Vote sebelum membaca😘
.
.
"Ketakutan kembali melanda Meksiko, khusunya negara bagian Guererro. Tercatat ada 12 penculikan wanita sejak lusa. Sampai saat ini, pihak kepolisian masih belum memberikan keterangan. Namun, yang kami tahu, semua perempuan yang diculik adalah turis dengan kisaran umur 19-30 tahun. Penduduk berspekulasi kalau kartel El Sinaloa kembali hidup. Setelah kematian pria bernama Marco Valentio yang disebutkan pemimpin El Sinaloa 32 tahun yang lalu, kini kejahatan yang dilakukan kartel El Sinaloa kembali terjadi……."
Norman mematikan radio, dia menyalakan monitor mobil, dan berkata padanya, "Cari tahu tentang Marco Valentio."
Seketika penelurusan terjadi, monitor memberikan informasi :
"Marco Valentio adalah pemimpin kartel El Sinaloa yang memimpin perang narkoba. Perang Narkoba Meksiko adalah konflik bersenjata antara kartel El Sinaloa dan pemerintah Meksiko. Peperangan ini menyebabkan penangkapan beberapa figur penting pada perdagangan narkoba salah satunya Marco Valentio sebagai pemimpin kartel El Sinaloa. Pemerintah menegaskan akan menembak mati Mati Marco Valentio, hal itu terbukti pada tanggal 18 Juli Marco Valentio mendapat hukuman mati."
Norman tersenyum miring setelah mendapat penjelasan itu, sampai saat ini opini masyarakat pada Marco Valentio masih sama. Kenyataanya, Marco Valentio tidak pernah mati, dia hanya hidup tanpa nyawa untuk beberapa tahun terakhir ini.
Perjalanan terakhir Norman adalah Villas Condesa, itu adalah perkebunan anggur. Inilah yang Norman sukai, bekerja tanpa terlihat. Berbeda dengan saudaranya, Louis punya klan dan juga perusahaan di saat bersamaan. Dia terlihat baik dengan yayasan anak-anak, tapi dia jahat dengan mempersenjatai penjahat di seluruh negeri.
Sampai di sana, hanya ada hamparan kebun anggur. Jalanan berdebu dan tanpa pohon rindang, Villas Condesa berbanding terbalik dengan Puerto del Marqués.
"Holla, Señor Derullo," ucap seorang pria tua bergaya koboi abad pertengahan datang mendekat. "Kau ingin melihat penyimpanan anggurmu?"
"Holla, Jures."
"Aku dengar kau menikah."
"Sí, aku punya istri yang menunggu di rumah."
Pria tua itu membuka pagar besi tua yang mengelilingi kebun anggur. "Panen kali ini aka besar, mungkin kau harus mengajak istrimu ke sini."
"Aku akan mengajaknya lain kali," ucap Norman menatap ke sekeliling.
Di luasnya kebun ini, ada rumah tua kayu tempat kakek tua Jures menunggu. Di bagian bawah rumahnya, terdapat banyak botol anggur berumur puluhan tahun yang siap diselundupkan. "Lihat ini, anggur ini akan segera diselundupkan ke Amerika Latin."
Norman mengambil salah satunya. "Kapan terakhir kau menyelundup?"
"Lima bulan yang lalu, dengan angkutan dari kapal Las Charos, kartel pembunuh bayaran yang ada di Jerman."
"Katakan pada mereka kita tidak perlu kapal mereka lagi."
"Señor." Jures terkejut. "Kita tidak bisa melakukannya, Las Charos yang memiliki koneksi dengan pemerintah Chili dan Peru."
"Kenapa kita tidak membuat koneksi langsung?"
"Ke Peru dan Chili? Itu mustahil, mereka memberikan harga tinggi. Mereka hanya mengizinkan kartel setempat saja yang beroperasi."
"Dengar, Jures." Norman mendekat, dia menatap tajam pria tua di depannya. "Tugasmu hanya menolak ketika Las Charos meminta uang, bilang pada mereka semuanya sudah usai. Sisanya biarkan aku yang mengerjakan."
Pria itu menelan ludah kasar, merasakan aura yanh tidak asing. "Kau akan segera menjadi bahan pembicaraan kartel di Benua Amerika, mungkin kau sebaiknya tidak menggunakan nama aslimu. Marga Derullo harus tetap terjaga."
"Katakan saja pada mereka, kalau pemimpin El Sinaloa yang bernama Allejov menginginkannya."
"Allejov? Aku merasa tidak asing dengan nama itu."
"Katakan yang aku katakan, ucapanku adalah perinth."
"Sí, Señor."
"Tetap laporkan apa yang dikerjakan Dennis, Jures."
"Sí, Señor."
"Aku akan ke kebun."
****
Norman tidak berhenti memetik anggur hitam yang membuatnya tertarik. Memasukannya ke dalam keranjang yang dipegang istri Jures.
"Keranjang ini sudah penuh, Señor, haruskah aku bawakan yang baru?"
