Sementara di tempat lain, Prilly bersama Linlin setelah menyelesaikan pekerjaan akhir bulan yang menuntut untuk lembur di perusahaan mereka. Dan mereka juga tidak segera pulang, mereka sengaja bersantai menikmati musik jazz di sebuah cafe. Mereka mulai bercerita banyak hal. Prilly menyukai gadis sederhana seperti Linlin, di samping dia adalah gadis yang ramah dan mudah untuk menyesuaikan diri dengannya yang banyak bersikap tenang. Dan Linlin juga sangat menyukai Prilly, yang ternyata tidak sombong seperti yang orang-orang katakan, dia hanya sedikit pendiam hampir sama seperti diri Linlin. Namun ketika mereka duduk berdua, mereka dapat bercerita banyak hal tanpa malu-malu.
"Prilly, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Linlin dengan hati-hati "Kau tidak harus menjawabnya jika kau tidak menyukai pertanyaanku," lanjut Linlin.
"Sungguh? Apa kau tidak akan penasaran?" goda Prilly.
"Hahaha, aku kira kau tidak bisa bercanda." Mereka tertawa lepas.
"Kenapa kau bekerja di perusahaan kecil Prilly? Sesungguhnya ini bukan hanya pertanyaan dariku, tapi semua orang pasti bertanya-tanya," lanjut Linlin.
"Hanya itu? Hahaha." Prilly tertawa renyah "Baiklah, akan aku jawab atau mungkin kau harus mempublikasikannya, agar instagrammu banyak mendapatkan like," goda Prilly lagi.
"Kau tahu aku menikah di usia dua puluh tahun dan bercerai di usia dua puluh dua tahun, saat aku mendapatkan gelar cum laude, hari itu juga aku mendapatkan surat ceraiku," kenang Prilly pahit. "Aku sama sekali belum menikmati masa mudaku bukan? Sekarang aku ingin menikmati hidupku seperti gadis-gadis dari kalangan biasa, Linlin. Sepertinya menyenangkan," lanjutnya menampakkan wajah berseri-seri.
"Kau sangat konyol, Prilly." kekeh Linlin.
"Aku hanya ingin merasakan hidup bebas dan tidak dimanjakan." Prilly menjawab jujur. Linlin mengerti dengan alasan sahabat barunya ini, Prilly tidak berbeda jauh dengan dirinya.
Karena keluarga Linlin juga tergolong keluarga yang berada, namun Linlin ingin menikmati dan belajar di luar zona nyaman keluarganya. Ia belum ingin menceritakan pada Prilly perihal dirinya, suatu saat Prilly juga akan tahu seperti Adelia dan Anne.
"Linlin. Ayo, kita berfoto, aku akan memasangnya di instagramku," kata Prilly dengan antusias dan mengambil beberapa foto, kemudian memposting foto itu dengan caption My Friend @xi.linlin_. Itu adalah postingan pertamanya semenjak dia bercerai dari Alexander dan dengan segera mendapatkan banyak like dan komentar.
Setelah melihat jam sudah mendekati pukul satu malam, Linlin dan Prilly segera pulang. Besok sore mereka akan nonton film bersama Anne dan Adelia. Prilly tidak sabar untuk besok tentunya.
Prilly berjalan sambil menunduk melihat pada layar ponselnya membaca komentar netizen. Sesekali dia tersenyum, cukup menghibur batinnya.
"Nona Prilly, apakah baik seorang wanita keluar sampai larut malam begini?" Suara bariton itu mengejutkan Prilly dan segera mendongakkan kepalanya melihat ke sumber suara.
"Mike, apa yang kau lakukan di sini?" refleks Prilly bertanya dan menghentikan langkah kakinya.
"Kenapa kau tidak pernah menjawab panggilanku?" tanya Mike dengan pandangan tajam ke arah ponsel Prilly.
"A... Aaa..." Prilly tergagap dan berusaha menyembunyikan ponselnya karena tidak mungkin dia menjawab baterainya dalam mode low batt.
Tanpa berkata-kata, Mike menyeret Prilly ke dalam pelukannya dan menciumi pipinya, kemudian mencium bibir mungil Prilly dengan rakus.
"Mmmm...." Prilly mencoba melepaskan diri, tapi sungguh dia tidak berdaya. Tubuhnya mengkhianati pikirannya. Dia membalas ciuman Mike, yang kini ciuman itu berubah menjadi ******* yang menghanyutkan dan membuat Prilly sedikit mengerang. Mereka melepaskan ciuman itu.
"Kau ke mana saja? Aku khawatir, aku menunggumu dari sore sampai hampir gila," tanya Mike dengan emosi tertahan bahkan ia menggertakkan giginya.
"Aku hanya makan bersama teman kantorku," jawab Prilly. "Apanya yang salah? Kenapa kau menungguku?" tanya Prilly menundukkan wajahnya. Dia malu, karena diingatnya tadi dia dengan liar membalas ciuman Mike.
