Baru beberapa menit Prilly kembali ke tempat duduknya, asisten kepala divisi di ruangannya bekerja menghampirinya, "Nona Prilly, kau di panggil CEO baru kita."
"Aku?" tanya Prilly dengan heran.
"Iya, kau."
"Baiklah, terima kasih," kata Prilly sambil bangkit dari duduknya.
Setelah melapor pada sekretaris di depan ruangan CEO, Prilly menuju ruangan CEO itu. Ketika Prilly memasuki ruangan CEO David duduk dengan anggun di mejanya, kedua tangannya berada di atas keyboard,
"Silakan duduk, Nona Prilly."
"Terima kasih Mr. Brown."
Hening beberapa saat hanya suara keyboard beradu dengan jari jemari panjang pria itu.
"Nona Prilly, apa kau tahu tujuanku memanggilmu kemari?"
"Tentu saja tidak," jawab Prilly sopan.
"Prilly, maksudku, Nona Prilly." Pria itu menghela nafas pelan, matanya memandang wajah cantik wanita di depannya.
"Begini, aku sudah membaca semua data diri Anda. Saya rasa Anda tidak cocok berada di posisi departemen perencana keuangan. Jadi saya berpikir untuk mengangkat anda menjadi seorang CEO di perusahaan ini," David langsung pada intinya.
Prilly hampir tersedak liurnya sendiri, ia masih terlalu muda dan polos. Dan ia juga baru tiga bulan menjadi karyawan.
"Maaf, rencana Anda seperti lelucon yang sangat tidak masuk akal," jawab Prilly dengan nada sopan.
"Saya serius, Nona Prilly."
"Maaf, Mr. David, saya masih terlalu muda dan saya tidak memiliki pengalaman apa pun di bidang kepemimpinan." Prilly menolak dengan halus
"Nilai-nilaimu di universitas sangat bagus. Kau juga lulus di dua universitas dengan predikat cum laude. Dan dari pengalaman bisnis, Aku rasa kau memiliki naluri serta bakat alam dari keluargamu." David tidak ingin di tolak. "Ini adalah kesempatanmu, karena aku pikir suatu saat nanti, mau tidak mau, kaupun pasti akan menjadi seorang CEO dari perusahaan keluargamu."
Prilly diam untuk mencerna kata-kata pria di hadapannya itu.
"Kau bisa belajar di sini dan suatu saat ketika kau kembali ke perusahaan keluargamu, kau sudah matang."
Masuk akal juga,batin Prilly. Tetapi Prilly butuh waktu untuk berpikir kembali.
"Anda cukup cerdik ingin memakai nama besar keluarga saya untuk mendongkrak perusahaan anda," sinis Prilly dengan nada sopan.
"Ya kau mengerti maksudku," jawab pria itu jujur. "Baiklah, besok pagi, aku tunggu jawabanmu di sini, Nona Prilly."
"Maaf, Mr. David bukankah Anda bisa tetap menjadi CEO di perusahaan ini. Apakah Anda tidak percaya diri dengan kemampuan Anda?" selidik Prilly halus.
"Saya akan menjadi komisaris untuk perusahaan ini. Lagi pula saya seorang pengacara dan juga seorang dosen. Saya tidak bisa terikat duduk di balik kursi ini bukan?"
Prilly mengangguk-angguk kecil.
"Kita dulu beberapa kali berjumpa di fakultas. Saya mengenal Anda, tapi Anda tentu tidak mengenal saya."
"Benarkah?" tanya Prilly.
"Tentu saja, siapa yang tidak mengenal Anda, Prilly Smith, salah satu gadis berprestasi juga tercantik di universitas namun sayang sedikit pendiam." David menjelaskan dengan detail
Prilly tertawa kecil menyadari betapa hidupnya datar dan datar di masa lalu.
Ketika Prilly kembali ke ruangannya, ia cukup terkejut karena Linlin sedang mengemasi barang barangnya, Adelia juga sama.
"Lin Lin... Addelia..." sapa Prilly pelan suaranya tenggelam nyaris tidak mampu bertanya.
"Prilly...." Adelia menghamburkan diri ke pelukan Prilly. "Aku pindah divisi penjualan." ia memberitahu Prilly.
