Prilly duduk di meja makan dengan patuh setelah ia membersihkan wajahnya. Dia memandang Mike dengan takjub, pria itu tampak sangat profesional di dapur. Dan beberapa saat kemudian dua piring pancake dan dua gelas susu hangat tersedia di hadapan mereka.
"Mike, kau sangat pandai memasak. Dari mana kau belajar?" tanya Prilly penasaran. "Dan pancake ini juga enak," Prilly menghabiskan pancake di depannya dengan sekejap.
"Aku seorang pria lajang selama dua puluh sembilan tahun. Sejak usia tujuh belas tahun aku tinggal di New York untuk menyelesaikan studyku. Aku harus bisa memasak untuk diriku sendiri." Mike menjelaskan dengan sabar. "Apa kau mau lagi? Aku bisa membuatkannya lagi," tanya Mike sambil tersenyum memandang wanita yang tampak begitu imut dan menggemaskan di hadapannya.
"Kau akan membuatku gendut, aku tidak mau," jawab Prilly cepat.
"Oh ya? Benarkah kau bisa berubah jadi gendut? Aku tidak percaya kau bisa berubah gendut. Bahkan kau bisa menghabiskan dua mangkok ramen sekaligus. Kau juga memakan junk food selama hampir setiap malam dalam satu bulan. Tapi lihat, tubuhmu masih tetap mungil." Mike berbicara tanpa menyadari telah membongkar aibnya kalau ia pernah jadi penguntit.
"Apa? Dari mana kau tahu?" selidik Prilly sambil menatap Mike galak.
Prilly merasa malu, namun berusaha menyembunyikan rasa malunya dengan memasang wajah galak.
"Nona Prilly, sebenarnya pertama kali aku melihatmu di depan pintu apartemenmu, itu pertama kali kau pindah ke sini. Dan sejak hari itu aku selalu mengawasimu." Mike bangkit dari kursinya dan memeluk Prilly dari belakang. Prilly duduk di kursinya tertegun dengan apa yang didengarnya dan memalingkan wajahnya ke belakang. Wajah mungilnya tampak bersemu merah ketika ia memandang wajah pria yang kini menjadi kekasihnya itu terpaksa mengakui perbuatannya. "Apa kau puas aku telah mengakuinya sekarang, Nona manis?" tanya Mike mengecup bibir manis Prilly, ada rasa susu di sana.
Wajah kecil Prilly semakin terbakar, merona karena malu dan gugup. Ia tidk pernah sedekat ini dengan seorang pria, meskipun ia pernah menikah.
Benar-benar membuatnya merasa gugup dan menyiksa jantungnya.
"Mike, jam dua nanti aku akan pergi menonton bioskop bersama teman-temanku," kata Prilly yang berpikir harus segera keluar dari situasi yang membuat jantungnya seakan akan berdetak tiga kali lebih cepat itu. Detak jantungnya terasa berisik sekali, Prilly khawatir Mike mendengar detak jantungnya.
"Oh ya? Apa yang akan kalian tonton?" tanya Mike.
"Mmmmm, entahlah." Prilly sejujurnya tidak tahu judul film yang akan mereka tonton. "Lin Lin bilang itu film baru yang produsernya bernama Michael Johanson?"
"Siapa Lin Lin?" selidik Mike. "Apakah dia wanita?"
"Dia teman di kantorku, tentu saja wanita. Apa ada pria yang mau berteman denganku?" bela Prilly.
"Iya, pria tidak akan memilihmu menjadi teman. Karena kau sangat cantik, mereka pasti menginginkanmu menjadi kekasihnya, bukan temannya." suara Mike terdengar frustrasi.
"Omong kosong apa itu? Kau terlalu memujiku," sahut Prilly.
"Benarkah? Apa kau tidak merasa cantik?" tanya Mike kemudian.
"Mike, berhenti menggodaku." Prilly bangkit dari duduknya dan berbalik, kedua lengannya melingkar di pinggang Mike.
Dibenamkannya wajah Prilly yang merona ke dada Mike.
Mike tertawa ringan sambil membelai rambut Prilly.
"Baiklah Sayang, pulang dan mandilah. Aku akan mengantarkanmu pergi dan menjemputmu ketika pulang nanti," ujar Mike.
"Itu akan merepotkanmu, sungguh tidak perlu," kata Prilly sambil mengangkat wajahnya dan menatap mata biru Mike. "Aku juga akan pergi ke rumah mommyku, aku rindu William, putraku. Aku akan kembali lagi Senin malam sepulang bekerja," Prilly menjelaskan rencananya.
"Tidak ada penolakan, mulai sekarang aku yang akan mengantarmu kemanapun kau akan pergi. Oke?"bsanggah Mike tidak mau dibantah.
