ya, Bro.”

Sekarang mengerti dong mengapa aku katakan ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan?

Josh lebih memilihku daripada Lanatha!

 

I mean, iya betul, aku masih bisa merasakan sayangnya Josh pada Lanatha.

Terbukti dari reaksinya melihat Lanatha disakiti laki-laki lain.

Namun ia tidak berkeras mengantar Lanatha pulang sendiri.

Ia mencari cara lain agar ia bisa menolong Lanatha tanpa melukai perasaanku.

 

Ini sudah cukup.

Lebih dari cukup.

 

 

Sang Wanita

“Nah, kita sudah sampai, Tha. Kau tidak apa-apa, ‘kan?”

Aku menyembunyikan wajah dan mengangguk.

Menjawab dengan suara tercekat.

“Terima kasih ya, Sen.”

Handsen tersenyum dan mengambil kembali helm yang kuserahkan.

“Jangan sungkan kalau butuh bantuan ya, Tha. Wait for Me siap menolong kapanpun, di manapun. Kamu salah satu dari kami, ‘kan.”

 

Saat motornya berlalu dan aku terduduk hening di sofa ruang tamu, rasaku berkecamuk.

Marah pada Hamdzah? Ya. Tapi itu bukan yang terutama memancar dari hatiku.

Kecewa pada Hamdzah? Bukan.

Sedih karena Hamdzah? Bukan.

...

Malu.

Aku malu harus berteriak hingga seisi cafe terguncang.

Aku malu pada Mario, karena aku harus bereaksi berlebihan saat melihat Hamdzah mendatangi meja kami.

 

Namun terutama sekali...

Aku malu pada Josh.

Karena laki-laki egois, kurang ajar, dan pembohong yang kubenci selama dua tahun ini.

Ternyata adalah laki-laki yang menolongku dari apa yang kualami tadi.

Dan Miss Laut.

Dengan semua prasangka buruk yang kutanam dalam benakku terhadapnya...

Ternyata dialah yang mampu menenangkan dan mengelusku lembut seperti seorang kakak.

Menolongku dari sakit yang diberikan Hamdzah, laki-laki yang selama dua tahun ini kukira mencintaiku.

 

Aku malu pada diriku sendiri.

Karena apa yang kualami hari ini betul-betul mengguncang arah dan hidupku.

...

Have I been wrong all along?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!