Hari ini adalah hari Minggu, Prilly sengaja pagi-pagi sekali mengambil William di rumah ibunya. Kemudian Prilly mengirim pesan teks dan mengatakan " Linlin, William sangat merindukanmu, bisakah kau datang?" itu adalah senjata ampuh untuk mengundang Linlin.
Lin Lin dengan cepat membalas "Tentu, aku akan datang."
"Jam berapa Tante datang?" itu suara William melalui voice note
Linlin menjawab, "Segera, Sayang," dari nada suara yang di kirim Linlin melalui voice note Whatsapp, ia tampak bersemangat.
Yes, batin Prilly senang. Segera ia mengambil ponsel Mike dan memaksa Mike memanggil Anthony untuk datang. Kebetulan Anthony sedang berada di jalan melintasi jalanan sekitar apartemen mereka. Anthony segera memutar kemudi menuju apartemen itu. Prilly membawa William ke kamar untuk menidurkan putranya. Itu adalah waktu tidur siang William, yang terpenting Prilly tidak ingin putranya membuat drama mengacaukan rencananya. Bagaimanapun caranya, pria kecil itu mendapatkan tidur siangnya.
Ketika Anthony tiba Mike sedang di dapur membuat salad, ia melirik sekilas pada Anthony yang rambutnya berantakan dan wajahnya kusut, ia tidak sabar untuk mencibir sahabatnya.
"Sepertinya kau minum di siang hari," cibirnya sambil menuangkan air putih dan meletakjsn di depan Anthony.
"Aku hanya sedang ingin." Anthony mengambil gelas itu dan meminum air putih sampai tandas.
"Seperti bukan dirimu saja," cibir Mike lagi sambil menuangkan mayones ke bahan-bahan salad.
"Kau terlihat seperti playboy yang patah hati." Prilly yang tiba-tiba ada di belakangnya ikut mencibirnya. Prilly berjalan ke arah Mike, ia memeluk Mike dengan lembut dari belakang kemudian mengusap-usapkan keningnya ke punggung Mike dengan manja. Mike berbalik ke arah Prilly, membungkukkan tubuhnya dan mulai menciumi bibir ranum Prilly, mereka berciuman tanpa mempperdulikan keberadaan Anthony.
"Jadi, kau memanggilku kemari hanya untuk menunjukkan kemesuman kalian?" gerutu Anthony.
Mereka tidak menghentikan aktivitasnya, Anthony mengusap rambutnya dengan kasar mulai frustrasi dengan apa yang di lihatnya.
"Hei, kalian...," sungutnya lagi dan berhasil menghentikan aktifitas mereka.
"Kau harus mulai berpikir mencari kekasih kalau begitu," cibir Mike kembali.
"Kak Anthony, tolong bukakan pintunya. Kami sangat sibuk," pinta Prilly yang masih melekat pada tubuh Mike ketika bunyi bel pintu unit apartemen miliknya berbunyi.
Sibuk nenekmu, batin Anthony seraya bangkit menuju pintu.
Ceklek... Anthony terdiam melihat siapa yang datang, ia tak bisa berkata apa pun saat manik mata mereka saling bertemu, tidak ada yang bersuara.
Sedangkan Linlin, ia tidak menyangka seorang pria tampan menjulang tinggi yang mengacaukan pikirannya kini ada di depannya membukakan pintu untuknya. Ia ingin berbalik pergi, namun bukankah lucu jika ia melarikan diri.
"Silakan masuk." akhirnya Anthony membuka suaranya.
"Terima kasih," ujar lirih Linlin berjalan melewati Anthony yang masih terpaku. Linlin bermaksud langsung mencari Prilly di kamarnya namun Anthony mengekorinya dan berdiri di samping Linlin.
"Linlin...." Suara Prilly terdengar dari ruang makan sambil berjalan perlahan mendekati Linlin.
Prilly melambai-lambaikan tangannya "Maaf Linlin, Willy baru saja tertidur," sesal Prilly.
"Kalau begitu aku pulang saja," jawab Linlin.
"Dia akan kecewa jika saat ia terbangun tidak melihatmu," cegat Prilly sambil memasang wajah sedih. "Oh iya, aku dan Mike akan keluar sebentar untuk membeli mayones. Bisakah aku titip William padamu sebentar?" tanya Prilly.
Linlin masih terdiam, tidak bisa menjawab permintaan Prilly.
"Mike, ayo." Prilly mengambil ponselnya dan meraih pergelangan tangan Mike yang sedang memainkan ponselnya di meja makan. Mereka segera menghilang di balik pintu.
Omong kosong membeli mayones. Jelas-jelas salad tadi sudah siap makan.
Anthony menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya bangkit dari duduknya untuk membuka pintu.
Terjebak.
Linlin bangkit menuju kamar Prilly untuk melihat William. Ia merasa canggung saat ini jika berada di dekat Anthony sementara pria itu hanya diam saja. Tiba-tiba telapak sebuah tangan besar meraih pergelangan tangannya.
