TUMBAL
Risma bergegas keluar dari perkampungan aneh yang kumuh itu, jalan setapak yang dilaluinya terlihat angker dengan akar-akar pohon yang menjulur, di tambah lolongan suara anjing semakin membuat suasana seram.
Dendam Risma kepada Aldi lelaki tampan yang telah menghinanya sekaligus menawan hatinya, membuat Risma sampai ketempat terkutuk ini, keringat mengucur di sekujur tubuhnya, jalan terjal dan licin tak diperdulikannya, sekali-kali kakinya tersangkut akar pohon yang mencuat di jalanan, Risma harus ekstra hati-hati agar tidak terjatuh dan terpeleset.
Risma mempercepat langkah kaki, entah kenapa tiba-tiba langit hitam dan mendung menggantung di awan seakan-akan siap memuntahkan amarahnya, petirpun ikut andil bersahut-sahutan dengan biasan kilat yang menyambar-nyambar.
Gerimis mulai turun, dengan sedikit berlari Risma berusaha segera mungkin sampai ke mobil sebelum butiran-butiran kristal hujan mengguyur seluruh tubuhnya.
"Ayuk Ris!, cepatan." teriak Maya sambil melambaikan tangan.
Dengan tergesa Risma membuka pintu mobil, begitu masuk hujanpun tumpah ruah mengguyur bumi.
"Untung cepatan dikit, kalau tidak basah kuyup." gumam Risma.
"Nih, lap dulu tubuhmu." Maya menyodorkan handuk kecil.
Risma membersihkan tubuhnya, menyingkirkan keringat yang menempel dengan handuk yang di berikan Maya.
Nih, minum dulu." Maya menyodorkan botol air mineral.
Risma meneguk air mineral sampai tuntas, dia bergedik terbayang darah yang diminumnya ditempat embah dukun tadi, tiba-tiba perutnya terasa mual dan ingin muntah.
"Kenapa Ris." sedikit cemas Maya menghentikan mobilnya, tak biasanya Risma mabuk naik mobil.
"Tidak apa-apa, mungkin hanya masuk angin."
Maya menyodorkan minyak kayu putih dan fokus melanjutkan menyetir.
Risma mengosok-gosokkan minyak kayu putih ketengkuk, hidung dan tapak tangannya, aroma dan hangatnya minyak kayu putih sedikit membuatnya lega.
"Wah.. hujannya makin lebat May, kamu hati-hati nyetirnya."
"Kamu duduk tenang sambil bantu doa ya." kata Maya sambil tersenyum geli, melihat wajah Risma yang sedikit tegang.
"Iya.. iya, kamunya jangan ngebut-ngebut, sedikit silap kita masuk jurang."
Hujan lebat membuat perasaan Risma semakin cemas, perjalan yang ditempuh masih cukup jauh baru sampai kepinggiran kota, Risma melirik jam tangannya sudah pukul 17.50 artinya sebentar lagi akan magrib.
Risma menyandarkan kepalanya, matanya terasa berat, kantuk mulai menyerangnya, apalagi semilir hembusan AC mobil seakan membelai wajahnya, antara sadar dan tidak, tiba-tiba..
"Cittt.... Maya menginjak rem secara mendadak.
"Ada apa May." Risma terbangun dari tidurnya, terkejut dan hampir saja menjerit.
"Ada kucing yang lewat secara tiba-tiba." kata Maya sambil terkekeh.
"Berhenti dulu May, jangan-jangan kucingnya kamu gilas."
"Ya gak lah, aku liat kucingnya tadi lompat ke tepi jalan."
"Syukurlah." Risma sedikit lega. dan kembali menyandarkan kepalanya keposisi semula, dia ingin melanjutkan tidurnya.
Baru saja Risma merasa lega, karena Maya tidak melanggar kucing hutan itu, tiba-tiba Maya kembali menginjak rem secara mendadak.
"Ada apa lagi May." antara sadar dan tidak, Risma oleng dari tempat duduknya.
"Tuh... coba kamu lihat, ada sesuatu yang menghadang jalan kita." Maya membuka pintu mobil dan turun mengecek keadaan.
Risma masih mengerjap-ngerjap mata, sambil duduk termagu melongo memandang kedepan.
"Bagaimana May, apa bisa kita kewat." teriak Risma dari dalam mobil.
"Pohonnya terlalu besar, kita tidak akan sanggup menyingkirkannya." Maya kembali ke mobil.
Maya menggapai gawainya "Waduh... sinyal juga tidak ada, kita terjebak disini." kata Maya sedikit mulai gusar.
Maya keluar mobil sambil mengacung-acungkan gawainya, berharap dapat sinyal dan bisa menelpon seseorang agar bisa membantu mereka keluar dari masalah ini, tapi gagal.
"Bisa May."
"Tetap gak bisa."
"Jadi bagaimana May, apa kita harus jalan kaki." kata Risma sambil melirik arlojinya masih jam 20.30 wita. sepuluh jam lagi baru menjelang pagi.
Risma bergidik membayangkan harus tidur di mobil selama 10 jam di jalanan setapak yang gelap, tapi lebih manakutkan lagi, jika harus berjalan kaki.
"Kita tak punya pilihan lain, malam ini kita tidur disini, sampai ada bantuan besok siang." tanpa beban maya pindah ke kursi belakang, membawa bantal dan selimut, tidak kurang dari lima menit Maya sudah terlelap.