Norman baru sadar, keranjang memang sudah penuh. Dia terlalu bersemangat memetik anggur untuk Malia. "Ini masih cukup untuk beberapa tangkai, Neti."
"Baiklah, bagaimana jika kau memetik anggur hijau?"
"No, Malia suka anggur merah."
"Ah, namanya Malia," ucap wanita tua itu, membuat Norman berhenti memetik. Dia mengurungkan niat memetik lagi, perasaannya membawanya ingin cepat pergi. "Apakah kalian sudah berbulan madu?"
"Aku selesai dengan ini, bungkus dengan baik dalam keranjang."
"Ah, baiklah, Señor. Anda akan makan siang di sini bukan? Putraku menyiapkan makanan untukmu."
Norman berpikir, dia harus menghirup udara sesaat, tanpa pikiran khawatir untuk seseorang. "Baiklah."
Jures dengan istrinya Neti sudah lama bekerja di kebun anggur ini, sejak El Sinaloa dipegang oleh Marc.
Disediakan makanan oleh putra tunggal mereka yang akan menjadi penerus untuk menjaga kebun. Di teras depan rumah kayu, Norman dan Jures bertukar cerita sambil makan siang. "Kau tahu bukan tentang Dioses La Asesino, Señor?"
"Sí."
"Dia penghalang kita untuk masuk ke benua eropa, dan Cosa Nostra, dia bekerja sama dengan Dioses La Asesinos hingga benua eropa dan asia tidak bisa disentuh."
Pikiran Norman melayang, dia tidak fokus sejak tadi.
"Señor?"
Norman baru tersadar saat dia mendapatkan telpon dari Dania, setelah sering ditolak, Norman mengangkatnya. "Hallo, Dania?"
'Bisa kau datang ke apartemenku?'
"Ada apa?"
'Ayolah, apa kau tidak merindukanku? Aku menyukaimu, mencintaimu dan merindukanmu. Aku ingin menemuimu.'
"Baiklah, aku akan ke sana."
"Ada apa, Señor?"
"Aku akan pergi, ambilkan anggurnya."
Neti keluar dari rumah. "Ini, Señor."
Norman keluar dari tempat itu, kembali ke Puerto del Marqués dan berhenti di apartemen milik Dania. Norman menatap jam, dan entah mengapa hatinya meminta Dania tidak akan lama menahannya.
"Holaaaa…. Baby," sambut Dania saat melihat Norman datang, dia memeluk pria itu dan menariknya masuk ke dalam.
"Aku tidak punya banyak waktu."
"Norman, aku punya sesuatu untukmu," ucapnya duduk di atas ranjang sambil mengeluarkan sebuah borgol dari dalam laci. "Kau suka?"
"Aku sedang malas," ucap Norman duduk di sofa, yang mena membuat Dania kesal.
Wanita itu duduk di pangkuan kekasihnya. Saat hendak menyentuh pipi Norman, pria itu menahannya seakan tidak ingin disentuh. "Ada apa, Sayang? Kenapa kau terlihat sedih?"
Dania menebak-nebak. "Apa Marc sudah memulainya pada Malia?"
"Jangan bicarakan wanita itu."
"Kenapa? Dia membuatmu kesal?"
Norman bungkam.
"Aku punya rencana untuk Malia, jika kau ingin mendengar."
Norman menaikan alisnya, menandakan ketertarikan. Segera melepaskan cekaman tangan Dania, dan membiarkan perempuan itu berkata, "Aku rasa akan bagus jika kita menjual Malia hingga Don tidak bisa menghubunginya lagi, dan dia akan datang kemari untuk mencari. Kita gunakan kesempatan lelang malam ini. Malia akan laku mengingat dia pintar."
"Dan perawan," lanjut Norman.
Membuat Dania menelan ludahnya kasar. "Mungkin saja dia tidak perawan."
"Aku bisa melihat, Dania."
Wanita itu berusaha untuk tidak marah, tangannya merayap tanpa sengaja menyentuh punggung Norman. Yang membuat pria itu mendorong Dania seketika. "Aku bilang jangan sentuh tubuhku."
"Maaf, Norman aku tidak sengaja." Dania bersimpuh memohon agar Norman mengurungkan niatnya pergi. "Tinggal sebentar lagi, aku merindukanmu. Maaf aku tidak sengaja memegang tubuhmu, aku mohon tinggal, Norman. Jangan tinggalkan aku, aku wanita baik yang mencintaimu setulusnya."
Norman menatap dalam manik itu, dia mengelus dagu Dania sebelum mencium bibir wanita itu. "Bagus, tetaplah seperti itu."
---
**Love
ig : @Alzena2108**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Monica Lora
baca ulang
2025-01-03
0
Flowers Anggel
ah yg belum mau mengakui perasaannya
2022-04-10
0
Ahong Albantani
Dania g boleh nyentuh punggung ny TPI Malia boleh wooaahhh 😚😚😚
2022-03-22
0