Prilly bangun dari tidurnya dengan perasaan sangat bahagia. Setelah puas memandangi wajah Willy, putranya yang masih terlelap di ranjang kamar ia segera turun dari ranjang dan bergegas mandi kemudian sarapan. Prilly juga memanggil pengasuh William yang sudah tiba di kediaman orang tuanya dan memberikan perintahnya.
Erick dan Sandra sudah berada di meja makan, sementara Anthony tampak sedang menuruni anak tangga dari kamarnya sambil merapikan dasinya. Prilly menyapa kedua orang tuanya mengecup pipi Sandra dan Erick kemudian duduk dengan anggun.
Kemudian Anthony menyusul, setelah menyapa kedua orang tuanya ia duduk di samping Prilly, dan mereka memulai sarapan dengan hangat.
"Prilly, Daddy tidak melihat mobilmu. Apa kau ingin berangkkat bersama daddy hari ini?" Erick bertanya. Bukan tanpa tujuan, tetapi sejak tadi malam istrinya telah menggosip bahwa prilly putri tercinta mereka ia diantarkan seorang pria tampan dan Sandra terus-terusan membujuknya untuk bertanya memancing putrinya. Ia terpaksa menuruti apa kata istrinya ketimbang berbuntut panjang mendengar rengekan istrinya yang tidak akan diam sebelum Erick berkata iya.
Sandra tidak ingin memgambil resiko untuk bertarung di pagi hari dengan putrinya. Jika Sandra yang bertanya, jelas bahwa putrinya akan mengatainya penggosip
"Uhukk." Prilly terbatuk, kemudian dengan gugup ia menjawab, "Tidak Daddy, temanku akan menjemputku."
"Teman? Apa dia teman sekantormu?" tanya Erick lagi.
Prilly melirik Sandra dengan kecurigaan, ia curiga ini adalah ulah wanita yang tak lain mommynya sendiri.
"Hmm, bukan," jawab Prilly singkat.
"Wanita atau pria?" tanya Federick lebih lanjut.
Prilly membelalakkan matanya pada Sandra. Sandra berpura-pura tidak melihat dan memasukkan roti ke mulutnya tanpa merasa berdosa.
"Dia hanya kenalanku. Kebetulan kami tinggal di lantai yang sama di apartemen itu," jawab Prilly tampak mulai kesal.
"Oh yaaa, Daddy hanya bertanya pria atau wanita," jawab Erick menggoda putrinya.
Prilly tergagap, wajahnya memerah ia merasa gugup dan malu. Dia sangat takut orang tuanya mengetahui bahwa dia baru saja mendapatkan seorang pacar.
Anthony tersenyum, tadi malam mommynya sangat berisik menggosipkan adiknya. Benar-benar wanita penggosip sejati, batin Anthony. Namun, ia bersyukur karena hari ini ia terbebas dari pertanyaan mommynya yang selalu menanyakan kapan ia membawakan menantu untuknya.
"Mommy dan Daddy benar-benar tidak pernah muda." Anthony angkat bicara. "Aku sungguh tidak mengerti kenapa Daddy menikahi Mommy yang sangat cerewet." Anthony membela Prilly.
"Mommymu ini sangat cantik. Tentu saja Daddymu jatuh cinta padaku." itu adalah fakta. Sandra adalah gadis berkebangsaan Turki yang tentu saja sangat menawan. Dia kuliah di London dan di situlah Eric dan Sandra berjumpa. Alis Sandra yang tebal, matanya berbinar dengan warna hazel, kulitnya sangat indah, putih berseri namun tidak pucat dan Eric mengejar hingga wanita periang itu bertekuk lutut dan bersedia menjadi pengantinnya.
"Sayang, kau tunggu di dalam mobil. Tidak perlu membuka pintu mobil untukku." Prilly mengirim pesan teks untuk kekasihnya, ia tidak ingin ibunya membuat masalah.
Sarapan pagi di mansion mewah itu telah usai. Prilly segera berpamitan untuk pergi bekerja, Mike telah menunggunya di halaman depan mansion orang tua Prilly.
Ia bergegas masuk ke dalam mobil dan mengucapkan "Morning sayang." dan meletakkan pantatnya dengan lembut di kursi samping kemudi,
Mike mengecup lembut bibir Prilly, membelai rambut wanita itu dengan halus dan berbisik "Aku merindukanmu."
Prilly membalas kecupan itu dengan lembut dan tersenyum, matanya menatap Mike dengan tatapan bahagia. Tanpa menjawab ucapan Mike, tatapan matanya telah menggambarkan isi hati mereka.
Mike melajukan mobilnya dengan tenang, suara musik yang lembut dari radio di mobil mengiringi kedua sejoli itu. Tangan kanan Mike menggenggam tangan kiri Prilly. Sesekali ia bernyanyi menirukan suara penyanyi asli di radio itu. Mike menggenggamnya meletakkan tangan mereka di dada Mike dan sesekali mengecup punggung tangan Prilly. Prilly tampak gugup, wajahnya memerah, ia sangat bahagia, ia juga tidak tahu harus bersikap seperti apa.