"Dan naik jabatan menjadi general manager." Anne meneruskan.
"Selamat Adelia, aku turut bahagia." Prilly memberikan selamat.
"Dan aku pindah menjadi asisten IT." Linlin memberitahu.
"Lin Lin, itu sangat cocok denganmu bukan? Selamat untukmu." Prilly memeluk Lin Lin sahabatnya. "Jadi aku masih ada Anne di sini bukan?" kata Prilly mulai menghawatirkan dirinya.
"Aku juga akan pindah divisi. Namun, dari kabar yang aku dengar, aku akan dipindahkan setelah kau,Prilly." Anne berucap. "Jadi aku hanya tinggal menunggu kabar," lanjutnya.
Prilly terdiam, ternyata ucapan David untuk merombak total tatanan karyawan di perusahaan ini tidak main-main.
"Baik, kita lihat besok Anne," jawab Prilly.
Prilly mengirim pesan kepada Anthony, ia berniat menemuinya untuk meminta pendapatnya. Namun, ponsel pria itu tidak aktif, hanya bertanda tunggu.
Setelah melewati bagian imigrasi dan mengambil bagasi, Mike dan Anthony bergegas menuju tempat parkir, mereka berpisah menuju mobil mereka masing-masing.
Mike yang di jemput sopirnya, segera menginstruksikan sopirnya untuk menuju perusahaannya. Karena ia memiliki jadwal pertemuan jam sebelas siang.
Sedangkan Anthony, tidak terburu-buru mengaktifkan ponselnya untuk mengecek pemberitahuan yang datang bertubi-tubi.
Ada beberapa pesan teks dari para gadis yang mengejarnya, ia tidak mempedulikan. Hanya pesan teks dari adiknya yang menjadi perhatiannya.
Little Prilly, "Kak, aku perlu berkonsultasi denganmu. Hubungi aku jika kau ada waktu secepatnya."
Anthony segera memanggil adiknya melalui ponselnya dan memberitahu adiknya untuk menemuinya di perusahaannya.
Pria itu kemudian menyeringai licik dan bergumam, “Mike ini waktumu.” ia menginstruksikan pada sopirnya untuk melajukan mobilnya dengan pelan dan berhenti untuk membeli sesuatu di sebuah toko.
Sore hari ketika Prilly datang dengan kabar bahwa ia akan menjadi CEO di perusahaan tempatnya bekerja, Anthony ia sangat antusias mendengarnya. Tidak menyangka secepat ini karier adik kecilnya berkembang, mungkin wanita mungil itu akan melampauinya suatu saat nanti.
Tentu saja Anthony setuju dengan kata kata David, “Ini adalah kesempatan untuk belajar.” walaupun ia tak mengenal David secara pribadi.
Anthony memutuskan untuk tidak melancarkan aksinya hari ini. Besok Prilly akan menghadapi urusan penting dalam hidupnya, Anthony akan mencari kesempatan lain karena dia tidak ingin merusak konsentrasi Prilly. Ia memasukkan majalah yang ia beli ke dalam laci meja kerjanya.
Prilly kembali menuju apartemennya, karena kebetulan hari ini ia membawa mobilnya, jadi Mike tidak menjemputnya.
Sesampainya di kediamannya, dia bergegas untuk mandi dan mengenakan piyama, kemudian meminta Maria untuk memasak untuknya dan Mike, lalu ia keluar untuk mencari Mike.
Prilly menekan kode akses apartemen Mike dan mencari pria itu, ketika membuka pintu kamar Mike, ia mendapati pria itu baru saja selesai mandi. Dia menggunakan handuk mandi yang di lilitkan di pinggangnya, otot-otot perutnya tampak seksi, rambutnya masih basah dan beberapa percikan air dari rambut basahnya membasahi dada bidangnya. Prilly menelan salivanya.
Ingin sekali bercinta dengannya, jerit batin Prilly. Bagian tubuhnya terasa berdenyut nakal bahkan hanya dengan melihat Mike bertelanjang dada seperti itu.
“Nona Prilly, apakah kau sedang terpesona olehku?” pertanyaan Mike membuyarkan lamunan nakal Prilly.
