Vote sebelum membaca😘
.
.
Menemui Malia terlebih dahulu, Norman berencana untuk menemui Dennis. Langkahnya semakin cepat melihat Malia yang hendak berdiri dari kursi rodanya.
"Kau mau ke mana, Malia?"
Malia terlihat terkejut, seolah maling tertangkap basah. "Norman?"
"Kau mau ke mana?" Dengan gampangnya Norman mengangkat tubuh Malia dan mendudukannya di kursi roda. Norman mengekang tubuh Malia dengan mengurungnya dengan tangan. "Kau mau kemana?"
"Belajar berjalan," ucapnya membuat Norman menatap tidak percaya.
Pria itu berjongkok supaya bisa melihat manik Malia yang menunduk. "Kita sudah bahas ini, kau yang mengatakannya."
"Aku hanya mencoba-coba."
"Jangan lakukan itu, bagaimana jika kau jatuh ke bawah sana dan aku tidak bisa menemukanmu? Tulangmu patah, kulitmu terluka dan lebih parahnya wajahmu bisa tergores duri kaktus di sana. Kau mau?"
Norman mengatakannya dengan pelan, datar dan tanpa emosi. Namun, itu mampu membuat Malia ketakutan, dia menggeleng dengan mata menahan air mata. "Maaf."
"Jangan lakukan itu lagi tanpa pengawasanku, kau boleh berlatih berjalan bersamaku saja. Mengerti?"
"Sí."
Tangan Norman terangkat otomatis, mengelus pipi Malia saat melihat manik cokelatnya ingin menurnkan air mata. "Aku akan menemui Dennis sebentar."
"Sekarang?"
"Sí." Norman melanjutkan sebelum kalimat pertanyaan dari mulut Malia keluar. "Aku menelpon seorang teman, dia akan datang dan menemanimu."
"Siapa? Dania?"
"Tidak bukan Dania, jangan dia."
Kening Malia berkerut. "Kenapa jangan dia?"
"Temanku di sini, dia akan datang sebentar lagi."
Gerak tubuh Norman memperlihatkan jelas bahwa dirinya terburu-buru, berulang kali manik abu itu melihat jam tangan.
"Kau terburu-buru?"
"Tidak."
"Pergilah, aku akan menunggu temanmu di sini."
Norman terlihat ragu, membuat Malia kembali mengatakan, "Pergilah, aku baik-baik saja. Aku serius."
Tanpa berkat lagi, Norman memberikan ciuman di bibir Malia. "Tunggu di sini, jangan lakukan hal aneh."
Setelahnya pria itu pergi, mengendarai mobilnya menuju ke jalan keluar dari teluk. Di sana Dennis menunggu di atas motornya, sambil merokok dan menggoda turis wanita yang lewat.
Norman keluar mobil, mendekati Dennis yang menurunkan kacamatanya. Dengan bersandar di kap mobil pria itu menatap tajam Dennis. "Apa yang ingin kau katakan?"
"Kau tahu ini akhir pekan?"
"Lalu?"
Dennis terkekeh, dia bersiul kembali pada wanita yang lewat dengan mobil terbuka. "Lihat mereka, Norman. Puerto del Marqués penuh dengan turis dari luar negara saat akhir pekan. Kau pikir kenapa aku membangun real estate bintang lima di sini? Untuk memacing turis yang cantik dan juga memiliki nilai jual tinggi."
"Real estatr ini berasal dari uangku, uang kakekku."
"Aku yang bersusah payah melakukannya, aku membayar pemerintah negara bagian Guererro untuk semua yang dilakukan El Sinaloa."
Norman terkekeh, tajam dan dingin. Layaknya jarum yang ditinggalkan dalam es, tusukannya tidak terasa tapi setelahnya akan terasa sangat sakit. "Aku bilang tidak boleh ada operasi di Puerto del Marqués minggu ini, tidak sampai aku dan Malia pergi dari sini."
"Itu semua karena wanita cacatmu?"
Norman mengepalkan tangannya yang berada dalam saku celana.
"Tenang saja, anak buahku tidak akan mengambil wanita cacat seperti dirinya, kecuali kalau dia perawan. Dia tidak 'kan? Aku yakin banyak sekali pria yang sudah menidurinya."
Seketika Norman menarik kerah baju Dennis, memukulkan punggungnya pada batang pohon besar di sana. Kekuatan Norman lebih besar, dia mampu membuat Dennis tercekik dengan jemari kekar Norman.
"Jaga ucapanmu."
"No…. Norman…. Lepaskan…."
Bukannya melepaskan, cekikan Norman semakin kuat. "Ingat posisimu, Dennis. La Sinaloa bukan milikku, ikuti perintahku sebelum aku hukum kesalahanmu. Kau tahu akibat seorang yang salah bukan?"
Dennis mengangguk dalam cekikannya. "Sí…. Sí, Señor."
****
Sepuluh menit Malia menunggu teman yang dimaksud Norman. Sambil menunggu, dia kembali melakukan video call bersama Don.
"Maaf aku membangunkanmu, Papa."
'Tidak apa, Sayang, kenapa kau merasa begitu bersalah?'
"Karena mengganggu waktu istirahatmu?" Malia tertawa saat melihat Don memainkan wajahnya, untuk membuat putrinya tertawa. "Hentikan, Papa."