"Kau bukan sopirku, Mike," tolak Prilly.
"Dari sekarang aku akan menjadi sopirmu," kukuh Mike.
"Aku tidak akan sanggup membayarmu, gajiku sangat kecil," ucap Prilly terburu-buru.
"Dan kau akan berhutang banyak kepadaku." Mike menyeringai jahat.
"Kau benar-benar pria licik." Prilly tertawa kecil sambil memukul halus pada lengan Mike.
Setelah mengambil tasnya, Prilly segera meninggalkan tempat itu dan masuk ke dalam tempat tinggalnya. Dia masih mengenakan kaos selutut milik Mike. Maria yang membukakan pintu untuk nona kecilnya itu, hanya tersenyum penuh arti dia melihat wajah Prilly begitu merona penuh kebahagiaan.
Wanita mungil itu memasuki kamarnya, menanggalkan kaos itu dan menciumi aroma Mike yang masih tertinggal di sana. Dia memeluk kaos berwarna hitam itu seakan enggan memasukkan ke dalam keranjang cucian. Tersenyum-senyum seolah dia wanita paling bahagia saat ini.
Andai pria itu adalah Michael Johanson. Andai, dengan cepat ia menepis keinginannya yang mulai berandai andai tentang cinta masa kecilnya.
Prilly bersenandung kecil dan memasuki kamar mandinya. Menyelesaikan ritual perawatan kulitnya yang cukup lama dan keluar dari kamar mandi sudah hampir jam satu siang. Dia harus bergegas mengeringkan rambutnya, Prilly memanggil Maria dan meminta bantuan Maria mengeringkan rambut panjangnya, sementara dia mengaplikasikan sedikit bedak dan mascara,. Dia merapikan alis tebalnya dan memakai lipstik berwarna baby pink.
Wanita mungil itu sangat menawan, wajahnya adalah perpaduan mommynya, Sandra yang berkebangsaan Turki dan daddynya berkebangsaan Spanyol. Wajahnya seperti cerminan Sandra Smith saat muda.
Setelah di rasa cukup dia memilih baju. Dia sedikit bingung, tapi Prilly tidak ingin tampil mencolok jadi dia memilih kaos berwarna putih polos dengan potongan sederhana dari brand Zara dan celana jeans panjang dari brand Mango yang ia padukan flat shoes. Mengambil hand bagnya memasukkan sebuah lipstik dan kaca kecil. Memasukkan beberapa lembar uang tunai dan card holder, tidak lupa juga dengan ponselnya. Dia segera keluar dari kamarnya dan terkejut melihat Mike sudah menunggunya di ruang tamu.
Mike memandang penuh kekaguman, wanita yang telah memenuhi rongga kepalanya kini berada sangat dekat dengannya.
"Mike, apakah penampilanku aneh?" tanya Prilly sambil memandang tubuhnya sendiri.
"Hmmm..." hanya itu yang bisa di ucapkan Mike.
"Kalau begitu aku akan menggantinya," ucap Prilly dan hendak berbalik tapi tangan Mike sudah menarik tubuhnya dalam dekapan pria tampan itu.
"Kau sempurna, Sayang,” kata Mike. “Segera berangkat atau kau akan terlambat dan temanmu akan kesal jika kau terlambat.” Mike mengingatkan Prilly dan mereka berjalan bergandengan tangan menuju lift.
Prilly melepaskan tangan Mike ketika mereka keluar dari lift. Setelah memasuki mobil, Prilly berkata, “Mike aku ingin kita berhati-hati. Aku belum ingin hubungan kita terendus media." Prilly berkata dengan hati-hati ketika sampai di dalam mobil. "Aku ingin kita menikmati hubungan ini jauh dari rumor skandal, kau tentu mengerti aku baru saja bercerai," lanjutnya.
"Tentu saja, Sayang. Aku akan menurut apa kata kekasihku." Mike tersenyum, dia tidak menyangka wanita ini bisa berpikir sejauh itu dan ini juga diharapkan Mike, karena ia juga masih memikirkan cara yang tepat untuk mempublikasikan hubungan mereka.
"Terima kasih atas pengertianmu, Sayang" jawab Prilly dengan nada sedikit manja.
"Kau panggil aku apa tadi? Aku ingin mendengarnya lagi."
Prilly merona. Wajahnya terbakar, bahkan mungkin telinganya juga memerah.
"Tidak, aku hanya salah bicara," elaknya.
"Ulangi lagi atau aku akan menciummu," ancam Mike dengan bercanda.
"Mike, kau benar benar licik," keluh Prilly.