“Ayo kita makan, Maria sudah memasakkan sesuatu untuk kita.” Prily tidak menanggapi godaan Mike.
“Aku merindukanmu.” entah kapan bibir pria itu telah berada di bibir Prilly. Aroma mint dari pasta gigi bercampur aroma maskulin dari sampo memenuhi indra penciuman Prilly. Prilly membalas kecupan itu dengan rakus, lebih rakus dari pada Mike.
Tangan Prilly meremas-remas rambut basah Mike dan perutnya bergesekan dengan benda tumpul yang mengeras di bagian selakangan kekasihnya.
Prilly menurunkan satu tangannya dan mulai menyentuh benda yang sangat ia inginkan itu, Prilly tak percaya saat ia merasakan bahwa benda itu sangat besar dan tentunya panjang. Mike yang menghentikan ciuman itu dan memandang Prilly penuh gairah. Prilly masih mengelus-elus benda yang terbungkus kain handuk itu.
Satu tangan Mike mulai menyusup ke dalam piyama Prilly yang tidak mengenakan bra. Prilly memang jarang memakai bra saat di rumah.
Mike tahu itu dan ini pertama kali ia memberanikan diri menyentuh gundukan kenyal itu. Mike menyentuhnya dengan halus sementra Prilly memejamkan matanya, menikmati setuhan lembut itu.
Mike tidak melepaskan bibir yang merekah itu dari bibirnya, lidah mereka saling membelit dan tangan mereka saling meremas.
“Apa kau menginginkannya, Sayang?” bisik Mike saat ciuman mereka terlepas
Prilly tidak menjawab, hanya tatapan sayunua yang seolah memohon pada Mike. Namun, ia melepaskan genggaman tangannya dari benda yang dia pegang. Mike juga melepaskan tangannya yang berada di dada Prilly.
“Aku akan memakai baju dan kita akan makan,” Mike mengecup bibir Prilly pelan.
Prilly menunduk, kecewa pastinya. Apa aku tidak seksi? Apa aku tidak menarik?
Akhirnya mereka makan dalam diam, Prilly ingin memberitahu Mike tentang pengangkatan dirinya sebagai CEO di perusahaan tempatnya bekerja, namun moodnya berubah. Ia memutuskan akan memberitahukan pada Mike besok.
Sementara Mike, ia tidak tahu harus berkata apa. Jujur saja gairah dalam dirinya seakan meledak, dia bahkan hampir saja melanggar prinsipnya no sex before married. hampir saja dia menodai Prilly.
Malam itu mereka makan dalam diam kemudian mereka tidur terpisah seperti pasangan suami istri yang sedang bertengkar.
Pagi-pagi sekali Prilly bergegas pergi bekerja tanpa menunggu Mike, ia tidak dalam suasana hati yang baik untuk berbicara dengan Mike. Dia memilih menghindari Mike.
“Apa salahku?” gerutu Mike pagi itu ketika mendapati wanitanya telah pergi dan mengabaikan panggilannya. Mike kemudian berpikir Anthony telah melakukan sesuatu.
Mike berjalan dengan gontai menuju basement apartemennya untuk mengambil mobilnya menjalankannya dengan cepat menuju kantornya, emosi meledak-ledak dia melampiaskan amarahnya pada karyawan karyawannya.
Di BROWN'S COMPANY
"Mr. David, saya menerima tawaran Anda. Tetapi ada beberapa syarat yang ingin saya ajukan.” saat itu Prilly sedang berada di ruangan CEO.
“Katakanlah,” jawab David datar, namun terlihat kalau ia dalam suasana hati senang.
“Saya tidak ingin terlibat kontrak panjang.”
“Lima tahun? Itu bukan waktu yang lama.”
“Per tahun atau tidak sama sekali.” Prilly tegas bernegosiasi,
“Itu kontrak konyol.” David terdiam sejenak. ”Tapi, baiklah.” akhirnya dengan cepat David mengalah, dia melihat kesungguhan di mata wanita kecil itu, lagi pula ia tidak bisa secepat kilat menemukan kandidat lain.
