Vote sebelum membaca😘
.
.
Norman mencium bibir Malia, mengecapnya, berani memasukan lidahnya dan mengeksplor mulut istrinya. Mengabsen deretan gigi putih Malia, membuat perempuan itu kewalahan dan sesak napas. Ciuman seperti ini adalah pertama kali untuknya. Geli yang Malia rasakan, bagaimana lidah suaminya menyentuh lidahnya dan mengajaknya menari di dalam sana.
"Nor--hmph."
Tangan Norman menahan Malia dengan merangkup kedua pipi istrinya supaya mereka bisa terus berciuman. Sampai tangan Malia menyentuh pundak Norman secara perlahan, turun ke punggung dan memberi usapan di sana, Norman mulai menghaluskan cumbuannya.
Semakin Malia menyentuh tubuhnya, semakin ciuman Norman melemah hingga terlepas. Dia menatap istrinya yang terlihat sesak. "Norman…."
Jemari kekar Norman mengusap air liur di ujung bibir Malia. "Tenang, Malia, tarik napasmu."
Dia menarik pinggang Malia hingga mereka semakin dekat, bahkan dada keduanya bersentuhan. "Tarik napasmu."
"Aku merasa sesak."
Norman menjatuhkan kecupan berulang kali di leher Malia.
"Kau akan terbiasa," ucap Norman lalu menarik Malia supaya kepalanya menyandar pada bahunya.
Mereka berpelukan untuk sesaat, membiarkan angin dan suara deburan ombak menghiasi.
Malia yang sudah mulai sadar menggigit bibir bawahnya, menanyakan sesuatu yang mungkin seharusnya dia tanyakan sejak berhari yang lalu. Menarik napas dalam. "Kau ingin pindah ke kamar, Norman?"
Pria itu ingin, tapi keinginannya tertahan oleh suatu alasan.
"Tidak, biarkan kita seperti ini sebentar lagi."
Malia cemberut, menyangka sesuatu yang tidak-tidak. "Kita belum tidur bersama semenjak menikah."
"Aku tidur dekatmu setiap malam."
"Kau tahu maksudku," ucap Malia malu, dia mengakan tubuhnya hingga tatapan mereka bertemu.
"Malia." Norman mengelus bibir bawah istrinya. "Kau tahu ada banyak alasan kita tidak sempat melakukannya."
"Bagaimana dengan sekarang?"
"Aku tahu kau suka pantai, nikmati keindahan ini. Kita akan bersama dalam waktu yang lama."
"Waktu yang lama…."
"Sangat lama."
Norman mengambil sepotong cokelat, memakannya.
"Hmphh!" Pria bermanik abu itu kembali menciumnya secara tiba-tiba. Terlebih lagi dalam ciuman mereka terdapat campur tangan cokelat yang membuat Malia harus mengatur salivanya.
Cokelat itu meleleh, bahkan Malia tidak bisa menahan salivanya, cairan cokelat meleleh keluar dari mulut Malia, mengalir membasahi leher.
Norman melakukannya dengan perlahan, tapi dia tidak membiarkan satupun cairan manis itu hilang. Bibirnya berpindah, mencium leher Malia secara pelan.
Perempuan itu menggigit bibir bawahnya, menjambak rambut belakang Norman menyalurkan rasa geli di tubuhnya, rasa mendidih yang selalu dipermainkan. "Norman….."
Malia memejamkan matanya sambil mengadah. "Norman…… ini….. Ini tempat umum."
Pria itu semakin menurunkan ciumannya.
"Norman….. Jangan di sana…. Oh astaga….."
Sampai Norman menghentikan karena menatap sosok pria yang membawa wanita yang mabuk sambil berjalan. Dia tahu apa yang terjadi.
"Ada apa, Norman?" Malia melihat arah tatapan Norman. "Kenapa kau melihat sepasang kekasih yang sedang berjalan itu?"
Norman memegang dagu Malia, mengarahkan tatapan manik cokelat agar kembali padanya. "Kau manis."
Malia segera sadar, dia membetulkan pakaiannya hingga kembali menutupi bajunya yang terbuka. "Kenapa kau melakukan itu di sini? Bagaimana jika ada yang melihat?"
"Daerah ini tidak terlalu ramai, hanya mereka yang kaya bisa menyewa tempat bermalam di sini. Kebanyakan dari mereka berada di pantai, teluk ini adalah milik pribadi."
"Tetap saja bagaimana jika ada yang melihat, kita terlihat jelas dari restauran sana."
"Tidak masalah bagiku."
"Norman."
Sampai pria itu kembali melihat wanita mabuk yang dipaksa naik mobil. Norman segera mengangkat tubuh Malia, membawanya masuk ke dalam kamar. "Kita akan ke mana, Norman?"
"Waktunya tidur."
"Sekarang? Makanannya belum habis."
"Kita bisa melanjutkannya besok."
"Sampai kapan kita akan di sini?" Tanya Malia yang kini sudah diturunkan di atas ranjang.
"Hanya akhir pekan."
"Berarti tiga hari?"
"Sí."