"Aku akan jadi licik dan mungkin akan lebih licik dari pada ini," ujarnya lebih lanjut.
"Baiklah, kalau begitu biar aku saja yang melakukannya." Prilly mengecup sekilas bibir tipis Mike dan membuat Mike terkejut.
"Hei, hei, kenapa kau jadi nakal begini. Siapa yang mengajarimu?" Mike tertawa renyah.
"Siapa lagi kalau bukan kau," kata Prilly "Sayang, cepatlah. Aku akan terlambat menonton film itu," rengek Prilly.
"Aku bisa membelikanmu film itu beserta gedung bioskopnya," jawab Mike seraya menginjak pedal gasnya.
"Sombong sekali," gerutu Prilly.
Mobil melaju dengan pelan, Mike sesekali melirik wanita di sampingnya yang asik memainkan ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri.
Sejujurnya, pikiran Prilly melayang. Dia harus menyimpan hubungan ini sampai saatnya tepat. Dia ingin menikmati hubungan santai, jauh dari rumor dan dia takut Alexander akan mengganggunya.
"Akanku buat kau menjadi milikku lagi Prilly," itu kata-kata terakhir Alexander ketika Prilly menceraikan Alexander. Dan sejak perceraian mereka resmi di putuskan, Prilly belum pernah bertemu Alexander kembali. Seharusnya Alexander datang menemui William, putra mereka di hari Jum’at dan Sabtu. Karena Prilly tidak ingin bertemu Alexander, maka ia memilih tinggal sendiri.
Tidak disangka apartemen yang di hadiahkan Alexander sebagai salah satu kado perceraian mereka, justru mengantarkannya bertemu Mike, pria yang mampu menggetarkan hatinya.
"Nona Prilly, kita sudah sampai." Mike berbisik pelan dan dekat di telinga Prilly, wanita itu tersentak dari lamunannya. "Apakah kau enggan untuk berpisah dariku, Nona manis?" Mike terus menggodanya.
Dan lagi-lagi wajah kecil itu terlihat merah merona.
"Panggil aku jika kalian sudah selesai menonton dan ingat untuk membeli cemilan. Film itu durasinya seratus lima puluh menit, kau harus minum air putih dan mengisi perutmu," ucap Mike mengingatkan Prilly.
"Baiklah, Sayang, kau lebih cerewet dari Maria," keluh Prilly.
Dan ketika Mike hendak turun untuk membukakan pintu mobil untuk Prilly, wanita itu menahannya.
"Biar aku saja, di sini terlalu ramai," ujar Prilly.
"Bagaimana mungkin seperti itu, bukankah aku harus memperlakukan wanitaku dengan baik?" protes Mike.
Prilly menatap tajam ke arah Mike yang membuatnya harus mengalah dengan wanita mungil ini.
"Ini seperti kita sedang berselingkuh," gerutu Mike. Prilly turun dengan cepat dan segera melesat ke dalam gedung teater. Mencari lokasi di mana para gadis-gadisnya berada.
Linlin melambaikan tangannya dan Prilly segera menghampirinya. Anne dan Adelia juga baru datang sesaat setelah Prilly tiba. Mereka berbincang sebentar sebelum memasuki ruang teater, mereka memesan bangku biasa. Berbeda ketika ia menonton bersama kakaknya dan Alexander, mantan suaminya. Mereka bahkan menyewa satu ruangan khusus satu teater hanya untuk mereka bertiga menonton sebuah film. Prilly membeli popcorn, burger dan kentang goreng sebanyak empat porsi. Dia antusias sekali. Teman-temannya protes, karena perut mereka tidak akan mampu untuk menampung semua makanan tersebut. Tapi Prilly tidak peduli.
Film action romantis itu sangat bagus, alur cerita tidak terburu-buru dan Prilly bahkan menangis saat pemeran wanita itu harus berpisah dengan kekasihnya untuk pergi berperang. Jantung Prilly berdesir sesaat ketika pada awal film dia membaca tulisan.
**Director by : Michael Johanson
Producer by : Michael Johanson**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
alur cerita di film dibuat seperti.kisah hidup prilly dg mike...
2020-11-19
0
Prince SuhoLee ❤
bentar deh yg ceraiin prilly atau alex sih, diepisod sblumnya prilly bilangnya waktu dia dapet gelar cumlaude disitu juga surat cerainya datang, disitu kek alex yg ceraiin, nah di episode ini knpa bilang prilly yg ceraiin, jadi mana yg bner, alasan mereka cerai juga apa coba
2020-10-28
7
Prince SuhoLee ❤
iya kayaknya emg dia michael deh, cinta pertama prilly, tapi gk mau ngaku yg sbnarnya takut prilly menghindar
2020-10-28
5