"Sayang, besok aku akan pergi ke New York. Aku ada urusan, apa kau mau ikut?" tanya Mike kepada Prilly.
"Berapa lama?" Prilly menatap seolah tidak ingin terpisah dari Mike.
"Jika kau ingin ikut, kita bisa kembali pada hari Minggu."
"Tidak, Sayang. Kau akan terburu-buru dengan urusanmu jika aku ikut serta. Lebih baik kau pergi sendiri saja dan selesaikan urusanmu, jangan terburu-buru. Aku bisa ikut kapan-kapan ketika kita sudah dapat mempublikasikan hubungan kita." Prilly bergelayut manja di pelukan Mike.
"Baiklah," ucap Mike mengecup pucuk kepala Prilly lembut. "Jaga dirimu selama aku di New York. Tidak boleh main ke klub atau pulang larut malam."
"Mike, kau berkata seperti aku pernah pergi ke klub," protes Prilly.
"Aku hanya mengingatkan."
"Never. Aku tidak akan pergi ke klub ataupun pesta tanpa kakakku, Anthony," jawab Prilly meyakinkan Mike.
"Baiklah, apa kau perlu sopir?"
"Tidak perlu, Sayang, aku bisa menyetir sendiri."
"Tapi aku merasa khawatir."
"Simpan kekhawatirkanmu, aku bukan anak kecil." Prilly mengecup lembut bibir Mike. Tidak melewatkan hal itu, Mike menangkap bibir Prilly dengan bibirnya. Tidak mau membiarkan kecupan kecil itu lolos dan merubahnya menjadi ciuman penuh gairah, lidah mereka saling membelit dan mendecap, suara suara erangan kecil keluar dari bibir Prilly.
"Tidurlah." Mike menyudahi ciuman panas penuh gairah itu.
Prilly diam-diam kecewa, mendengkus dengan sedikit kasar namun dia mampu menyembunyikan kekecewaannya. "Jam berapa jadwal penerbanganmu?" tanya Prilly pelan.
"Jam dua siang. Aku akan mengantarkanmu dulu ke kediaman orang tuamu sebelum aku pergi ke bandara," jawab Mike sambil memeluk erat pinggang wanita mungil itu. "Tidak ada bantahan, karena aku lebih tenang selama aku tidak di sini kau berada di rumah orang tuamu."
"Baiklah, kau cerewet sekali," jawab Prilly yang masih menahan kekecewaan karena api gairah di tubuhnya masih belum padam, dia mencoba memejamkan matanya berusaha untuk tidur.
Sudah jam sepuluh pagi di hari Minggu, tapi Anthony tidak muncul juga di kediaman orang tua mereka. Biasanya pria tampan itu akan muncul setiap hari Minggu.
"Kakak apa kau tidak pulang? Aku dan Willy merindukanmu." Prilly mengirim pesan teks untuk kakaknya.
"Aku berada di New ymYork untuk urusan bisnis. Aku telah bertemu Willy kemarin sebelum pergi ke New York." tidak berselang lama kakaknya membalas pesannya.
"Kau pergi tanpa memberi tahuku? Kau tidak menyayangiku lagi? Aku akan melarangmu bertemu Willy," ancam Prilly di sertai emotikon marah.
"Maafkan aku. Apa kau menginginkan tas chanel edisi terbaru? Warna apa?" Anthony mengeluarkan jurus agar dapat meredakan cemburu adik yang sangat disayanginya.
"Kau menyuapku?" balas Prilly singkat.
"Tentu saja, aku tidak punya istri jadi untuk apa uang yang aku hasilkan jika tidak dihabiskan? Hanya adikku yang boleh menghabiskannya." sebenarnya Anthony berkata jujur.
"Baiklah, aku ingin beberapa tas dan sepatu baru."
"Ambil sebuah kartu bank di kamarku dan gunakan semaumu, jika perlu habiskan isinya."
"Kau sangat sombong, lihat saja aku akan menghabiskannya dan jangan mengomel seperti nenek-nenek," ejek Prilly. Pada kenyataannya, Prilly tidak mengambil kartu bank kakaknya, dia hanya suka bercanda pada kakaknya. Prilly tertawa kecil, Kakaknya adalah dewa baginya.
Kakaknya yang tampan selalu berganti ganti pacar, hampir setiap pesta dia akan pergi bersama gadis yang berbeda. Hanya beberapa yang pergi bersama Anthony lebih dari satu kali. Kebanyakan gadis-gadis itu adalah artis muda, selebgram, model, penyanyi dan putri para pejabat. Namun belum pernah satu pun dari mereka di perkenalkan pada Prilly apa lagi kepada kedua orang tua mereka.