" Linlin, maaf." hanya itu kata-kata yang bisa Anthony ucapkan.
"U-untuk apa?" Linlin terbata-bata.
Anthony membalikkan tubuh Linlin untuk menghadap ke arahnya, "Maaf aku telah tidak sopan kepadamu." Anthony terdiam sesaat, lalu melanjutkan ,"Maaf aku menciummu tanpa seizinmu."
Hening sesaat, jantung Linlin berdetak kencang sampai terdengar jelas di telinganya. "Dan setelah itu kau membuangku?" ucap lirih Linlin, namun Anthony masih bisa mendengarnya.
"Maafkan aku." Anthony menggenggam telapak tangan gadis itu. "Aku takut kau marah dan aku tidak tahu harus bagaimana untuk menemuimu. Aku memilih untuk menghindarimu," lanjutnya.
Air mata Lin Lin entah kenapa justru terjatuh dengan sendirinya.
"Jangan menangis. Aku mohon, maafkan aku." Anthony memohon dengan sungguh-sungguh. "Menikahlah denganku...." entah bagaimana kata-kata itu meluncur dengan cepat dari mulut Anthony. Ia meraih pipi gadis di depannya dengan kedua telapak tangannya agar Lin Lin tidak menunduk lagi dan menatap matanya. "Lihat aku, aku serius. Sejak awal bertemu denganmu, aku jatuh cinta padamu. Menikahlah denganku Linlin."
"Lalu bagaimana dengan pacar pacarmu?"
"Gadis bodoh, aku tidak memiliki pacar, mereka hanya teman kencan," bela Anthony.
"Apa kau bisa berhenti berkencan jika telah menikah?"
"Pertanyaan bodoh, aku tentu saja akan terus berkencan denganmu seumur hidupku jika kau menjadi istriku nanti."
"Kau berganti-ganti teman kencan setiap minggu apa kau tidak takut terkena penyakit?" Lin Lin harus memastikan hal ini dulu.
"Apa kau pikir aku tidur dengan semua teman kencanku? Itu hanya teman kencan bukan teman tidur, gadis-gadis itu melemparkan diri kepadaku agar bisa berkencan denganku dan memamerkan pada teman-teman mereka." Anthony menjelaskan dengan sabar memang seperti itu faktanya selama ini, sebab itulah ia tidak pernah memiliki pacar karna gadis-gadis yang menurutnya hanya menginginkan ketampanan Anthony untuk dipamerkan. "So, will you merry me?" tanya Anthony lagi.
Lin Lin menganggukkan kepalanya pelan seraya berkata, "I do."
"Terima kasih." Anthony memeluk Linlin erat.
Air mata Linlin kembali jatuh, ia tidak menyangka hari ini seorang pria melamarnya. Anthony menyeka air mata Linlin, "Jangan menangis, aku akan berusaha membahagiakanmu dan anak-anak kita nanti." Anthony meraih dagu Linlin dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir Linlin, mereka saling berciuman cukup lama hingga pasokan udara di sekitar mereka menipis barulah ciuman mereka terlepas.
Bersamaan dengan itu Prilly dan Mike datang membuka pintu dan mereka tidak membawa apa pun, Prilly tersenyum puas melihat apa yang terjadi. Sepertinya telah mengalami kesuksesan yang membanggakan.
"Sepertinya aku akan segera menjadi bridesmaid," kata Prilly sambil menghempaskan pantatnya di sofa dan membuka ponselnya.
"Kau menguping pembicaraan kami?" sungut Anthony.
"Aku tidak," bela Prilly "Aku hanya tidak sengaja melihat di rekaman cctv," lanjutnya. Lin Lin yang telah duduk menyembunyikan wajahnya di punggung Anthony, wajahnya sangat merah karena malu.
"Kau melanggar privacy!" cerca Anthony.
"Ini tempat tinngalku, Kakak. Privacy siapa yang aku langgar?" bantah Prilly.
"Kenapa kau tidak mengambil lisensi pengacaramu saja dari pada menjadi seorang CEO," sungut Anthony lagi.
"Jadi kapan kau akan membawa gadismu menemui Mommy dan Daddy?"
"Malam ini," jawab Anthony dengan nada pasti.
"Tidak aku belum siap," pekik Linlin.
"Kau sudah pernah bertemu dengan orang tua kami, lalu kenapa harus malu?" tanya Anthony lembut sambil menyisipkan anak rambut Lin Lin ke belakang telinganya.
Prilly terkikik, Lin Lin membelalakkan mata pada Prilly. Mengapa calon adik iparnya jadi tampak menyebalkan batin Lin Lin kesal, namun juga sangat senang "Prilly, terima kasih." itu yang Linlin ucapkan.
"Syukurlah, kau yang akan menjadi kakak iparku,. Bukan para model yang hanya tahu memamerkan dirinya untuk bersama kakakku." Prilly memeluk Anthony dan Linlin bersamaan.
