Vote sebelum membaca😘
.
.
Meninggalkan kursi roda di lobi, Norman menggendong Malia ke kamar di lantai paling atas hotel. Kamar VVIP yang tersedia untuk mereka.
Malia menyembunyikan kepalanya di dada Norman, bagaimana tidak, dia masih memakai gaun pengantin, beberapa orang yang melihatnya menatapnya aneh.
"Aku malu, Norman," bisiknya.
"No te avergüences, saben que estamos casados. (Tidak perlu malu, mereka tahu kita sudah menikah.)"
"Kenapa kau meninggalkan kursi rodaku?"
Norman terdiam.
"Norman."
"Aku merasa ini lebih romantis."
Malia terkekeh, dia melingkarkan tangannya semakin kuat. Menyembunyikan wajahnya di leher Norman yang membuatnya mabuk. "Aku malu."
"Biarkan saja mereka."
Dan ketika masuk ke kamar hotel, Malia dibuat terpana oleh ruangannya. Kamar itu dihiasi oleh kelopak mawar merah. Apalagi bagian ranjangnya, mereka tersusun di atas bantal dengan pola membentuk hati.
"Kau suka?"
"Tuhan, ini sangat indah. Apa kau yang melakukannya?"
"Tidak, aku memberitahu tukang untuk melakukannya."
"Astaga," gumam Malia, dia menempelkan pipinya dengan milik Norman. Menatap ruangan yang di dominasi warna hitam dan putih, banyak lilin yang menambah kesan romantis. Ditambah lagi terdapat kaca jendela raksasa yang memperlihatkan kota Madrid dari atas. "Aku tidak tahu harus berkata apa."
"Bagaimana kalau mandi?"
"Apa?"
Tanpa bicara, Norman membawanya ke kamar mandi. Wajah Malia bahkan sudah memerah, dia diturunkan di atas westafel. "Ayo buka gaunmu, biar aku bantu."
"Biar aku saja," ucap Malia memeluk dirinya sendiri, dia menunduk malu saat Norman menatapnya.
"Malia? Kau malu?"
Malia diam, membuat Norman terkekeh lalu memeluknya. Hal itu Norman jadikan kesempatan untuk membuka rel sleting di bagian belakang hingga gaun kini lebih mudah ditanggalkan.
"Lepaskan, jangan tahan gaun itu di dadamu."
"Jangan melihat, aku malu."
"Lambat laun aku akan melihatnya bukan?"
Malia terdiam, entah mengapa dia tidak ingin dilihat sekarang. Rasanya belum siap, apalagi TKP di kamar mandi.
"Malia, no voy a hacerlo aquí, solo nos vamos a duchar. Lo prometo (Malia, aku tidak akan melakukannya di sini, kita hanya akan mandi. Aku janji.)"
"Aku tahu."
"Lalu kenapa kau malu? Ayolah."
"Astaga!" Malia memeluk Norman seketika saat pria itu kembali menggendongnya. Dia menggendong di bagian depan, membuat Malia terlihat seperti anak kecil, apalagi gaun pengantinnya sudah tanggal, menyisakan pakaian dalam saja.
Norman menurunkannya di atas bathub dan mengisinya dengan air hangat.
"Berhentilah malu."
"Kau akan bergabung bersamaku?"
Norman tertawa, dia menggeleng. "Aku akan mandi di bawah shower, hentikan tanganmu berusaha menghalangi dada. Beritahu aku jika sudah selesai."
Malia merasa bersalah. Saat hendak berucap, Norman lebih dulu masuk ke pintu kaca, di mana dia hanya bisa melihat siluetnya. Kaca buram itu tebal, apalagi suara airnya deras, Norman tidak akan mendengarnya.
Malia tidak bisa apa-apa, dia membersihkan dirinya dan membuka sisa pakaian di tubuhnya. Sambil mandi, dia melihat siluet tubuh Norman yang sedang mandi. Tanpa sadar dia tersenyum, hatinya bergumam, 'Suamiku, dia adalah suamiku.'
"Kau sudah selesai, Malia?"
