Vote sebelum membaca😘
.
.
"Madrid mungkin membuatmu bahagia sesaat, tapi kau harus ingat ibumu merintih kesakitan, nyawanya di ujung tenggorokan saat dadanya di belah dan diambil hatinya."
"Hentikan," ucap Norman menggeleng.
"Kau menemukan Papamu, tapi melupakan Ibumu yang sekarat karena Van Allejov membunuhnya."
"Hentikan, Kakek!"
"Kau sama saja dengan membunuhnya! Kau tidak membalaskan dendamnya! Ini semua karena dirimu!"
"Tidak, Mama meninggal bukan karena aku."
"Dia meninggal karenamu," teriak Marc.
Norman merasa seseorang mencekik tenggorokannya, membuatnya susah bernapas hingga membuat dirinya tergeletak di atas lantai. Menatap Marc yang berdiri di sampingnya.
"Kau membunuh ibumu! Kau penyebabnya!"
Norman semakin merasakan siksaan itu semakin kuat, membuatnya sesak.
"Karena kau dia mati! Kau anak yang tidak berguna!"
"Hentikan," ucap Norman memohon, dia meregang seolah nyawa sudah berada di tenggorokan.
"Ingat bagaimana dia menggendongmu dulu, bagaimana dia menyayangimu dan memelukmu saat kau terluka."
"Hentikan!" Norman hendak berteriak, tapi sesuatu menahannya di tenggorokan.
"Kau penyebabnya!"
"Balas Van Allejov, Norman!"
Norman menarik napasnya dalam, seolah sesuatu yang menyakitinya pergi begitu saja. Keringat membasahi tubuhnya, dia menatap langit-langit menghirup udara untuk pasokan paru-parunya. "Aku akan membalas Van Allejov."
"Bagus, kau anak baik," ucap Marc melempar cambuk ke atas ranjang.
"Señor," ucap seorang pelayan mengetuk pintu. "Makan malam sudah siap."
"Pergi," jawab Marc membuat pelayan itu segera kembali dari lorong yang jarang tersentuh oleh banyak orang.
Pelayan itu bergegas kembali ke ruang makan. Di mana Malia sudah ada di sana.
"Di mana mereka?"
"Ada hal yang masih dibicarakan oleh Señor Norman dan Señor Marc, mungkin anda harus makan lebih dulu, Señora."
Malia menolak, dia tidak ingin mendahului, apalagi ini pertama kalinya dia makan di sini.
Daripada menatap makanan yang sudah tersaji, Malia memilih duduk di sofa ruang tamu sambil memakan kue kacang yang dibawakan pelayan. "Bisa aku meminta susu?"
"Kami tidak memiliki susu, bagaimana dengan teh?"
"Tentu," ucap Malia fokus pada hutan yang ada di luar sana.
Mereka kelam, hitam dan menakutkan. Pikiran Malia melayang, jika dirinya ingin lari dari sini, ke mana arahnya? Lebih banyak hutan, daripada jalan menuju keramaian. Hanya ada satu jalan menuju ke mari, itupun tertutup oleh banyak daun yang berjatuhan.
"Señora, Señor Norman menyuruh anda makan lebih dulu."
Malia menarik napas, apa yang sedang mereka lakukan? "Apa mereka masih bicara?"
"Sedang membicarakan hal penting, lebih baik anda segera makan sebelum makanannya dingin."
"Baiklah, tolong bereskan ini."
"Sí, Señora."
Makan malam sendiri, Malia merasa kesepian apalagi ditemani pelayan-pelayan yang berwajah datar. Dia berusaha menelan makanan itu.
"Anda ingin sesuatu yang lain, Señora?"
"No."
Bertanya-tanya apa yang terjadi diantara Norman dan Marc. Apalagi mengingat Norman yang berjongkok di depan Marc.
"Permisi…"
"Sí, Señora? Kau butuh sesuatu?"
"Apa Marc Derullo sehat?"
"Dia tidak sakit, Señora."