“Saya masih belum percaya diri, ini adalah hal baru bagi saya. Jika saya gagal, Anda bisa memecat saya dan tentunya nilai penalti kontrak satu tahun lebih kecil di banding lima tahun,” jawab Prilly dengan lugas.
David tersenyum, wanita ini sepertinya tidak bisa di remehkan. “Baiklah, saya menyetujuinya. Apakah ada lagi?”
“Saya ingin sekretaris wanita, saya tidak ingin ingin bersama sekretaris pria yang lebih tua. Hanya itu saja.”
David terkekeh, “Anne yang akan menjadi sekretarismu. Aku tahu, kau hanya memiliki sedikit teman di perusahaan ini dan semuanya sudah aku beri tugas masing-masing. Hanya Anne yang memang aku sisakan untukmu.”
Prilly tersenyum, pria ini ternyata sudah merencanakan semuanya dengan matang sejak lama. Mungkin sejak Prilly masuk perusahaan ini, batin Prilly.
Setelah merevisi dan menandatangani kontrak mereka melanjutkan beberapa pembicaraan. “Dan mulai saat ini, aku ingin kau panggil aku David saja, Prilly,” kata pria itu “Bisakah kita berteman?” tanya David seraya mengulurkan tangannya.
Prilly menyambutnya, “Baiklah, David, tolong kerja samanya dan terima kasih atas kesempatan yang kau berikan,” kata Prilly sopan.
“Dan untuk ruanganmu,aku sudah menyiapkannya.” David berjalan keluar dan Prilly mengiringinya. Mereka memasuki sebuah ruangan di samping ruangan David.
“Kau bisa mengganti dekorasinya,jika kau tidak menyukainya, Prilly. Aku tidak tahu selera seorang gadis sepertimu. Yang aku tahu hanya kau menyukai warna pink,” kata David ketika sampai di ruangan tersebut. Semua telah diatur dengan baik, wallpaper dinding itu berwarna putih dengan corak baby pink.
“Kau membuatku tampak seperti kekanakan yang menggilai warna pink,” kata Prilly dengan nada ringan.
“Bukankah hampir semua wanita menyukai warna pink bukan?” tanya David serius.
Prilly terkekeh pelan memang betul ia menyukai warna pink, namun kini ia tentu lebih menyukai warna biru seperti mata Mike misalnya.
“Baiklah, kau bisa mulai memindahkan barang-barangmu dan jam dua siang ini, kita akan ada pertemuan untuk memberitahu seluruh karyawan bahwa kau sekarang adalah CEO di Brown’s Company,” lanjut David. Dia juga menyerahkan sebuah kunci apartemen dan kunci sebuah mobil yang menjadi fasilitas yang Prilly dapat selama menjabat sebagai CEO perusahaan tersebut.
Setelah berpamitan, Prilly meninggalkan pria itu yang memandangi penuh kekaguman kepadanya.
Siangnya, Prilly makan siang bersama teman-temannya, seperti biasa mereka makan di restoran tak jauh dari perusahaan tempat mereka bekerja.
“Prilly, kau tak memberi tahu kamu kakakmu menjadi cover sebuah majalah bisnis. Bersama Michael Johanson. Mereka benar-benar tampan.” Anne begitu antusias. “Prilly, kau harus bantu aku meminta tanda tangan kedua pria ini, aku akan membeli majalahnya.”
Mendadak jantung Prilly berdebar tidak menentu. Jadi kakaknya pergi ke New York untuk bertemu Michael? Seketika Prilly memiliki firasat tidak nyaman. Prilly meletakkan sendok dan garpunya, dia mengambil ponselnya bermaksud mengecek media sosial instagramnya yang memang belum dia buka untuk beberapa minggu.
Langsung menuju akun kakaknya, foto kakaknya bersama Mike dalam sebuah cover majalah berjudul,
"Rahasia kesuksesan dan persahabatan dua miliarder muda, Michael Johanson dan Anthony Julio Smith"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Hesti Sulistianingrum
ketahuan deh siapa Mike 🤭
2021-04-03
0
❣️y@ni❣️
visualnya dounk ka author yg cantik
2020-09-26
3
💞 vinela 💞
visual dong thor
2020-09-26
3