"Sayang, kau berkonsentrasilah menyetir," pinta Prilly.
"Aku bahkan bisa menyetir sambil tidur, Sayang. Apa kau mau mencoba melihat kemampuanku?" tanya Mike.
"Tidak Mike, aku lebih baik turun naik taksi." Prilly membelalakkan matanya menatap Mike.
Pria itu hanya terkekeh dan melanjutkan bernyanyi kecil sepanjang jalan sampai akhirnya mereka tiba di depan gedung perusahaan tempat Prilly bekerja.
Ketika Prilly hendak meninggalkan mobil, Mike menciumi bibirnya dengan rakus seolah-olah mereka akan berpisah lama.
"Aku akan menjemputmu nanti," kata Mike pada Prilly.
"Baiklah," jawab Prilly dan mengecup singkat bibir tipis Mike.
Ketika sampai di ruang kerjanya, Prilly dengan lembut menghidupkan perangkat komputernya, untuk melihat beberapa dokumen yang harus di kerjakannya. Lin Lin belum datang, Anne duduk dengan manis di mejanya dan Adelia sedang menyesap kopi di mejanya beserta beberapa roti, tampaknya gadis itu tidak sempat sarapan di rumahnya.
Beberapa saat kemudian seorang office boy datang dengan buket bunga mawar merah dan meletakkan di meja Prilly. "Nona Prilly, ada kiriman untuk Anda."
"Terima kasih," jawab Prilly seraya mengambil buket bunga itu dan memeriksa kartu ucapannya. Tidak ada tulisan panjang hanya simbol hati dan dua huruf. *emoticon hati mb
Prilly mengambil ponselnya dan menembak beberapa foto selfie bersama buket bunga itu kemudian mengirimkan pesan teks kepada Mike.
"Sayang, terima kasih bunganya sangat indah."
Beberapa detik kemudian Mike membalas, "Apa kau menyukainya? Tapi kau jauh lebih indah di banding bunga-bunga itu," dibarengi dengan beberapa emoticon cium.
Prilly membalas pesannya, "Tentu saja aku menyukainya."
"Aku akan mengirimnya setiap hari," tulis Mike dalam balasannya.
"Jangan boros, aku tidak suka," sanggah Prilly dalam teks balasannya
Mike hanya membalas dengan emotikom bergambar pelukan. Prilly tersenyum dan meletakkan bunga itu dengan hati-hati di mejanya.
"Ehemmm." Prilly terkejut dan menoleh, tampak Linlin sudah berada di ruangan itu. Berdiri persis di depan mejanya. Bahkan Anne dan Adelia juga berada mengelilingi meja Prilly.
"Sepertinya ada yang sedang jatuh cinta," lanjut Linlin.
"Aku ingin tahu siapa pria itu." Anne menyilangkan kedua tangan di dadanya.
"Prilly, aku bisa mati penasaran. Aku ingin melihat pria beruntung itu." Adelia tak kalah penasaran.
Prilly tertawa kecil. "Baiklah, aku akan mengenalkan pada kalian pada saatnya nanti."
"Kapan?" Anne begitu cerewet dan tidak sabaran.
"Ketika saatnya tepat," jawab Prilly.
"Berjanjilah." Anne masih merengek.
Prilly mengangguk sambil tersenyum bahagia. Ia merasa dunianya sempurna. Mempunyai seorang putra yang lucu, orang tua yang luar biasa, kakak yang tampan dan baik, sekarang bertambah dengan teman-teman yang menyenangkan dan juga kekasih yang sangat menyayanginya.
Dan tanpa terasa dua bulan telah berlalu sejak hari itu, Prilly menjalani hari-hari menyenangkan bersama Mike dan William, putranya yang lebih sering tinggal di apartemennya. Mike dan William sangat cepat akrab. Pria kecil itu tampak sangat menyukai Mike. Hampir setiap pulang kerja, Mike akan memasak untuk mereka. Makan malam bersama, bermain dan menonton acara televisi, seperti keluarga kecil yang sempurna. Setiap Jum’at pagi Prilly bersama Mike mengantarkan William kembali ke mansion orang tuanya agar Alexander dapat mengunjungi William sesuai kesepakatan perjanjian perceraian mereka dan Senin pagi Prilly membawanya kembali ke apartemen mereka.
Prilly tetap konsisten memberikan waktu untuk Alexander mengunjungi putranya meskipun pada kenyataannya Alexander sama sekali tidak mengunjungi putranya. Prilly tidak ambil pusing, ia tidak peduli. Prilly hanya memenuhi poin perjanjian dalam perceraian yang dibuat olehnya.
Bukan hanya kehidupan Prilly bersama William dan Mike yang nyaris sempurna, persahabatannya bersama Lin Lin, Anne dan Adelia juga sempurna. Hampir seminggu sekali mereka pergi menonton film terbaru atau pergi ke restoran China milik ayah Linlin atau bahkan pergi ke rumah Lin Lin untuk pesta hot pot.