"Prilly...." Mike tampak frustrasi menghadapi wanita di depannya.
"Setidaknya, kau jawab panggilanku. Aku hampir gila kau mengabaikanku selama hampir dua minggu ini." Mata birunya menatap lurus wajah imut Prilly. Ingin sekali Mike memarahi Prilly. Kenapa wanita ini tidak mengerti kalau Mike menginginkannya?
Prilly memalingkan wajahnya, tangannya meremas ujung bajunya dan melangkah maju hendak memasukkan kode akses pintu apartemennya, dengan berat hati dia menjawab, "Jangan ganggu aku lagi Mike. Ku mohon, kau bisa memanggil wanita mana saja yang kau suka, yang kau temui dan kau cium sesuka hatimu, tapi itu bukan aku." Kata Prilly langsung.
"Apa? Apa kau bilang?" Mike terkejut dengan jawaban polos wanita di depannya itu, benar benar menarik.
"Maafkan kelancanganku," kata Mike dengan nada lembut. "Jadi kau marah karna aku menciummu?"
Prilly hanya diam mengatupkan bibirnya dan beberapa detik kemudian tubuh mungilnya sudah berada dalam pelukan pria tampan itu.
Mike menyeretnya masuk ke dalam ruangan dan itu adalah apartemen Mike. Ya, karena mereka tinggal satu lantai dan tempat tinggal mereka ternyata bersebelahan.
Mike mendudukkan Prilly di sofa, Prilly hanya diam tertegun, sejujurnya dia menyesali apa yang baru saja dia ucapkan karena berujung dengan Mike membawanya ke tempat tinggalnya.
Ini buruk, batin Prilly
"Hey, lihat aku, Prilly. Kenapa kau begitu takut padaku? Seolah aku akan menjahatimu?” tanya Mike lembut. "Tenanglah, aku tidak mencium sembarang wanita."
"Benarkah?" Prilly memandang galak pada Mike, seolah-olah pria di depannya itu adalah pria berbahaya.
"Buktinya, aku tidak mencium Maria. Apa kau masih ragu padaku?" goda Mike.
"Kau benar-benar membuatku kesal, Mike." Prilly hendak bangkit dan meninggalkan ruangan itu.
"Prilly," kata Mike mendudukkan kembali wanita mungil itu. "Apa aku harus mengatakan kepada seluruh dunia, bahwa aku jatuh cinta pada saat pertama kali melihatmu?" geram Mike dengan suara sedikit tertahan.
Prilly terbelalak mendengar pengakuan pria ini. Bukankah ini yang Prilly inginkan, bukankah Prilly juga merasakan hal yang sama. Prilly bahkan merasa pernah mengenal pria ini.
"Omong kosong. Kau bahkan tidak tahu siapa aku," jawab Prilly dengan ketus berusaha menutupi keterkejutannya. Sebenarnya, hatinya begitu bahagia dan kata-kata ketus tersebut hanyalah usaha untuk menutupinya semata.
"Benar. Aku tidak tau siapa sebenarnya dirimu," jawab Mike. "Kalau begitu, mari kita belajar untuk saling mengenal," ujar Mike sambil tersenyum dan menangkup wajah mungil Prilly dengan kedua telapak tangannya.
Mike sangat menyukai wanita ini, dia adalah wanita berdarah Eropa Asia. Sangat cantik, dengan kulit putih susu yang tidak pucat, warna mata hazelnya sangat memesona, bulu alisnya coklat gelap, rapi dan tebal. Bulu matanya hitam dan panjang, hidungnya mancung, bibirnya berwarna semu kemerahan.
"Bagaimana?" tanya Mike sembari menatapnya dengan tatapan mendalam.
"A-aku, aku pernah menikah dan aku mempunyai seorang putra." Prilly berkata jujur dengan hati-hati.
"Iya, aku tahu," jawab Mike sambil menariknya ke dalam dekapannya. "Lalu apa lagi? Hm?"
"Aku bekerja dan gajiku tidak cukup banyak. Mungkin kelak aku akan merepotkanmu menanggung biaya hidupku," jawab Prilly dengan polos. Sebenarnya, ia hanya tidak tahu harus berkata apa dan memilih kata-kata itu.
"Maka di masa depan kau tidak perlu bekerja. Cukup tinggal di rumah menjaga anak-anak kita," jawab Mike sambil mengecup kening wanita itu.
Anak-anak kita, batin Prilly. Pria ini, sudah memikirkan sejauh itu? Memikirkan kata-kata Mike tersebut membuat wajahnya memerah.
"Lalu, apakah kita akan belajar untuk saling mengenal?" tanya Mike kembali untuk memastikan. Prilly hanya mengangguk dengan linglung, mereka baru bertemu beberapa kali, tapi sekarang Prilly di dalam apartemen seorang pria asing dan dalam pelukannya. Walaupun Prilly akui berada dalam pelukan Mike sangat nyaman, senyaman pelukan kakaknya, Anthony.