Risma mencoba memejamkan mata, tapi kantuknya tak kunjung datang, "pada kabur kemana nih kantu." gumamnya ,apa mungkin gara-gara tadi dia sudah tidur, makanya tidak mengantuk lagi.
"Ah... Sialan," guman Risma.
"Kenapa lolongan suara anjing itu semakin kuat dan jelas, kata nenek jaman dulu kalau anjing melolong itu tandanya setan atau siluman sedang bergentayangan, eh... seram, apa mereka sedang bergentayangan di luar sana, berbagai hal negatif bermunculan di pikiran Risma.
Risma mencaba merapatkan silimut di tubuhnya, hawa dingin tiba-tiba merambat masuk ke dalam mobil, diiringi dengan aroma melati, Risma memejamkan mata menikmati bau wangi yang begitu menggadonya. tiba-tiba ada suara gaib yang memanggilnya.
"Rismaaa..."
"Risma, bangunlah." Risma membuka matanya dan ahhhh... Risma menjerit.
"Turun dari mobil." sebuah tangan hitam menjulur menarik tangan Risma.
"Tidakkk!!.. jangan." Risma berusaha memberontak.
"Maya!!... Maya!!. " Risma berteriak sekuat suaranya, tapi Maya tak bergeming dari tidurnya.
"Mayaaa, bangun Maya." Risma menarik selimut yang menutupi tubuh Maya. namun Maya tetap lelap dalam tidurnya.
"Mayaaaa, bantu aku Maya." pegangan Risma terlepas, makhluk itu terlalu kuat tenaganya.
"Jangan!! jangan bawa aku." Risma menangis dalam keputusasaan.
Makhluk hitam dengan taring di gigi dan kuku-kuku yang tajam siap mencengkram apa saja. sudah berhasil membawa Risma keluar dari mobil, dan menyeret Risma masuk ke dalam hutan semakin jauh.
Lolongan suara anjing bersahut-sahutan semakin menyayat-nyayat ketakutan Risma, cengkraman makhluk hitam itu semakin kuat, beberapa luka di kaki risma karena tergores akar dan ranting kayu terasa perih dan berdarah.
Risma di seret dengan kasar, dan akhirnya sampai di sebuah gua yang gelap, pengab dan bau, Risma di letakkan di atas altar berbentuk bundar yang dikelilingi makhluk-makhluk aneh dengan wajah tertutup dan menjijikkan.
Bau yang menyengat, membuat perut Risma mual dan ingin muntah, di hadapannya ada bebera tengkorak yang bergelantungan, apakah makhluk ini pemakan manusia. Risma menggigil dalam ketakutan.
"Wahai para dedemit, terimalah persembahan kami." tiba-tiba makhluk yang tadi membawanya berteriak dengan keras, suaranya menggema kepenjuru gua, menyakitkan telinga, Risma menutup telinga dengan kedua tangannya.
Suara bising dan gaduh bersahutan, entah apa yang sedang dibicarakan makhluk aneh ini Risma sama sekali tidak mengerti.
Altar yang diduduki Risma tiba-tiba berputar, semakin Risma berontak semakin laju putaran altarnya. Risma oleng dari duduknya, andai dia diberikan kekuatan rasanya ingin terjun dari altar dan berlari sejauh-jauhnya, tapi itu tak mungkin, karena kekuatannya sudah hilang, jangankan untuk berlari, bernapas saja sudah terputus-putus.
Risma hanya bisa pasrah, tak henti airmatanya berjatuhan silih berganti, tak ada yang bisa menolongnya... sebentar lagi aku akan mati... yah mati.
"Jangan takut cah ayu." dengan seringai giginya yang hitam, makhluk aneh itu menyodorkan mangkok berisi bunga rampai.
"Ambillah, dan minumlah airnya, kau akan merasakan kedamaian." kata makhluk itu sambil terkekeh.
Hati Risma menolak, namun kekuatan gaib membawa tangannya menggapai mangkok itu dan serta merta meminum air, seketika mata Risma melotot, air yang diminumnya terasa panas mendidih membakar seluruh organ tubuhnya. seketika tubuhnya tergoncang hebat.
Sedikit demi sedikit tapi pasti, ada yang mengalir dari lubang pori-pori Risma, menyucur dan membasahi baju yang di pakai Risma, keringatkah... bukan, kalau keringat kenapa warnanya merah, darah... ya darah.
"Tidakkkk!!." Risma menjerit
"Lepaskan aku dari sini."
Makhluk-makhluk itu mengelilingi tubuh Risma, sambil mengeluar tawa dan seringainya yang menjijikkan.
Satu persatu makhluk itu mulai menyentuh tubuh Risma, dan menjilat darah Risma yang menempel di kuku-kuku hitam yang menyeramkan itu.
"Jangannnnn." teriak Risma ketika makhluk itu menjulurkan kuku hitamnya ingin mencungkil bola mata indah Risma.
Mendengar teriakan Risma, makhluk itu terkejut dan terlihat sangat marah, dengan mengangkat ke dua cakarnya di mencabik-cabik wajah cantik Risma..
Risma melolong kesakitan.
"Tolongggg... tolong lepas aku."
Apakah Risma akan menjadi tumbal persembahan para makhluk aneh itu...
*****
Jangan lupa tinggalkan jejak and like
Terima kasih para pembaca
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
✨-Queenzy` 🌠🔥
bau bau holor
2023-08-16
0
AHMAD AFFANDI
Ternyata ceritanya Horor semoga sukses selalu
2022-07-19
0
Titin Prasetyawati
seremm
2022-03-13
1