Vote sebelum membaca😘😘
.
.
Fajar belum menunjukan dirinya, Norman kembali ke kamarnya dengan membawa sebuah tongkat penyangga berjalan Malia. Masuk ke dalam kamarnya, dia menyimpan tongkat itu di meja sofa. Tatapannya terpaku pada perempuan yang tidur tengkurap, punggungnya putih mulus. Bukan terfokus pada bagian yang polos itu, Norman lebih tertarik pada mata Malia yang terlelap.
Sebelum terbangun, dia memilih untuk membilas diri di bawah guyuran shower. Matanya berusaha untuk tidak menatap bathub yang sangat dia benci. Bayangan akan kematian ibunya, terus membayang.
"Norman…….?"
Pria itu segera mengakhiri mandi, memakai kimono dan segera keluar. Ditatapnya Malia yang sudah terjaga, mengucek matanya sambil berusaha mendudukan diri. "Jam berapa kau kembali?"
"Baru saja."
"Semalaman kau pergi ke mana?"
"Teman lamaku," jawab Norman duduk di bibir ranjang, dia membantu Malia merapikan rambutnya yang berantakan. "Ingin mandi? Aku bisa memandikanmu, mengingat aku sudah mandi."
Malia menggeleng, dia menyandarkan kepalanya di kepala ranjang, menatap Norman masih mencoba fokus. Kepalanya agak pusing.
"Kau baik-baik saja?"
"Ya… aku baik-baik saja. Kau membawa tongkat milikku?"
"Di sana," ucap Norman menunjuk dengan tatapan.
"Bisa kau ambilkan? aku ingin ke kamar mandi."
"Kenapa tidak meminta bantuanku?"
"Tidak, aku ma-- Akkh!" Malia melingkarkan tangannya di leher Norman seketika, selimut jatuh tanpa diinginkan.
Seperti sebelumnya, pria itu menurunkannya di bathub dan mengisinya dengan air hangat.
Keterdiaman Malia membuat Norman penasaran. "Apa kau marah?"
"Marah kenapa?"
"Lantas kenapa kau memalingkan wajahmu dariku?"
"Aku bilang aku malu," ucap Malia menutupi tubuhnya dengan busa.
Norman dengan wajah datar dan nada datarnya berkata, "Aku sudah lebih dari melihat semalam."
"Berhenti mengatakannya."
"Itu faktanya 'kan?"
"Norman, bisakah kau keluar dan berpakaian?"
Setelah sejak tadi memasang wajah datar, akhirnya pria yang kini memelihara jambang itu terkekeh, dia mengusap kepala Malia sebelum keluar dari sana.
Memakai pakaian yang ada dalam koper, dengan kaos hitam dan celana panjang. Semalam Dania mengacaukannya, dia bilang tidak rela jika Norman tidur bersama Malia, itu semua tertuang dalam kalimat,
"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kau tidur bersama wanita cacat. Aku merasa kasihan padamu, aku tidak ingin kau merasa kesusahan, maka darinya aku mengundangmu ke sini agar malam ini aku yang bekerja. Wanita sepertinya mana bisa bekerja bukan? Hanya bisa menunggu diam dan merasakan?"
Kenyataannya, Norman pernah tidur dengan beberapa wanita selama dia mencari sosok Don Van Allejov. Wanita berbeda-beda dari kalangan atas, dia cukup tahu mana wanita yang hanya menginginkan nominal. Dan untuk Dania, Norman merasa wanita itu mencintainya, maka darinya dia berani menjalin hubungan lama.
"Hallo, Dennis, kau dimana?"
'Aku baru sampai di Madrid, aku akan ke hotel menjemput kalian.'
"Bawa beberapa buah di perjalanan."
'Semua makanan yang kau inginkan ada di dalam pesawat, apa kalian yang akan datang ke sini?'
"Tidak, kau yang menjemput."
'Baiklah. Meksiko berubah cukup banyak, kau harus mengembalikan masa keemasan Derullo di sana.'
Norman menyeringai. "Aku belajar dari ahlinya."
Dia menutup telpon, teman masa kecilnya datang menjemput.
"Norman, bisa kau membantuku?"
Segera bergegas ke kamar mandi. "¿Por qué estás solo? ¿Qué pasa si te caes? (Kenapa kau berdiri sendirian? Bagaimana jika kau jatuh?)"
Nada suaranya meninggi saat mendapati Malia sudah memakai handuk sambil duduk di atas closet.
"Aku mendengar kau menelpon."
"Kau tidak menurutiku, kini kau akan mendapat hukuman."
"Ap-Aaaa!"
Lagi-lagi Malia dibuat terkejut dengan digendong. Namun, kini dia digendong seperti karung beras. Membantingkan tubuh istrinya ke atas ranjang. "Kau harus mulai menaati perintah, Malia."
Norman berkata dengan datar, yang mana membuat Malia sedikit merinding. "Apa yang kau lakukan? Kenapa membuka celana?"
"Kita akan menyelesaikan kegiatan semalam."
"Kegiatan se--" Kalimatnya terpotong oleh ciuman.
Berulang kali tangan Malia memukul punggung Norman untuk melepaskan ciuman, dirinya kehabisan napas.
"Lo tengo Esta lleno (Sudah, aku paham. Itu sesak.)"
"Tidak sampai di sini, Malia," ucap Norman menarik handuknya hingga sebagian tubuh Malia terekspos.
"Aku baru saja ma--"
Norman tidak memberinya kesempatan bicara, dia terus memberi ciuman pada bibir ranum istrinya.
Namun, seolah itu adalah takdir, seorang petugas hotel mengetuk pintu sambil mengatakan, "Pesanan anda, Señor."
Malia menarik napas dalam saat ciuman terlepas, memasok kembali udara dalam paru-paru. Norman benar-benar membuatnya sesak.
"Pesanan anda, Señor."
"Norman, Pelayannya."
"Shit!"
Norman keluar setelah menyelimuti Malia. Ketika keluar, di sana Dania tersenyum lebar. "No te dejaré dormir con esa mujer discapacitada, ¿y si tienes dificultades? Vamos, no me he duchado. Ven conmigo (Aku takan biarkan kau tidur dengan wanita cacat itu, bagaimana jika kau kesusahan? Ayo, aku belum mandi. Ikut bersamaku.)"
----
**Love,
ig : @Alzena2108**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Gauri Utama
Gapp kalo Malia tetap perawan sampai dia pisah ma Norman. Biar Norman dapat Karma dulu
2022-11-28
1
handa_seokjin95🥀
Dania pengen q bebek rasa y
2022-11-24
0
Ny.Lee
Dasar pengganggu,,ati2 Norman sekalinya nyobain Malia ntar nagih lagi 😂 😂
2022-01-26
2