Malia tidak suka saat Norman sedikit mengabaikannya, pria itu malah memakai jaket. "Kau mau ke mana, Norman?"
"Ke depan sebentar?"
"Aku sendiri?"
"Hanya sebentar, Malia." Norman mendekat, mencium dalam sampai tubuh Malia tidak bisa menahan hingga akhirnya merebah. Norman meremas spres di kedua sisi kelala Malia, seakan menahan sesuatu. "Shit!"
"Ada apa?"
"Sebentar," ucapnya keluar dari kamar, membuat Malia bertanya-tanya.
Norman belum menyentuhnya sejak mereka menikah, pasti ada penjelasan di balik itu.
Sementara itu, Norman keluar dari sana untuk menelpon Dennis.
'Hallo, Norman? Ada apa? Aku sedang mempersiapkan acara lelang wanita untukmu.'
"Tarik orang-orang itu dari Puerto del Marqués, aku dan Malia sedang ada di teluk."
'Aku kekurangan perawan, kecuali kau mau memberikan istrimu untuk salah satunya.'
Rahang Norman mengetat. "Berhenti beroperasi di sini sampai akhir pekan."
'Tempat itu penuh dengan turis muda, Norman. Aku sudah membayar polisi di Guererro sampai mereka meminta 10% dari penjualan.'
"Turuti kataku, atau kau akan aku lelang sebagai b*bi panggang."
Norman menutup telpon, dia menatap teluk dari balkon. Menggenggam ponselnya, dengan perasaan enggan membuat Malia melihat pemandangan mengerikan itu.
****
Pagi yang cerah, suara burung terdengar merdu di telinga Norman. Dia membuka matanya, mendapati istrinya tang berbaring miring ke arahnya. Dia nampak cantik dalam lelapannya, bulu matanya lentik dengan pipi yang lembut. Rambutnya berwarna cokelat tua, bersinar kala matahari menerangi.
Norman memberinya kecupan, membuat Malia membuka matanya perlahan akibat gangguan itu.
"Jam berapa ini?"
Tangan Norman menahan Malia yang hendak berbalik, menahan dengan tangan yang berada di pinggangnya.
"Jangan dekati aku, aku belum mandi," ucap Malia menahan Norman yang hendak menciumnya. "Menjauhlah."
"Kau wangi," ucap Norman karena memang itulah faktanya, aroma Malia begitu memabukan. Dia tidak bisa berhenti menggoda istrinya.
Tenaga Malia kalah jauh, dia terus berontak enggan dicium. "Jangan, aku ke kamar mandi dulu."
Sampai akhirnya Malia berontak ketika Norman mengatakan, "Aku ingin dua anak, Malia."
Kalimat itu keluar begitu saja, tidak terencana dan membiarkan mulut mengatakan apa yang ada di hati, bukan pikiran. Norman tidak bisa menyinkronkan antara pikiran dan hati, pikiran membuka logika untuk mengingatkan apa tujuan awalnya, untuk balas dendam pada Malia. Namun, semua itu kalah oleh perasaan yang datang begitu saja, yang masih membuat Norman bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Aku ingin satu anak laki-laki dan satu anak perempuan."
Karena kalimat itu, Malia mengerti. Dia membiarkan Norman melakukan apa yang dia inginkan.
Saat angin menembus membuat tirai terbawa angin, Norman melemparkan pakaian istrinya, menindih dan menghimpit tubuh istrinya.
"Wait, Norman, wait," ucap Malia saat tangan kekar Norman menempel di dadanya. Rasanya geli dan panas di saat bersamaan. Norman baru saja menyiksanya dengan menciumi lehernya, kini tangannya dengan berani memainkan tubuhnya.
"Slowly."
"Just relax, Malia."
Sampai akhirnya suara gedoran pintu menghentikan, membuat Norman mengerang menahan marah mendengar seseorang dalam pintu itu seolah tidak sabaran. Ditambah lagi seseorang di dalam sana memanggil, "Norman! Malia! Ini aku Dania! Hallo! Apa kalian di dalam?!"
Norman masih enggan menjawab, tangannya masih memainkan paha Malia.
"Norman! Aku ingin bicara denganmu! Ini tentang bisnis! Ayo kalian bangunlah! Aku ingin masuk!"
Norman menjatuhkan wajahnya di ceruk leher Malia, kesempatan dia bersama Malia seolah tidak ada. Pria itu menarik tangannya dari paha Malia.
"Kita lanjutkan nanti saja, Norman. Dania sepertinya punya sesuatu yang penting."
Norman masih enggan beranjak. "Aku bahkan belum membukanya."
Malia terkekeh. "Kita punya banyak waktu, kau sendiri yang berkata."
"Tidak, Malia, kita berdua kehabisan waktu."
---
**Love,
ig : @Alzena2108**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Heni Heni
baca ngeri gk baca penasaran,,,karyamu emang keren thor
2022-01-31
0
Kim Yoona
astagaaa kuntil anak datang lagi
2021-07-02
1
Nadiyah Husniyah
Dania tahu aj Norman mo belah duren
2021-07-02
1