Vote sebelum membaca😘😘
.
.
"Kita akan makan di mana?"
"Di restaurant dekat pantai," ucap Norman menyelimuti Malia dengan handuk sebelum menciumnya di leher.
Perempuan itu mendorong dada suaminya. "Ada Dania di sana menunggu."
"Aku tidak peduli."
"Dia menunggu kita berdua mandi lebih dari satu jam," ucap Malia kembali menahan bahu Norman saat pria itu hendak menurunkan kembali handuk.
"Itu karena tubuhmu kotor."
"Apa?" Malia menatap tidak suka. "Kotor?"
"Ada banyak bercak merah di dadamu."
Seketika pipi Malia memerah, menahan malu dengan tangan merekatkan handuk. Dia mendorong dada Norman. "Kau yang membuat semuanya! Kau yang membuat kulitku terlihat kotor, bibirmu itu yang melakukannya."
Dituntut oleh perkataan yang tajam, Norman malah tertawa. "Ayo kita berpakaian."
Dia keluar dari kamar mandi, melewati Dania yang menunggu di ruang tamu. Norman bahkan tidak menatap keberadaan Dania, membuat wanita berambut cokelat terang itu cemberut seketika, apalagi terdengat suara pintu kamar dibanting oleh kaki Malia yang digendong.
"Sialan, aku harus membuat mereka terpisah," ucap Dania menatap kalender di ponselnya. "Kenapa Norman tidak segera membunuhnya? Kenapa dia terus saja memperlakukannya layaknya seorang putri?"
Dania membuat kesimpulan seorang diri. Dia harus membangkitkan kembali amarah Norman, dendam Norman yang tertahan. Semua itu harus Dania kendalikan, karena tidak ada yang boleh mengambil kekasihnya darinya.
Beberapa jam dia menunggu, membuat perutnya kelaparan mengingat jam semakin berputar. Saat keduanya keluar, Dania kembali memasang wajah cerah.
Malia keluar dengan kursi roda yang didorong Norman.
"Apa hal penting yang akan kau sampaikan, Dania?" Tanya Norman.
"Aku datang membawakan berkas semalam dari Dennis," ucap Dania memberikan sebuah buku hitam.
Norman membukanya, membuatnya terkejut melihat Dania berani membawakan ini padanya, sedangkan Malia ada di sini.
"Apa itu, Norman?" Tanya Malia.
"Bukan apa-apa," ucap Norman menutup kembali dan menyimpannya di nakas. "Jangan membukanya, itu bukan buku baik."
"Apa?" Malia mengadah kebingungan, duduk di kursi roda membuatnya tidak bisa mengintip.
"Ayo kita sarapan, kau bilang kau lapar, Sayang."
Seketika Dania mendidih, dia mengepalkan tangannya yang tersembunyi. "Kalian akan sarapan?"
"Ya, ayolah ikut, apa kau sudah sarapan, Dania?"
"Oh Malia, aku datang sangat pagi dan belum sempat sarapan."
"Kalau begitu ayo ikut dengan kami sarapan dekat pantai, bagaimana, Norman?"
Pria itu masih enggan menatap Dania, dia hanya mengangguk. "Tentu."
Mereka berjalan menuju restaurant, dengan Malia yang didorong Norman. Sementara Dania berdiri di samping pria itu, mencari kesempatan saat Malia tidak melihat, Dania memeluk pinggang Norman.
"Kau bekerja di mana, Dania?" Tanya Malia yang fokus pada arah depan.
"Aku bekerja pada suamimu, Malia."
"Oh benarkah, di perkebunan anggurnya?"
"Oh ya, aku semacam penerima benih darinya," ucap Dania sambil menyandarkan kepalanya di bahu Norman. "Aku menyukai pekerjaanku."
"Baguslah, aku harap kita bisa berteman, Dania. Aku tidak punya teman perempuan selain Lucia, tapi dia jauh."
"Tentu saja, kita bisa jadi teman yang sangat…… dekat."
Norman yang merasakan tangan Dania memeluknya semakin erat segera menyingkirkannya. Dania yang rnggan melepaskan membuat Norman mendorongnya hingga Dania terjatuh ke depan. Dania terkejut menatap Norman yang memperlihatkan wajah datar.
"Astaga, Dania, kau kenapa? Kemari aku bantu?" Malia mengulurkan tangannya, yang diabaikan oleh Dania.
"Aku tidak apa-apa, kalian duluan saja," ucap Dania mempersilahkan, tangannya mengepal dan duduk sesaat memikirkan rencana.
Berbeda dengan Malia dan Norman yang melanjutkan. "Bagaimana kau mengenal Dania, Norman?"
"Di balapan liar."
"Wow, sepertinya menyenangkan. Kalian berteman lama?"
"Apa yang ingin kau makan?" Norman sengaja mengalihkan pembicaraan saat mereka masuk ke restaurant, membawa Malia ke meja di balkon terbuka menghadap langsung deburan ombak, pantai penuh dengan turis mengingat ini akhir pekan. "Apa kau ingin berenang?"
"Kau tahu aku tidak bisa," ucap Malia terkekeh. Dia menatap suaminya yang memperlihatkan wajah datar, dengan ketampanan yang masih sama. "Kecuali bersamamu."
"Kau tahu kau tidak bisa jauh dariku."
Malia tersenyum. "Ya, kau membuatku tergantung denganku."
"Kau menyukainya kan?"
Norman mencium dalam bibir Malia sebelum duduk. "Sangat, kau tidak bisa lari ke manapun tanpa diriku, Malia."