Prilly berpikir jika kelak kakaknya menikah dengan salah satu dari mereka, mungkin Prilly akan kesulitan, bagaimana berbicara dengan kakak iparnya nanti, apakah calon kakak ipar di masa depannya akan mengerti kedekatan mereka sebagai kakak beradik?
Di belahan dunia yang lain, Anthony sedang duduk di coffeshop hotel ketika seorang pria tampan yang tak kalah tampan darinya menghampirinya dan duduk di depannya.
"Jam berapa jadwal pemotretan besok?" tanya Anthony pada pria yang baru datang itu.
"Jam sepuluh pagi. Apa kau terburu-buru untuk kembali ke London?" Pria itu tak lain adalah Mike.
"Tidak, aku hanya ingin pergi ke klub malam ini jika waktunya memungkinkan."
"Untuk mendapatkan jal*ng?"
"Aku hanya bersenang-senang."
"Cih," sinisnya. "Lihat saja setelah kau sukses menjadi salah satu model di cover majalah ini, para jal*ang akan mengejarmu seperti kau artis papan atas," lanjut Mike sinis.
"Hwi, Mike tentu saja. Ini kesempatan untuk melejitkan nama perusahaanku agar semua orang tahu, aku juga salah satu miliarder muda yang pantas di perhitungkan bukan?" jawab Anthony sombong. "Dan para gadis di dunia akan tahu betapa tampannya aku," lanjut Anthony sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya ke belakang.
"Benar-benar narsis," sinis Mike.
Mike datang ke New York untuk pemotretan cover sebuah majalah bisnis, perusahaan majalah ini baru saja ia beli sahamnya. Ia ingin menerapkan konsep baru yang menginspirasi anak muda.
Mike membawa Anthony karena Anthony banyak mempunyai pacar atau sekedar teman kencan di kalangan artis. Ia ingin memakai wajah tampan sahabatnya untuk mendongkrak penjualan majalahnya. Anthony menyetujui dengan syarat mereka berdua yang menjadi cover majalah itu, bukan Anthony sendirian karena ia merasa kurang percaya diri dan Mike mau tidak mau menuruti kemauan calon kakak iparnya.
Mike menyesap kopinya dengan santai,
"Tumben kau tidak merokok Mike?"
"Seorang wanita melarangku merokok."
"Dan kau menurutinya?"
"Tentu saja."
"Kau serius dengannya?"
"Aku ingin menikahinya."
"Apa dia bersedia?"
"Entahlah."
"Apa dia tahu kau seorang Johanson?"
"Dia tidak bertanya."
"Dan kau tidak berusaha memberitahunya?"
Mike tidak menjawab. Kemudian Anthony melanjutkan. "Apa kau perlu bantuanku?"
"Asal kau tidak merugikanku."
"Akan aku bantu asal kau membuktikan bahwa kau berbeda dengan Alexander."
"Maksudmu?"
"Suatu saat jika waktunya tiba, kau akan tahu mengapa Prilly menceraikan Alex." jawab Anthony pelan, ada kilatan kemarahan di bola matanya.
Anthony telah mengetahui hubungan Mike dan Prilly, tentu mengetahuinya karena ini adalah satu satunya cara agar Anthony bisa menebus rasa bersalahnya pada Prilly adiknya. Membiarkan adiknya di nikahi baji**ngan seperti Alexander adalah kesalahan terbesar dalam hidup Anthony. Anthony tidak mempermasalahkan Prilly jatuh cinta pada sahabatnya yang sekaligus sepupu Alexander, mantan suami adiknya yang tak lain teman masa kecilnya.
Anthony tahu jika Mike berbeda, mereka saling mengenal sejak kecil, hanya saja Mike selalu di bawa berpindah-pindah karena orang tuanya adalah seorang duta besar untuk negara yang di pindah tugaskan ke negara-negara di belahan bumi ini. Setahu Anthony, dia bahkan tidak mempunyai mantan pacar. Dia dingin terhadap sebuah hubungan bernama ikatan cinta.
Dia serius hanya kepada studynya dan kemudian pekerjaannya. Ada beberapa orang wanita, tapi itu benar-benar hanya teman dan rekan bisnis. Dia pria yang teguh memegang prinsipnya. Yang Anthony tahu, Mike ingin menjadi seorang pebisnis handal yang tidak perlu bekerja berpindah-pindah negara seperti ayahnya, itu yang selalu Mike katakan di surat-surat elektronik yang dia kirimkan pada Anthony dulu.
Dan seorang gadis yang mengantarkan Mike pada kesuksesan, Mike meniti kariernya untuk mencapai gadis itu. Anthony tahu semua karena Mike selalu membagikan ceritanya dalam surat surat elektroniknya meskipun ia tak menyebutkan siapa nama gadis itu. Anthony tahu jika gadis yang diincar sahabatnya adalah adiknya sendiri.
