Vote sebelum membaca😘😘
.
.
Jam kerja Dania sudah selesai, wanita itu memakai jaketnya dan keluar dari bar yang penuh oleh pria berjas dengan dompet tebal. Sebagai tips saja, Dania mendapatkan banyak cek. Sampai ratusan ribu dollar.
Bar memang belum tutup, tapi Dania sudah keluar. Dia menatap pria yang hendak masuk bar, diperiksa oleh dua penjaga berbadan besar.
Dania mencoba menelpon Norman, tapi pria itu tidak menjawabnya.
"Holla, Hermosa chica? (Hallo, wanita cantik?)"
Dania memutar bola mata pada pada pria dalam mobil, berhenti tepat di depannya. "No tienes trabajo además de seducir? (Apa kau tidak punya pekerjaan selain merayu?"
"Oh vamos, vamos al bar, te compraré una bebida, o quieres ir al club directamente? Podemos alquilar una habitación allí (oh ayolah, mari ke bar, aku akan membelikanmu minuman, atau kau ingin ke klab langsung? kita bisa menyewa ruangan di sana)"
"Menjijikan," ucap Dania memutar bola matanya malas. Saat dia hendak melangkah pergi, pria dalam mobil keluar dan menahan tangan Dania.
"Kau tidak akan ke mana pun."
"Pergi dariku."
Pria itu terkekeh, dia menarik Dania hingga dada mereka beradu. "Kau cantik, apa kau wanita bayaran di sini?"
"Berhenti menggodanya!" Teriak Dennis keluar dari dalam bar. "Pergilah, dia bukan wanita jalanan."
Tahu siapa Dennis, pria itu memilih mundur dan kembali ke dalam mobil.
"Kenapa kau pergi? Kau seharusnya tetap di bar."
"Aku tidak ingin yang seperti itu, itu terlalu formal."
"Kau ingin langsung pada intinya?"
"Klab malam?" Tanya Dania sambil memgangguk. "Aku ingin klab malam kelas atas, yang didatangi para penanam modal."
"Klab dengan kamar?"
"Ya, aku akan menjadi bartender di sana. Di sini kebanyakan mereka membicarakan bisnis."
"Ikut aku," ucap Dennis menarik tangan Dania, tapi wanita itu melepaskannya.
"No, aku akan ke mansion Norman."
"Kau bilang apa?"
"Aku akan ke mansion Norman," ulang Dania sambil melangkah menuju mobil yang baru dia beli tadi sore.
Sebelum membuka pintunya, Dennis menghalangi dengan tubuhnya. "Kau tidak akan bisa ke sana."
"Kenapa tidak?"
"Kau tidak bisa masuk, penjagaan di sana sangat ketat."
Dania terkekeh, merasa tidak percaya. Dia mendorong dada Dennis agar menyingkir. "Norman takkan pernah bisa menolakku."
Dania tidak mendengar apa yang dikatakan Dennis, dia menyalakan mesin dan mengendarai mobil menuju tempat yang pernah Norman katakan.
Kehilangan komunikasi dengan pria latin itu membuat Dania menggila, dia tidak ingin semuanya berakhir. Terlepas dari semua itu, Dania ingin menagih janji Marc bahwa dia akan dinikahkan dengan Norman jika berhasil membunuh Van Allejov.
Sayangnya, ketika mobil mulai memasuki daerah Puerto del Marqués, hutan mulai mendominasi. Beruntungnya, banyak mobil yang melewati jalan ini.
"Di jalanan sempit ini masih banyak mobil, kenapa mereka ingin ke teluk?"
Sampai mobil Dania berhenti di antara cabang jalan. Yang satunya jalan lurus dengan banyak mobil, lainnya belok kiri dengan penuh dedaunan dan jalan lebih sempit.
"Ikuti jalan yang lebih sepi, lebih sempit dan lebih gelap menuju istana iblis," gumam Dania sebelum mengendarai mobil ke arah kiri.
Memang, semakin gelap. Pohon lebih rindang, bahkan menutupi langit dengan jalanan yanh semakin sepi. Belum juga Dania melihat keberadaan mansion yang dikatakannya sangat besar, ada tiga orang pria mencegat. "Shit, mereka pasti orang-orang Marc."
Dania menurunkan kaca mobil. "Holla."
Salah satunya menunduk. "Holla, Señorita, apa yang kau lakukan di sini? Ini sudah malam."
