Vote sebelum membaca😘
.
.
Malam hari, Norman menuju apartemen seorang wanita yang menjadi kekasihnya. Seakan tahu kedatangannya, dia menyambut kedatangan Norman dengan pakaian seksi yang sangt indah.
Dania menyisir sambil duduk, tanpa sadar Norman sedang melihatnya dari ambang pintu. "Kenapa kau berdandan malam-malam?"
Dania berbalik seketika. "Oow, lihat pengantin yang akan segera pergi ke Meksiko."
Perempuan itu berdiri, dia melangkah sensual memperlihatkan kakinya yang lenjang. "Apakah caraku berjalan bagus?"
Norman tertawa mengerti maksud kekasihnya. "Apa kau sedang mengejek Malia?"
"Oh ya…. Dia menjijikan bukan?" Kedua tangannya melingkar di leher Norman.
Dan dengan perlahan, jemarinya turun membuka kancing jas cokelat milik kekasihnya. "Kau semakin tampan saja, tubuhmu semakin kekar."
Dania menyentuh dada Norman yang bidang, membuka jas pria itu dan melemparnya ke sembarangan arah. Dengan sensual, dia membuka kancing kemeja hingga memperlihatkan otot yang begitu menakjubkan. "Apa dia pernah melihatnya?"
"Tidak sekalipun."
"Dan besok malam dia akan melihatnya?"
Norman menahan tangan Dania. "Jangan sentuh kulit punggungku." Dia melempar Dania seketika ke atas ranjang. Dirinya membuka kemeja dan melemparnya asal. Perempuan itu tertawa tatkala kekasihnya menindih. "Apa kau pernah berciuman dengannya?"
"Tidak," jawab Norman singkat, pria dingin itu membuka celananya.
"Dan besok adalah permulaannya?"
"Cukup, Dania." Norman membungkam bibir kekasihnya, mereka berciuman, dengan tangan Dania yang dia ikat menggunakan pakaian Dania sendiri.
Sampai tangan Norman merambat, dia akhirnya menyadari sesuatu. "Kau sedang masa periode?"
"Bagus bukan?"
"Apa?" Norman menegakan kepalanya, dia menarik segera tangannya. "Kau berbohong kan?"
"Kau pikir prank? Lihat aku memakai pakaian merah, artinya apa?"
Norman sadar, dia menarik diri dari atas Dania setelah mencekik sesaat leher Dania. Mengusap wajahnya kasar dan segera ke kamar mandi sambil mengumpat, "Shit!"
Dania tertawa keras, dia berhasil mejahili kekasihnya. Pemilik rambut cokelat itu menyusul ke kamar mandi, menatap Norman yang ada di bawah guyuran shower. Mereka hanya terhalang kaca buram, membuat Dania tidak bisa melihat tubuh Norman dari perut sampai bawah.
"Apa kau baik-baik saja, Derullo?"
Norman yang membelakangi tidak menjawab.
"Haruskah aku ikut masuk?"
"Pergi sebelum aku melakukan hal gila, Dania."
"Well, baiklah. Aku akan mengganti tampon," ucapnya santai memainkan pintu kaca penghubung dirinya dan Norman.
Dania tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari pria yanh sedang mandi. Ada ketakutan dalam hatinya akan kehilangan kekasihnya.
Berbeda dengan Norman, pria itu sibuk memikirkan apa yang akan dilakukannya kelak pada Malia. Dia menjauhkannya dari Don, tentu saja dia bisa melakukan apa saja.
Alasan Norman enggan mengenakan bathub, dia terus terbayang keadaan ibunya yang mati, berlumuran darah. Mengingatnya membuat Norman tanpa sadar menonjok dinding kamar mandi hingga terdengar suara dentuman keras.
"Norman!" Dania panik saat melihat tangan kekasihnya berdarah, dengan tembok yang retak. "Norman, tanganmu….."
Air shower terus mengguyur keduanya.
"Norman…."
"Aku hidup untuk ini, Dania. Untuk Mamaku, aku akan membalaskan dendamnya."
Tangan Dania yang lain memegang pipi Norman, mengelusnya pelan. "Kau akan mendapatkannya."
"Besok aku akan menikahinya."
"Ya, satu langkah lagi kau akan menyelesaikannya."
"Dan aku akan membalaskan dendam Mamaku."
Darah terus mengalir, menyatu dengan air yang terus berjatuhan. "Aku akan selalu di sampingmu, lakukan, tuntaskan dendamu. Aku akan membantumu."
Kini manik Norman membalas Dania. "Aku akan membuat semuanya berjalan dengan indah."