Mike hanya tersenyum melihat perubahan pada Prilly, ia sangat ceria berbeda dengan Prilly yang ia kenal beberapa tahun yang lalu dan Prilly beberapa bulan yang lalu saat pertama kali ia bertemu.
"Dan, ibu CEO yang jahil, bisakah kau memberikan calon istriku untuk cuti besok?" tanya Anthony.
"Untuk apa? Apa kau akan mengajaknya bercinta seharian besok?" tanya Prilly vulgar.
"Hei, apa pria itu mengajarimu kata-kata vulgar seperti itu?" tuduh Anthony menunjuk Mike yang sedang asik mengetik sesuatu di layar ponselnya.
Mike hanya mengangkat bahunya acuh tak mempedulikan tuduhan Anthony.
"Aku akan mengajaknya memilih desain cincin untuk pernikahan kami," lanjut Anthony.
"Omong kosong apa? Bukankah mommy seorang desainer perhiasan yang mempunyai banyak toko di seluruh penjuru dunia? Untuk apa kau mencari desainer lain?" sungut Prilly.
"Oh Tuhan, aku tidak berkonsentrasi dan hampir membuat Mommy marah." Anthony mengetuk kepalanya ia bahkan melupakan bahwa ibunya adalah desainer perhiasan kelas atas yang terkenal.
"Tapi, baiklah, besok aku akan memberikan Lin Lin cuti agar kalian bisa menikmati waktu kalian dan merundingkan pernikahan kalian," jawab Prilly kemudian.
Bersamaan dengan itu suara teriakan William dari dalam kamar yang pintunya sengaja tidak Prilly tutup, rupanya pria kecil itu telah bangun dari tidurnya.
"Mommyyy...."
Mike segera bangkit untuk membawa pria kecil itu keluar, sebelumnya Mike mengecek diapers yang di kenakan William kemudian ia mengambil sebuah diapers baru dan mengganti diapers William yang sudah basah, "Kau harus belajar tidak mengenakan diapers lagi. Kau sudah sangat besar tapi masih mengompol," ledek Mike pada William.
Tidak mengompol
"Aku tidak mengompol Uncle Mike. Aku hanya tidak sengaja pipis saat tidur," elak William sambil menggeleng dengan imut.
"Oh ya, baiklah terserah kau saja," kata Mike seraya mengacak-acak rambut keemasan pria kecil yang berwarna sama dengan rambutnya. "Apa kau lapar?"
William menggeleng, "Kalau begitu ayo kita keluar," ajak Mike pada William, dengan patuh kaki kecilnya mengikuti langkah kaki Mike.
"Tante Linlin," sapa William menyadari siapa yang datang. Pria kecil itu mengecup pipi Linlin. "Willy miss you."
"Tante lebih merindukanmu," ucap Linlin sambil mengecupi wajah bulat pria kecil itu.
"Sebaiknya kita makan siang walaupun sudah terlambat, aku akan memberitahu Maria untuk memasak," kata Prilly dengan nada riang.
"William, sayang Uncle Mike sampai ke dalam hati," celetuk William ketika mereka dalam perjalanan menuju kediaman keluarga Prilly. Malam ini Anthony akan membawa Linlin dan mengenalkan pada orang tua mereka jadi keluarga harus berkumpul.
"Apa kau yakin Willy, kemarin kau juga berkata sayang pada Tante Linlin?" goda Mike pada William.
"Ya, aku sayang Tante Linlin, tapu aku lebih sayang Uncle Mike karena matanya biru," cerocos William membuat Mike sambil memegang pipi Mike, sementara Prilly tertawa terbahak-bahak.
"Sayang, aku tidak yakin Willy benar-benar putramu." Mike tidak habis pikir kenapa mulut William begitu berbisa.
"Tentu saja dia putraku, karena dia sangat cerdas dan mewarisi genku," ujar Prilly sombong sambil memeluk gemas putranya yang ada di pangkuannya.
"Tapi, kau tidak pandai merayuku dengan kata-kata semanis William," goda Mike.
"Aku tidak perlu merayumu, Mike. Kau datang sendiri padaku," kata Prilly dengan bahagia.
Sorry!
Ada kesalahan teknis ketulis tidak mengompol. rencana mau buat judul malah ketulis di chapter karena kursor nempel terus aku cari gak ketemu, tolong abaikan kalau ketemu atau beri tahu akundi komentar di mana letaknya 😐😐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Hesti Sulistianingrum
keluarga yg harmonis😄
2021-04-03
0
ᴱᴸ ᶫᵒᵛᵉ Ƴᴏ͠υ
tidak sengaja pipis 😂😂😂😂😂😂😂
2020-09-19
1
ᴱᴸ ᶫᵒᵛᵉ Ƴᴏ͠υ
omong kosong membeli mayones.
jelas - jelas salad tadi sudah siap makan.
hahahaa,, baru aj gw mo koment "bukannya tadi mike ud tuang mayonesnya ?"
2020-09-19
1