Memang cukup lama dia mengagumi Norman sampai tidak sadar. "Ya, aku sudah selesai."
Norman keluar, dengan handuk melilit di pinggangnya. Tatto memenuhi dadanya, dia tampak jantan dengan kulitnya yang basah.
"Kemarilah…." Norman membawa Malia keluar, mendudukannya sebentar di westafel sebelum menutupinya dengan handuk.
Kembali, dia menggendong istrinya keluar dari kamar mandi. "Lamento molestarte, ahora tienes que conseguir mi ropa (Maaf menyusahkanmu, kini kau harus mengambilkan bajuku.)"
"Tidak perlu, kita tidak akan memakai baju."
"Ap-- Aaaa!" Malia menjerit spontan saat Norman melemparnya ke atas ranjang dan menindihnya. "Norman….."
Mereka hampir tidak berjarak, Norman melihat jelas wajah cantik Malia, dia membelainya pelan, membuat perempuan itu merasakan sensasi yang belum pernah dirasakannya. "Norman…."
"Sssstt….. Ini akan berjalan dengan baik."
Pria itu menunduk, memberi kecupan di leher Malia sebelum mencium bibirnya yang ranum.
Waktu yang berjalan membuat Norman menggila, dan Malia yang frustasi mengingat dia tidak pernah diperlakukan seperti ini.
Aroma Malia yang wangi, kulitnya yang lembab dan bibirnya yang manis seakan menjadi candu.
Sampai akhirnya wajah mereka kembali sejajar, rambut Norman berantakan akibat remasan tangan Malia, matanya penuh gairah, keduanya terbakar. Dan Malia, dia tercekat, untuk bernapas saja dia kesulitan.
"Lihat aku, Malia."
Namun, belum juga Norman melakukannya, telponnya mengganggu. Terus berdering sampai membuat Norman yang sedang berciuman dengan Malia mengumpat kasar dan berdiri untuk membawa ponselnya.
"Hola? ....... ¿Qué quieres decir? ...... Entiendo (Hallo?....... Apa maksudmu?...... Aku mengerti.)"
Malia yang sudah pusing walaupun baru permulaan itu menutupi tubuhnya saat kesadarannya mulai terkumpul.
"Ada apa?" tanya Malia dengan suara seraknya. Dia mengapit selimut di kedua sisi ketiaknya.
"Ada seseorang yang harus aku temui."
"Siapa?"
"Teman lamaku, dia bilang akan memberikanku hadiah." Norman berucap sambil mengenakan pakaian.
Dia mendekati Malia, mendorong kedua bahunya agar kembali berbaring. "Espera un minuto (Tunggu sebentar,)" ucapnya memberi ciuman di bibir.
Malia menatap kepergian suaminya, dia menyingkirkan kelopak bunga yang menempel di tubuhnya. Memegang dadanya yang berdetak kencang, Malia hampir saja melakukannya dengan suaminya. Mengingatnya saja membuat Malia malu.
Saat bersamaan, Norman keluar kamar menuju pintu kamar yang bersebelahan dengannya. Mengetuk pintu dan memunculan Dania yang hanya memakai jubah tidur.
"Mana Dennis?"
"Dennis? Tidak ada Dennis, hanya ada aku."
"Kau berbohong," ucap Norman menarik kesimpulan.
"Setidaknya aku menyelamatkanmu untuk tidak tidur dengannya."
Norman memperlihatkan wajahnya yang datar. Dia tidak berkata apapun dan hendak kembali ke kamarnya, Dania menarik tangannya memaksa masuk.
"Esta noche estás conmigo, Norman. Eres mía, no la mujer discapacitada (Malam ini kau denganku, Norman. Kau milikku, bukan wanita cacat itu.)"
----
**Love,
ig : @Alzena2108**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Dee Na
aku sumpahin ntar km bucin dan sangat menyesal norman
2021-09-28
1
Ana Aryadi
membayangkan malia akan dibunuh oleh norman aku jadi merinding thor
2021-06-09
1
Ambar Trias Trias
tunggu saja karma mu Norman.. gak belajar dr kisah Louis, kamu bakal nyesel
2021-05-03
0