"Kita, Norman," ucap Dania mengelus bibir bawah kekasihnya. "Libatkan aku, aku akan ikut serta. Sampai dia menangis darah, sampai dia minta ampun, kita akan menghabisinya. Hingga akhirnya Don menyerahkan dirinya pada kubangan darah."
Norman tersenyum miring. "Sampai Don masuk ke dalam kubangan darah putrinya."
****
Malam itu akhirnya datang, setelah menunggu cukup lama. Malia kini memakai gaun pengantin, cantik bak bidadari. Berwarna biru muda, sama dengan tiara yang dikenakannya.
"Lihat siapa yang akan menikah?"
"Lucia." Malia tersenyum, dia merentangkan tangan menyambut kedatangan temannya. "Dimana anak-anakmu?"
"Bersama dengan Daddynya."
Berpelukan sesaat, sebelum menatap sahabatnya yang duduk di atas kursi roda.
"Menyedihkan bukan? Aku memakai kursi roda?"
Lucia segera menggeleng. "Tidak, kau cantik."
"Terima kasih."
"Kau sangat bahagia, karena akan mendapat ciuman pertama dari Norman?"
Malia tersipu malu, menutupi wajahnya dengan buket mawar biru di tangannya.
"Ya ampun, kau sangat menantikannya."
"Permisi, pengantin harus bersiap, anda harus segera keluar," ucap seorang petugas.
Lucia mengembuskan napas. "Kita akan bicara nanti."
"Baiklah, sampai jumpa."
Malia menarik napasnya dalam, dia kembali menatap dirinya dalam pantulan cermin. Cantik dan menawan. Sampai akhirnya senyumannya luntur mengingat dia mendengar percakapan ini,
"*Apa kau tahu Malia lumpuh?"
"Ya, karena kecelakaan."
"Aku senang, dia tidak bisa lagi menjadi penghalang diriku untuk menjadi yang terbaik."
"Hei, aku pikir kau adalah temannya, kau terus bersamanya."
"Sebenarnya, aku bersamanya untuk mencari cara menjatuhkan dia. Namun, kini tidak lagi. Apa yang bisa dilakukan orang lumpuh? Menari ballet?"
"Hahahaha, kau benar. Aku juga senang dia lumpuh, kakinya tidak berfungsi dan tidak dapat menari ballet*."
Percakapan itulah yang membuat Malia menyendiri setelah kecelakaan, sampai Norman datang pada hidupnya. Dia selalu memberikan kata-kata yang membuatnya merasa hidup kembali.
"Kau adalah manusia paling sempurna yang Tuhan ciptakan, hatimu menangis karena melihat mereka, kau pikir siapa dirimu? Kau adalah bidadari yang tersesat."
"Kenapa kau harus menuntut keinginanmu terpenuhi sementara semua kebutuhanmu sudah ada. Malia, aku datang dikirim Tuhan untuk memenuhi kebutuhanmu itu."
"Langitpun menangis jika kau tidak menyempatkan melihat mereka mencoba menghiburmu. Lihatlah senja, lihatlah fajar, mereka ingin kau tersenyum."
Mengingatnya saja membuat Malia tersenyum sendiri, hatinya berbunga-bunga. Terlepas dari itu, Papanya memang butuh bantuan dari Norman.
"Kau siap?"
"Iya, Papa," jawab Malia pada pria yang baru saja masuk.
Seketika itu, jantungnya berdetak kencang. Malia didorong dalam kursi roda menuju altar, menuju pria yang menantinya di sana dengan jas abu. Dia tampan, terlihat rapi meski tidak menutupi tatto yang dimilikinya.
Pastor yang bicara seakan tidak berarti, hati Malia terus menggumamkan kata Tuhannya, untuk memberinya jalan terbaik. Hingga akhirnya Norman mengucapkan bagiannya, "I am Enrique Norman Derullo accepting you Malia Van Allejov as a wife, in joy and sorrow, in health and sickness, for today, tomorrow and forever. I make this promise before the holy spirit, watching us who will complement each other."
Dan kini bagian Malia, dia menarik napas panjang. "I am Malia Van Allejov accepting you Enrique Norman Derullo as a husband, in joy and sorrow, in health and sickness, for today, tomorrow and forever. I make this promise before the holy spirit, watching us who will complement each other."
Dan ketika pastor mengesahkan, mereka bertukar cincin. Sebelum akhirnya ciuman pertama Malia hilang, disentuh oleh pria yang kini menjadi suaminya.
Norman tersenyum miring. 'Ini bahkan belum di mulai, Van Allejov.'
----
**Love,
ig : @Alzena2108**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Lissa fitriani
semanggat KK 💪💪
2022-12-24
1
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
kayaknya mengandung bawang nih,cerita
2021-11-14
0
Dee Na
koq ak yg panik y, gmn nasib Malia ntar
2021-09-28
1