"Maaf, bukan maksudku. Aku hanya….." Malia menelan ludah. "Apa hubungan Norman dan Kakeknya baik?"
"Aku rasa lebih baik anda mendengarnya sendiri dari suami anda."
****
"Kau berjanji padaku akan menyerahkannya setelah sampai di sini."
Norman terdiam, berjam-jam di sini membuatnya pening, ingin segera keluar. Namun, tidak ada yang bisa dilakukannya. "Malia tidak tahu apapun."
"Jangan bilang kau kasihan padanya!"
Norman menunduk pelan saat Marc kembali berdiri. Pria tua itu tertawa, dia kembali duduk sambil mengusap wajahnya. "Tugasmu selesai, Norman. Serahkan dari sini padaku."
Norman terdiam.
"Dia memang istrimu, tapi aku yang akan membunuhnya."
"Dia tidak bisa melangkah, selama hidupnya tidak pernah memiliki teman."
"Apa yang coba kau katakan, Norman?"
Manik abu itu membalas tatapan Marc. "Lakukan dengan perlahan."
"Aku bisa menembaknya sekarang dan mengirim mayatnya pada Don Van Allejov."
"Kita menginginkan Don datang, biarkan dia datang sendiri melihat anaknya sengsara."
"Jadi, kau tidak ingin membunuh putrinya?"
"Tidak secepat ini," ucap Norman dengan wajah datarnya. "Kita undang Don datang, dia yang kita inginkan, bukan Malia."
Marc terkekeh, dia memainkan pisaunya dengan cara mengetuk-ngetukannya pada kaca, membuat Norman mengingat jelas adegan yang dilewatinya bersama pisau itu.
"Kau menyukainya?"
Kini tatapan Norman mulai fokus pada manik Marc.
"Kenapa, Norman? Kau menyukainya? Dan apa yang akan kau lakukan ketika aku membunuhnya?"
Tangan Norman mengepal.
"Kau tidak bisa membunuhku 'kan? Kau tahu kenapa?"
Norman terdiam.
"Karena aku benar, tidak ada alasan kau bisa membunuhku, Norman. Aku benar, dan kau salah. Kau harus membuang perasaanmu itu, dan bunuh dia! Dia membunuh ibumu!"
Seketika, kepalan tangannya terlepas.
"Dia membunuh ibumu, aku benar, Norman. Aku benar, kau tidak bisa membunuhku karena aku berkata benar. Kau dengar?"
Norman mengangguk. "Aku mendengarmu, Kakek."
"Apa kataku?"
"Kau benar."
Marc tertawa. "Sekarang pergilah, aku akan menemui istrimu besok pagi."
Norman melakukannya, dia melewati lorong dengan wajah datarnya. Pelayan yang melihatnya menunduk sebagai tanda hormat. Tujuan Normam hanya satu, yaitu kamar di lantai dua.
Sesampainya di sana, seorang yang menjadi penghuninya masih membuka mata. Memandang keluar kaca yang buram akibat rintikan hujan.
Malia yang duduk di atas sofa menengok, tersenyum melihat kedatangan Norman. "Hai, apa kau sudah makan?"
Norman tidak menjawab, dia menutup pintu.
"Kau ingat aku membawa makanan dari Valencia? Aku membawa kue kenari kering, kau menyukainya. Apa kau ingin memakannya? Ini akan enak di cuaca yang dingin."
Norman mendekat, membuat senyuman Malia luntur tatkala pria itu memperlihatkan wajah datar. "Ada apa? Apa kau sedang kesal?"
"Tidur, Malia, besok hari yang panjang untukmu."
----
Selamat bermimpi, Norman. Semoga dalam mimpimu kau hidup lebih baik bersama Malia💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nur Kediri
penuh teka teki
2023-08-23
0
Gauri Utama
Penasaran.. Malia ga denger tota pembicaraan Norman dan Kakek nya yah? Atau dia denger tp pura2 baik
2022-11-28
0
Megumi
baca la senorita udah kelamaan, sampe lupa norman siapa. Harus baca ulang kalo gini mah
2022-07-09
0