Sore itu hari jum’at, karena William sudah diantarkan ke kediaman orang tua Prilly, jadi Prilly mempunyai banyak waktu. Dan itu adalah jadwal bersama teman-temannya, mereka menuju rumah Linlin untuk pesta hot pot. Linlin adalah putri seorang pengusaha di bidang restoran China yang cukup banyak mempunyai cabang di beberapa kota dan beberapa negara. Namun Linlin adalah gadis yang persis seperti Prilly, dia masih enggan mengurus usaha milik orang tuanya, dia memilih bekerja menjadi karyawan biasa di perusahaan orang lain.
Dan lagi pula dia adalah seorang sarjana ekonomi dan sekaligus ahli di bidang IT. Seperti Prilly yang mendapatkan gelar cum laude di fakultasnya sebagai seorang Sarjana Ekonomi di usia dua puluh tahun dan mendapatkan gelar cum laude kembali di usia dua puluh dua tahun sebagai seorang Sarjana Hukum. Namun ia tidak melanjutkan magang di kantor firma hukum untuk mendapatkan lisensi pengacara, ia tidak memerlukan itu.
Prilly hanya memerlukan gelar dan ilmu. Ia tidak berminat menjadi pengacara, karena dia tidak terlalu suka berdebat. Semua hanya untuk membentengi dirinya dan masa depan perusahaan keluarganya.
"Apakah kalian sudah tahu gosipnya bahwa perusahaan tempat kita bekerja akan ada CEO tampan yang akan menggantikan posisi CEO yang lama?" Anne paling cepat dengan gosip.
"Iya, kabarnya dia adalah putra dari Mr. Brown," sahut Adelia sambi. mengeluarkan beberapa kaleng bir dari lemari pendingin.
"Betul, kabarnya saat ini Mr. Brown sudah beberapa hari mengalami sakit dan dalam keadaan koma," Anne begitu lancar bergosip tangannya menyambar kaleng bir di depannya dan membuka tutupnya kemudian menyesapnya.
"Apa dia tampan? Aku penasaran." Adelia meletakkan dagunya di atas meja sambil mengerjapkan matanya,
Sedang Prilly hanya diam dan sibuk memasukkan bumbu pada panci hot pot yang berisi air, bibirnya hanya tersenyum. Dia bukan tidak tertarik pada gosip itu, namun ia tampaknya lebih tertarik pada hot pot yang akan mereka masak. Lin Lin hanya tertawa melihat kelakuan dua gadis tukang gosip itu sambil membagi mangkok kecil dan sumpit.
"Aku harap, dengan CEO baru kita lebih bersemangat. Aku bosan setiap pagi menyapa pria tua yang seharusnya sudah pensiun namun masih berkeliaran di perusahaan," racau Anne.
Mereka makan hot pot dan meminum beberapa kaleng bir, lalu seperti biasa menggosip tentang pria-pria di kantor ataupun mantan pacar ketika duduk di bangku sekolah dan kuliah. Seperti biasa juga hanya Anne dan Adelia yang memiliki mantan pacar, sedang Linlin dan Prilly hanya menjadi pendengar dan sesekali bertanya dan menertawakan kekonyolan mereka berdua. Linlin belum pernah berpacaran dan Prilly hanya mempunyai mantan suami yang tidak mungkin Prilly menceritakan aib mantan suaminya kepada para gadis ini.
Tanpa terasa hampir pukul sepuluh dan merekan mulai membubarkan diri. Mike telah menunggu Prilly, pria tampan bermata biru itu sangat menggoda dan memperlakukan Prilly dengan penuh kasih sayang. Tidak jarang Prilly tidur di kamar Mike, tapi sungguh itu hanya tidur berdua tanpa melakukan hal-hal lain yang melampaui batas. Prilly bertanya-tanya dalam hati, apakah ia tidak menarik untuk Mike dan ketika mereka bercumbu berciuman dan saling memeluk, tangan Mike bahkan tidak pernah menggerayangi tubuhnya. Tangan pria itu hanya mendekap tubuh Prilly erat. Prilly merasakan gairah di tubuh Mike, namun pria itu jelas menahannya. Jujur Prilly ingin sekali menerkam pria itu dan menginginkan diri Mike berada dalam tubuhnya, namun Prilly tidak mungkin memulainya. Ia tidak ingin terlihat seperti ****** yang haus belaian pria.
Di sisi lain, Mike tidak kalah tersiksa. Karena ia mempunyai komitmen no sex before married, ia menjaga dirinya. Ia bisa menyelesaikan sendiri. Dia ingin menikahi Prilly, namun jika ia mengutarakan niatnya, Mike takut Prilly akan menolaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
💘tiara💞
suka banget sama kerakter mike ini
2020-11-30
3
Dina Ajah
good boy
2020-11-07
5
Dina Ajah
good boy
2020-11-07
2