"Aku menuju ke istana iblis."
Pria kulit hitam itu terkekeh. "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, tapi pulanglah, ini jalan pribadi."
"Aku hendak menemui Norman."
"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."
"Aku akan menemui Marc," ucap Dania malah membuat ketiganya tertawa.
"Berbaliklah, sebelum kami membuat keributan."
"Aku ingin menemui Enrique Norman Derullo!"
Karena kalimat itu, pria berkulit hitam itu mengeluarkan pistol dari balik badannya. Dia menatap Dania masih dengan santai. "Kau masih ingin tetap di sini?"
"Shit!" umpat Dania kembali berbalik, sepanjang perjalanan dia mengumpat kasar. "Sialan! Shit! Bagaimana aku akan menemui Norman? Bagaimana jika dia bersama Malia? Atau tidur dengan wanita cacat itu?"
***
Tirai terbuka otomatis saat jam menunjukan pukul enam pagi. Malia lebih dulu membuka matanya, dia menatap Norman yang tidur di sampingnya, tanpa baju. Membuat Malia melihat jelas tatto dan otot yang terpantri dengan indah.
Dia ada di ataa ranjang, berarti Norman memindahkannya.
Tangan Malia terangkat, hendak menyentuh pipi suaminya. Namun, Norman lebih dulu menahan tangan Malia, pria bermanik abu itu membuka mata.
"Kau sudah bangun?" Tanya Malia terpaku pada manik abu-abu Norman. "Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Norman melepaskan tangan Malia, dia segera berdiri. Duduk di bibir ranjang membelakangi Malia.
"Ada apa? Apa sesuatu terjadi?" Malia dengan susah payah mendekat, menyeret kaki kirinya dan memeluk Norman dari belakang. "Katakan padaku, Norman."
Pria itu terdiam, dia melepaskan pelukan Malia. Membuat perempuan itu cemberut, mengira Norman tidak ingin melihat wajahnya. Namun, pernyataan itu hilang saat Norman menggendongnya.
"Norman!"
"Ini saatnya kau mandi."
Malia tersenyum, dia mengecup pipi suaminya. "Apa kau akan mandi bersamaku?"
"Aku harus memandikanmu."
Malia mengerutkan kening, menyadari kamar mandi tidak memiliki bathub. "Tidak ada bathub? Bagaimana aku mandi?"
"Dengan berdiri memegangku," ucap Norman mendudukan Malia di westafel, membuka pakaian istrinya. Lalu membuka pakaiannya sendiri.
Malia menunduk malu. Norman pengertian, suaminya menyisakan kain ditubuhnya, juga tubuh Malia.
"Kita gosok gigi dulu." Norman mengambil sikat gigi dari lemari kaca. Satu untuknya dan satu untuk Malia.
Malia tersenyum, ini menyenangkan.
"Gosok seperti ini?"
"Bagian belakang gigi."
Selsai, Norman mengangkat tubuh Malia. Perempuan itu berdiri di depannya, sambil menahan tubuh dengan memegang tubuh Norman. Air membasahi mereka. Malia yang tingginya hanya sebatas dada Norman membuat perempuan itu terlihat mungil.
Ketika Malia mengadah, dia disambut oleh ciuman bibir Norman. Mereka berciuman di bawah guyuran air hangat, dengan pemandangan langsung ke arah hutan.
Sampai kebersamaan mereka yang belum tuntas tersebut diganggu oleh seseorang yang mengetuk dari luar kamar. Dengan teriakan, "Maaf mengganggu, Señor, Tuan Marc menunggu anda di bawah."
Norman menyatukan dahinya dengan dahi Malia. "Kau akan bertemu dengan kakekku, Malia, bersikap baiklah padanya."
"Aku mengerti."
"Aku serius, jangan buat kesalahan, apapun itu."
Malia mengangguk, dia memeluk suaminya, mengadah menatap manik abunya. "Aku mengerti, Norman."
---
**Love,
ig : @Alzena2108**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Emi Yuliana
penasaran tp tiap episode rasa deg deg an....
2021-10-27
0
🌻
jadi ingat rumah nya Edward dfilm vampir 🤗🥰
2021-09-28
0
💕febhy ajah💕
astoge ku tak sanggup ngebacanya, tp aku jg penasaran,aduhh gimana nihhh. semangat untuk diriku sendiri, semoga ada keajaiban.
2021-04-27
1