'Apa yang sedang kau lakukan?'
"Sarapan, aku berada di pinggir pantai. Lihatlah," ucap Malia membiarkan ponselnya melihat apa yang dia lihat. "Baguskan?"
'Pantainya sangat ramai, kau sendirian?'
"Norman pergi sebentar untuk menemui seseorang, urusan pekerjaan."
'Dan dia meninggalkanmu sendirian?' Nada suara Don meninggi.
Segera Malia menggeleng, kemudian mengangguk lagi bingung dengan apa yang harus dikatakannya. "Ya, ya, dia memang pergi. Tapi seseorang akan datang."
'Malia, Papa ti--'
"Papa hentikan, Norman bersikap baik padaku, aku bahagia bersamanya."
Terlihat Don menarik napasnya dalam, dia mengusap wajahnya kasar. 'Kau begitu sangat mencintainya.'
"Bagaimana perusahaan Papa?"
'Lebih baik, semuanya mula terkendali.'
"See? Norman membantumu, Papa."
'Bagimana pernikahanmu?'
"See…. Kami sedang berbulan madu."
Don terkekeh, dia kembali menguap. "Papa, kau mengantuk?"
'No.'
"Baiklah, aku rasa kau harus kembali tidur. I love you."
Malia menutup panggilan, bersamaan dengan Dania yang datang menghampiri. "Holla, Malia."
"Holla, Dania. Kau terlambat, aku sudah selesai sarapan. Kau ingin memesan?"
"No, aku ke sini untuk mengajakmu kembali ke villa. Norman ada pekerjaan dengan Dennis. Kau tahu bukan?"
"Sí, aku di sini sedang menunggu teman Norman. Ayo aku akan mengantarmu."
Malia terdiam sesaat, terlihat keraguan di matanya untuk mengangguk. Namun, dia tidak enak pada Dania, apalagi wajah wanita itu begitu manis membuat Malia tidak tega menolak. Selain itu, dia juga ingin berbaring menatap teluk dari atas ranjang.
"Baiklah."
Dania tersenyum seketika, dia segera mendorong kursi roda Malia keluar dari restaurant. Sepanjang melangkah, Dania tidak berhenti tersenyum menyukai apa yang ada dalam rencananya.
"Malia, aku dengar kau sedang melukis?"
"Ya, aku sedang mencoba hobby baru."
"Bagaimana kalau kita melukis bersama besok hari, aku cukup pandai menggambar," ucap Dania melangkah pelan sambil mendorong kursi roda, tatapannya tajam pada perempuan berambut cokelat gelap itu. Dia tidak tahan ingin mendorongnya kuat dan Malia mati. Setelahnya Norman miliknya untuk selamanya.
"Tentu saja, aku akan sangat menyukainya."
"Astaga!" Dania menghentikan langkahnya, membuat Malia ikut terkejut.
Pemilik manik cokelat itu menengok. "Ada apa, Dania?"
"Ponselku sepertinya jatuh."
"Ya ampun, telusuri saja jalanan. Ayo cepat."
Dania memperlihatkan ekspresi ragu, yang membuat Malia melangsungkan kalimat, "Tinggalkan saja aku di sini, kau cari saja ponselmu. Aku akan menunggu di sini."
"Baiklah." Dania mendorong kursi roda Malia dan memberhentikannya di pinggir jalan, tepatnya di pagar besi besar yang mana membuat Dania bisa melihat jelas keindahan pantai dari atas sana.
Jalanan itu bukanlah jalan utama, melainkan jalan di mana pengunjung mengunjungi restaurant atau food court. Hanya ada beberapa kendaraan yang lewat, mobil pun jarang. Kebanyakan dari mereka jalan kaki, mengingat villa di teluk cukup dekat.
"Tunggu di sini, Malia."
"Aku mengerti," ucap Malia tersenyum.
Begitu berbalik membelakangi Malia, Dania tersenyum miring. Meninggalakannya bukan tanpa alasan, Dania merencanakan sesuatu.
Dia mendekati pria bertatto yang sedang duduk di restaurant. Dania duduk di sana.
"Wanita itu di sana, Paolo," tunjuknya pada Malia yang sedang menikmati angin pantai. "Gunakan mobilmu, aku ingin kau menabraknya sampai mati."
"Siapa wanita itu?" Tanya pria yang sedang memakn burger.
"Hanya orang tidak berguna. Bunuh dia, dan kita akan berpesta malam ini," ucap Dania menyentuh pipi Paolo. "Aku tahu kau tidak diizinkan beroperasi minggu ini, bagaimana?"
Pria itu menyunggingkan senyumannya, dia mencium tangan Dania. "As you wish, my b*tch."
----
**Love,
ig : @Alzena2108**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Sergiy Karasyuk Lucy S.K.L.
Bener nih novel, mau baca dek"an...ngga baca penasaran... poor Malia
Thor.. oh no.. bagus skali karyamu... bikin jantung mau copot 😁👍😎
2023-04-14
0
Ana Aryadi
paolo seperti ya aku pernah mndengar nama itu dicerita louis dan Lucia
2021-06-09
0
Ayu Lestari
semoga ada keajaiban.. Malia bisa lari selamanya dri neraka dunia😔 ikut ketat ketir atiku😖
2021-02-16
0