Malam itu, Mike tidak mengizinkan Prilly kembali ke tempat tinggalnya. Prilly mandi di kamar mandi Mike dan berganti baju dengan kaos oblong Mike yang kebesaran hingga lututnya. Mike memandangnya dengan kagum, wanita yang telah ia buntuti akhir-akhir ini, benar-benar cantik. Kemudian Prilly merebahkan tubuhnya di ranjang yang penuh dengan aroma maskulin pria itu. Kemudian ia ingat Maria, wanita itu pasti menunggunya.
Prilly dengan cepat turun dari ranjang dan bergegas mencari Mike, dia harus kembali karena ia tidak mau Maria khawatir. Ia menemukan Mike sedang merokok di balkon apartemennya
"Mike," panggil Prilly memanggil seraya mengibaskan tangannya di depan hidungnya, dia tidak suka asap rokok.
Mike segera mematikan rokoknya.
"Sayang, kenapa belum tidur? ini sudah hampir pagi," tanya Mike sambil menghampiri Prilly.
"Apa kau mau aku tidur bersamamu?" Prilly memerah menatap Mike dengan tatapan sebal yang membuat Mike makin gemas.
"Aku harus kembali, Maria pasti menungguku," jawab Prilly.
"Aku sudah menghubungi Maria. Sudah aku beritahu kau sedang bersamaku," jawab Mike menennangkan Prilly. Dan mengantarkan gadisnya itu ke atas tempat tidur sambil memeluknya. "Ttidurlah," sambung Mike, kemudian mencium kening wanita itu.
"Mike," panggil Prilly pelan.
“Ada apa, Sayang?”
"Aku tidak suka pria merokok"
"Baiklah, aku akan berhenti merokok untukmu," kata Mike seraya mengecup pelan rambut di kepala Prilly.
Setelah memastikan wanita itu tertidur, Mike segera pergi mandi dengan air dingin. Menahan gejolak jiwanya sungguh menguras tenaga. Bohong jika jiwa Mike tidak bergejolak melihat wanita mungil dengan dada yang terlihat menonjol dan kaki jenjang begitu indah ada di atas tempat tidurnya.
Ia adalah pria normal yang seumur hidupnya selama dua puluh sembilan tahun belum pernah menyentuh seorang wanita dan kini tiba-tiba di atas ranjangnya tergolek wanita yang telah mengambil sebagian isi otaknya. Tentu saja gejolak jiwa kelaki-lakiannya menguasai dirinya.
Setelah mengeringkan rambutnya, Mike merebahkan tubuhnya di samping Prilly. Dengan hati-hati khawatir membangunkan wanita kecil itu. Membawa Prilly ke pelukannya, mengecup kening wanita itu dengan lembut lalu memejamkan matanya.
***
Prilly membuka matanya, ia merasa telah tertidur begitu lama. Ia terkejut ketika merasakan sebuah tangan yang terasa berat melingkar di pinggangnya, dia juga merasakan bantal yang begitu hangat di kepalanya.
Secepatnya Prilly berusaha duduk, namun sia-sia. Tangan kekar itu menariknya kembali untuk berbaring. Ia baru saja ingat bahwa ia tidur di kamar Mike, pria yang baru saja menjadi pacarnya sejak tadi malam.
"Sebentar Sayang, aku masih ingin memelukmu," bisik Mike.
"Mike apa-apaan kau, kenapa kau tidur di sini?" protes Prilly.
"Apa yang salah? Aku tidur di ranjangku sendiri?" jawab Mike seperti tanpa dosa "Sayang, apa kau lapar?"
Prilly melirik jam dan sudah pukul sepuluh pagi.
"Aku akan membuatkanmu sarapan," kata Mike seraya berusaha duduk sambil tetap memeluk Prilly. "Apa kau ingin mandi dulu sayang?" lanjutnya.
"Mike, aku bisa makan di rumahku. Maria pasti sudah membuatkanku sarapan," jawab Prilly. "Dan kau boleh makan tempat tinggalku pagi ini," jawab Prilly cepat.
"Tidak sayang, Maria tidak membuatkanmu sarapan pagi ini. Aku sudah berbicara padanya tadi malam," potong Mike
"Tapi," sanggah Prilly.
"Baiklah, aku akan membuat sarapan dan kau cuci mukamu." Pria itu mendaratkan kecupannya di kening Prilly. "Kau sangat cantik sayang." Ia mengecup kening Prilly sekali lagi tanpa menghiraukan protes yang akan di layangkan oleh Prilly. Pria itu bergegas bangkit menuju dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
᪙ͤᵉᶜ✿Veranita
nice🥰
2021-08-22
0
Sonta Silaban
kok trkesan y prilly cwek murahan..
mw ja tidur di kamar laki2 wlpun udh kenal tp kan gk bagus jg x
2020-11-21
0
Kenzi Kenzi
dua sodara terobsesi dgn 1 cwe yg sama,....cocok sama mike ....
2020-11-19
1