Minggu pagi, Anthony dan Mike bersiap siap untuk pemotretan. Mike menggunakan celana jeans yang di padukan t-shit putih dan jas berwarna navi dan menarik lengan jas hingga setengah lengannya.
Hampir sama dengan style yang di kenakan Mike, Anthony dengan mata hazelnya tentu tidak kalah tampan.
Sulit untuk membedakan mana yang lebih tampan, Anthony dengan mata hazelnya, kulit putih dan rambut dark brown atau Mike dengan mata biru dan rambut coklat keemasannya. Kedua pria itu berpose santai namun terlihat sangat sexy, mungkin jika fotografer di sana adalah para wanita, mereka akan berteriak histeris dan tidak bisa berfokus dengan lensa kamera mereka. Bahkan akan basah hanya dengan melihat keseksian kedua pria tersebut.
Mereka berpose dengan sangat alami, sehingga fotografer tidak mengalami kesulitan seolah-olah mereka model profesional. Pemotretan baru usai sekitar jam lima sore dan majalah itu akan terbit Senin pagi.
Setelah menyelesaikan pemotretan, mereka kembali ke hotel untuk berkemas dan makan malam. Setelah istirahat beberapa jam kemudian, mereka bergegas pergi ke airport untuk kembali ke London.
Jadwal keberangkatan pesawat mereka adalah jam satu malam, mereka menunggu di private lounge. Sambil menyantap makanan yang dipesannya, Anthony menyeringai licik kepada Mike.
"Apa yang kau rencanakan?"
"Tidak ada."
"Akan ku kebiri kau jika kau macam macam," ancam Mike.
"Kau kejam sekali, aku calon kakak iparmu," keluh Anthony. "Kau harus berterima kasih padaku nanti dan mencium pantatku."
"Cih, cium saja bokong jal**angmu."
"Para jal**ang dengan senang hati mencium bokongku."
Mereka mengobrol sambil terus saja sesekali berdebat, ini adalah kebiasaan mereka berdua yang tampak tidak pernah harmonis, namun sejujurnya Anthony lebih nyaman berteman dengan Mike ketimbang Alexander yang kaku dan dingin.
Senin pagi itu di perusahaan Prilly bekerja tampak lengang, semua orang berkumpul di ruang rapat utama. Hadir di depan pertemuan itu memimpin pertemuan pagi itu adalah Mr. Laode sekretaris Mr. Brown dan juga hadir seorang pria muda berusia tigapuluhan tahun. Wajahnya cukup tampan, tidak terlalu kaku tampak bawaannya sangat tenang.
"Selamat pagi semuanya. Saya tidak akan berlama-lama, langsung saja pada intinya. Dikarenakan Mr. Brown tidak bisa lagi memimpin perusahaan ini karena keadaan beliau sedang menjalani pengobatan, maka beliau menyerahkan kepemimpinan perusahaan ini kepada putra beliau, Mr. David Brown yang berada di sebelah saya ini," kata Laode seraya menunjuk dengan sopan pria di sebelahnya dan mempersilakan pria itu memperkenalkan diri. "Mr. David silakan perkenalkan diri anda."
Pria itu bangkit dari duduknya. "Terima kasih Mr. Laode," kata pria itu sopan. "Baiklah, perkenalkan, nama saya David saya putra Lucas Brown, pemilik perusahaan ini dan mulai dari sekarang saya akan menggantikan ayah saya sebagai CEO di sini. Namun, saya tidak akan menjabat sebagai seorang CEO di Brown’s Company, saya telah memilih seseorang yang lebih pantas untuk berada di posisi CEO di sini," lanjutnya.
"Saya telah mempelajari seluruh data karyawan di sini, mungkin saya akan melakukan perombakan besar-besaran. Saya ingin perusahaan ini lebih maju ke depannya." Matanya menyapu seluruh karyawan yang hadir di ruangan itu. "Dan saya akan mengganti konsep perusahaan ini dengan gaya fresh anak muda agar tidak membosankan," lanjutnya datar. "Baiklah, saya mohon kerja sama kalian dan cukup sekian kalian bisa kembali bekerja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Elea Emma
Jadikan aku adikmu juga, Anthony 😅
2021-06-12
0
Daffa Alif
heran sama antony katanya shbt dr kecil kok ngga tau temennya bejat
2021-03-29
0
Opsir Yoo
barusan baca novel yg pake nama Laode.. di Sulawesi Tenggara nama ini untuk bangsawan 👍👍
2020-10-14
4