****
Dania💖 : Aku tidak suka kau bersama Malia seperti itu. Aku ingin bicara denganmu.
Dan entah kenapa, membaca pesan itu seolah tidak penting bagi Norman saat ini. Dia lebih suka menyimpan ponselnya, menatap perempuan yang sedang tertawa menceritakan kisahnya.
"Lalu aku terbangun dengan rambut biru keesokan harinya," ucap Malia lalu tertawa.
Norman hanya tersenyum, tapi matanya memperlihatkan jelas rasa tertariknya. Senyuman dengan kebahagiaan.
"Begitulah pertama kali aku mabuk, mengerikan bukan?"
"Ya, mengerikan untuk pemula. Maka dari itu jangan minum alkohol lagi."
"Sí, itu sebabnya aku tidak melakukannya lagi." Malia minum mengakhiri sarapannya. "Ngomong-ngomong, Papa menelponku tadi, dia meminta lokasi kita, aku mengirimkannya."
"Tidak masalah."
"Papa bilang ingin ke sini."
Norman yang sedang memainkan pancake memakannya. "Aku bisa membelikannya tiket."
"Gracias, Norman."
Kesekian kalinya, Norman melihat manik Malia yang bersinar. Membuat jantungnya berdetak kencang. Bukan detakan ketakutan, tapi sesuatu yang lain. "Kemana Dania? Kenapa dia tidak ke sini? Apa dia pergi?"
"Aku tidak tahu." Norman kembali menatap ponselnya saat dia mendapatkan pesan.
Malia penasaran. "Ada apa? Kau harus pergi?"
Dan tebakannya benar, Norman menatap manik cokelat madu istrinya. "Aku akan ke belakang sebentar."
"Aku menunggumu di sini."
"Jangan ke manapun," ucap Norman meninggalkan kecupan di telinga Malia.
Bukan untuk menelpon, Norman ke belakang restaurant untuk menemui Dania yang tidak berhenti menelponnya. Wanita itu menyilangkan tangannya di dada, menatap kedatangan Norman dengan kesal. "Apa maksudmu? Kenapa kau menjatuhkan aku dan mendorongku keras?"
"Kau tahu alasannya."
"Karena Malia?" Dania tertawa tidak percaya. "Ingat kau itu membencinya."
"Katakan hal penting sebelum aku marah, Dania."
"Kenapa kau berubah, Norman?" Dania mendekat dan memegang dada kekasihnya, yang mana membuat Noman menjauhkan tangan Dania dari sana. "Norman!"
"Katakan hal penting itu."
"Dennis ingin bertemu denganmu, dia ada di jalan keluar Puerto del Marqués."
Setelah mengatakan hal itu, Norman berniat pergi, namun Dania menahan tangannya. Dia masih belum puas berduaan dengan kekasihnya. Apalagi Dania masih sangat kesal dengan perlakuan Norman yang kini mengutamakan Malia daripada dirinya.
Maka dari itu, Dania mengingatkan. "Ingat, Norman, Malia itu pembunuh."
"Don yang melakukannya, bukan Malia."
"Tetap saja dia adalah anak pembunuh, terlebih lagi dia pembunuh ibumu. Yang membuatmu di siksa oleh Marc, kau mendapat luka oleh pria tua itu, karena Don Van Allejov. Dan sekarang saatnya kau membalaskannya, sumber dari rasa sakitmu itu."
"Aku tahu apa yang aku lakukan, Dania."
"Aku ingin kau segera membunuhnya! Kenapa kau tidak menyiksanya dan malah memperlakulannya dengan baik!"
"Karena Malia belum melakukan kesalahan," ucap Norman dengan penuh penekanan. "Prinsip Marc adalah dia akan menghukum seseorang yang bersalah, dan Malia harus bersalah untuk mendapatkan siksaan, imbalan dari rasa salahnya."
"Dia bersalah karena Don menyobek dada ibumu! Dia membuat ibumu mati!"
"Diam, Dania."
"Akh!" Wanita itu meronta saat Norman mencekiknya kuat, mengangkatnya saat punggung Dania menyentuh tembok. "No….Norman…."
"Berdiri di area seharusnya, jangan memasuki areaku. Kita punya batasan."
"Aaaa…. Aku mencintaimu, aku menyayangimu, Norman. Karenanya aku…. Aku bersamamu, disisimu….. Dan selalu ingin membantu…. Membantu membalaskan dendammu," ucap Dania tersenggal.
Kalimat itu membuat Norman menurunkan cekikannya, dengan wajah datar dan tatapan tajam. Norman melepaskan tangannya. "Aku akan menemui Dennis."
"Tunggu," ucap Dania menahan tangan Norman. "Apa kau sudah tidur dengan Malia?"
"Tidak, belum."
Setidaknya, jawaban itu membuat Dania tersenyum senang saat kepergian Norman. Bibirnya menyunggingkan senyuman, otaknya berputar. "Aku punya rencana untukmu, Malia."
---
ig : @Alzena2108
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Mpii🐯💜
kamprettto pengen berhenti baca tapi bikin ketagihan baca ...pengen jadiin Dania perkedellll
2021-10-02
0
Aqila
ahhh,geregetan sama normannnnnnn ayukklah norman berani akui perasaan km kalo km itu mencintai malia.awas jgn sampeeeeeekkkkk malia celaka duluan ama dania dan denis aq orang yg pertama bakalan menuuuuaangiiissss😭😁
2021-07-24
0
Ana Aryadi
makin seru dan menyesakan
2021-06-09
0