Vote sebelum membaca😘😘
.
.
Dennis yang ada di sekitar apartemen Dania memutuskan melihat keadaan perempuan itu, dia naik ke lantai lima, di sana apartemen Dania berada. Dengan tiga kamar tidur, satu kamar mandi luas, ruang bersantai, balkon dan dapur. Ini hampir terlalu besar bagi perempuan seorang diri, tapi Dania merasa ini belum memuaskan.
"Dania?" Pria itu memanggil, masuk mengingat dia tahu sandi untuk membuka pintu. "Dania?"
Tidak ada jawaban membuat Dennis mencari, hingga matanya menemukan Dania yang sedang merokok dengan botol alkohol bergeletakan di mana-mana.
"Shit, kau tidak tidur seharian?"
Lingkar mata hitamnya terlihat jelas, membuat Dennis terkekeh. Dia duduk di depan Dania, meminum botol yang masih tersegel. "Kau memikirkan Norman?"
Dania tidak menjawab.
"Aku yakin kau tidak bisa menemuinya, atau menghubunginya."
"Katakan padaku bagaimana aku bisa menemui Norman lagi."
"Kau tahu dia sedang fokus pada Malia."
Dania tertawa hambar, dia membuang asap rokok ke udara. Bekas rokok menunjukan wanita ini benar-benar dalam keadaan sangat kesal.
"Kapan Norman akan keluar dari sana? Atau kapan kau akan ke mansion Derullo?"
Dennis meneguk alkohol. "Kau tidak akan pernah bisa masuk ke sana. Lewat jalan manapun, selalu ada sudut di mana mata mengawasi dirimu untuk menembak sebelum sampai di mansion."
Dania terlihat sudah setengah sadar, dia menyandarkan punggungnya di sofa sambil mengadah, rokok kembali menyala dengan batang baru. "Kenapa mansion itu sangat dijaga dengan ketat?"
"Karena di sanalah Marc Vanheld Derullo berada, dunia sudah menganggapnya mati."
"Jika dia pemilik Guererro, dia seharusnya tidak takut keluar."
"Tidak ada ketakutan dalam dirinya, Marc ingin jejaknya diikuti oleh Norman."
Dania terdiam, matanya menerawang ke dalam imajinasinya sendiri. Bagaimana jika Norman terlalu sering bertemu Malia dan menyukainya. Begitulah kekhawatiran seorang yang buruk hati, dia mengejek Malia, mengatakan Malia lebih rendah daripada dirinya. Kenyataannya, Dania ketakutan Norman akan berpindah hati. Karena jauh di pikiran dan hati terdalamnya, Dania mengakui kalau Malia lebih baik daripada dirinya.
"Aku ingin menemui Norman."
"Mungkin Norman akan keluar jika dia butuh sesuatu atau merasa harus memeriksa pesanan."
"Pesanan?" Kini Dania membalas tatapan Dennis. "Katakan padaku pesanan apa?"
"Ikut denganku." Dennis berdiri dan melangkah.
"Kau mau ke mana?!"
"Kau ingin tahu apa yang dipesan Norman atau tidak?"
Segera Dania mengikuti Dennis. Dia melangkah keluar apartemennya yang ada di jalan tua Acapulco. Menaiki mobil Dennis sampai akhirnya sampai di tempat tujuan dalam beberapa menit. Sebuah pintu merah yang ditahan oleh benteng besar. Bersebelahan dengan rumah-rumah yang tertutup.
"Di mana ini?"
"Ayolah."
Saat membuka pintu merah itu, Dania melihat rumah-rumah kecil di dalamnya, rumah tua dengan banyak kerusakan di segela sisi. Juga penjaga bersenjata di segela sisi. Jika saja Dennis tidak menyapa mereka dalam bahasa Albania, mungkin dirinya dan Dennis akan ditembak. Orang asing dilarang masuk. Jika saja ada turis salah jalan dan masuk ke dalam, maka akan ditembak seketika.
Kaki Dania menaiki tangga batu yang sudah berlumut, menuju satu bangunan yang paling besar juga terlihat paling tua.
Kembali, ada orang yang menjaga di segela sudut.
"Di mana kita, Dennis?"
Saat membuka pintu kayu, Dania dibuat terkejut oleh banyaknya wanita yang terlihat mabuk. Mereka bergeletakan di mana-mana dengan keadaan pakaian tidak layak. "Astaga, apa mereka datang menjual diri?"
"No, Norman melakukannya lebih parah."
"Dia membelinya dari luar Meksiko?"
Dennis menggeleng. "Dia menculik turis yang datang, mereka akan di lelang. Kita tidak hanya menerima dan membeli, kita juga menjual. Dengan menyeleksi mana yang bagus dan mana yang tidak."
"Bagaimana yang bagus?"
"Kita akan melelangnya, yang perawan yang menjadi incaran."
Dania tersenyum miring, dia menatap Dennis. "Apa wanita perawan selalu mahal?"
"Pastinya, lelang pertama akan dilakukan lusa. Kau harus melihat bagaimana bar, klab dan kasino Derullo kembali menyala."
Dania memikirkan hal lain, dia teringat kembali pada Malia. "Akan aku buat dia dilelang sebelum tidur bersama Norman."
"Dia? Siapa?"
"Malia, akan aku buat kematian terburuknya dengan dijual pada orang asing."
****
"Ingat perkataanku, jangan buat kesalahan. Sebisa mungkin, kau harus menahan keinginan yang membuat Kakek kesal."
"Seperti apa?"
"Bicara saat makan, suara denting sendok, ataupun menatap ke arah lain saat sedang makan. Fokus, ingat."
Malia yang hanya memakai handuk terkekeh. "Aku mengerti."
Norman yang berjongkok di depan istrinya itu menarik napas. "Aku serius."
"Ya, aku juga."
"Malia……." Norman menatap manik istrinya, tangannya terangkat otomatis mengelus rambut cokelat Malia. "Berdirilah."
"Aku akan memakai pakaian sendiri."
"Jangan membantah."
Malia membiarkan suaminya melakukannya, Malia sudah mulai terbiasa tanpa pakaian di depan Norman. Hanya saja yang membuatnya sedih, Norman seakan tidak memiliki gairah saat menatap tubuhnya. Malia berpikir keras, mungkin karena kondisinya yang menjijikan.
"Berhenti memikirkan apapun itu," ucap Norman mencium puncak kepala Malia. "Aku akan memanggil pelayan."
"Untuk apa?"
"Merapikan rambutmu, supaya lebih cantik."
"Kau pikir aku tidak cantik?"
"Tidak jika membantahku."
Senyuman Malia luntur saat Norman keluar kamar. Dia mengelus dadanya, Malia menarik napas. "Tenang, Malia, Norman hanya sedang tidak mood, dia bukannya tidak mempedulikanmu, nyatanya dia selalu bersamamu. Norman adalah kiriman Tuhan yang membuatmu bahagia, Malia, berhenti berfikir negatif."
Itu yang Malia katakan pada dirinya sendiri, Norman adalah suaminya dan akan selalu seperti itu. Saat pintu kamar terbuka, menampilkan pelayan. "Saya akan membantu anda bersiap-siap, Señora."
"Baiklah."
Hanya dalam waktu hitungan menit, rambutnya sudah rapi, Malia merasa dirinya ada di dunia dongeng dengan gaya rambut seperti ini.
"Apa sudah selesai?"
"Ya."
Pelayan itu segera keluar.
"Maaf, bisa kau tolong ambilkan tongkatku, Norman?"
"Tidak tongkat, aku akan menggendongmu."
"Tapi…." Malia tidak ingin membantah saat melihat raut wajah Norman yang dingin.
Membiarkan pria itu menggendongnya dan turun ke lantai bawah. Menuruni tangga, Norman tidak berhenti mencium puncak kepala Malia. Menyatakan sesuatu bagi perasaan Malia, meskipun wajahnya dingin tapi dia tetap menyayanginya.
Wajah Malia mulai tegang saat melihat seorang pria tua sudah di sana lebih dulu. Norman berbisik sebelum menurunkannya, "Bersikap baik, jangan ada kesalahan."
"Holla, Malia, senang bertemu denganmu."
"Sí, untukku juga. Senang bertemu denganmu, Señor Derullo."
Pria tua yang sudah seluruh rambutnya beruban, dengan kulit keriput itu tertawa. "Panggil aku Marc, kau bagian dari keluarga ini."
"Sí, Marc."
"Bagaimana pendapatmu tentang rumah ini?"
"Menakjubkan, ini sangat indah, Marc. Aku menyukainya."
Sambil menunggu pelayan menyajikan makanan, Malia dan Marc bertukar kalimat.
"Di tengah hutan, aku harap ini tidak menjadi alasan kau tidak betah."
"No, Marc. Aku menyukainya, ini penuh kedamaian."
"Baguslah kalah kau suka. Perlu kau ketahui saja, sulit menemukan jalan keluar dari tempat ini."
Seketika Norman yang sedari tadi duduk dan menampilkan wajah dingin itu menggenggam tangan Malia.
Marc tertawa, dia melanjutkan, "Itu karena tempat ini hanya punya satu jalan. Jika jalan itu bermasalah, kita tidak bisa keluar dari sini dengan mobil."
"Hahaha, aku mengerti, Marc." Malia tertawa kecil mencoba mencairkan sesuatu.
"Tapi, Malia, aku yakin kau akan suka di sini." Marc menatap manik Norman yang sedari tadi memasang wajah datar. "Bukan begitu, Norman?"
Dengan jemari yang bertautan dengan Malia di bawah meja, pria itu tidak menjawab, dia hanya menatap datar kakeknya. "Aku akan memeriksa gudang anggur hari ini."
"Ah… kau tahu bukan kami punya kebun anggur, Malia?"
"Sí."
"Norman harus memeriksanya, jadi kau bisa bertukar cerita denganku. Akan aku ceritakan bagaimana kami bisa membangun rumah di tengah hutan."
Norman segera mengeluarkan kalimat, "Aku hanya keluar sebentar, jadi mungkin Malia akan aku bawa bersamaku."
"Tidak, Norman. Aku ingin mengenal istrimu lebih jauh lagi. Biarkan dia di sini, tinggalkan dia."
----
**Love,
ig : @Alzena2108
Tolong Bantu Vote Supaya Masuk 20 Besar dan lebih cepat update**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
Norman udah mulai kasian kayaknya
2021-11-14
0
🌻
cinta berbalut dendam,apa dendam berbalut cinta?😭😂
2021-09-28
1
Ana Aryadi
apa yang terjadi selanjutnya pada malia dan marc
2021-06-09
1