Aldi yang baru sadar dari pingsan, dan tidak terpengaruh susuk kantil lagi, dia terheran-heran melihat orang mengerumuninya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?." tanya Aldi, dia tidak bisa memutar kembali memory pikirannya secara normal, dia hanya mampu mengingat kalau dia baru selesai melangsungkan resepsi pernikahan.
"Di mana Istriku?, bukankah tadi ada suara aneh?." Aldi bingung, dia tidak mengerti, ada apa ini?.
"Ada apa ini?, kenapa papa?. Ma!." tanya Aldi, begitu melihat papanya terbaring dengan alat bantu pernapasan terpasang di mulutnya.
"Papa serangan jantung, semua ini gara-gara dia. Al." sahut Kirana sambil menunjuk Risma.
Aldi memandang Risma tajam, "perempuan kampung itu kenapa ada di rumahku?, bukankah dia yang menjadi istriku?." gumamnya.
"Owh... Tuhan ada apa dengan ingatanku, kenapa aku tidak bisa mengingat semuanya." Aldi mengerang kesakitan ketika dia memaksakan untuk mengingat sesuatu.
"Aldi!, kau kenapa nak!." Kirana panik melihat putranya memegang kepalanya sambil mengerang kesakitan.
"Ma!.. Aku tidak bisa mengingat apapun." ujarnya menangis.
"Sudah, kau tak perlu mengingat masa-masa buruk mu itu." ujar Kirana memeluk putranya.
"Semua ini gara-gara kamu Risma." Kirana geram, rasanya dia ingin mencakar-cakar wajah Risma.
"Maafkan Risma. Ma!." Risma berlutut di depan Kirana.
"Apa?, aku tak sudi kau panggil mama." Kirana menendang Risma hingga terduduk di lantai.
"Ceraikan dia Al, mama tidak mau punya menantu seperti dia." ujar kirana memeluk Aldi sambil menangis.
"Ris!, katakan padaku, kenapa aku bisa menikah denganmu?." tanya Aldi melotot sambil mencengkram erat bahu Risma. Risma tertunduk dan menangis.
"Jawab Ris, aku tak butuh air matamu." desak Aldi, semua yang ada di situ saling berpandangan.
"Kenapa diam, ceritakan pada anakku bahwa kau telah menjebaknya dengan susuk kantil itu." ujar Kirana geram sambil menarik rambut Risma berkali-kali.
"Sudah tante, biarkan Risma tenang dulu." Maya berusaha melindungi Risma dari amukan Kirana.
"Ma... mama!, sudah!, sekarang mama duduk, kita akan mendengarkan penjelasan dari wanita ini." kata Aldi menenangkan mamanya.
Risma hanya diam, dia tidak bisa berkata apa-apa, air mata mewakili penyesalan atas apa yang telah dilakukannya.
Bram melihat Risma diam seribu bahasa, akhirnya menceritakan semuanya ke pada Aldi dan kedua orang tuanya.
Dari kronologis kejadian atas penghinaan Aldi kepada Risma, waktu pertama kali Risma menginjakkan kaki di kampus. sampai dendam Risma yang memuncak, hingga menghadirkan sebuah perjanjian setan dan berakhir dengan kutukan
kemudian cinta Risma yang besar dan tulus kepada Aldi, hingga dia bersedia mencari tumbal demi menyelamatkan Aldi.
"Kau sudah menjebakku dalam perjanjian setanmu, katakan Risma!." teriak Aldi. Risma memandang wajah Aldi dengan takut, sangat takut hingga dia gemetar.
"Plak...! plak." Aldi menampar Risma berkali-kali, dia sangat marah dan murka mendengar penuturan Bram.
"Maafkan aku bang." ujar Risma bersimpuh di kaki suaminya. Aldi menendangnya hingga tersungkur. Tamparan Aldi mengakibatkan darah segar menetes dari sudut bibir Risma.
"Bangun!, bangun Risma." ujar Aldi sambil menarik rambut Risma, dia sama sekali tidak perduli dengan penderitaan Risma. Dia kembali menampar dan memukul Risma, hingga Risma tak berdaya.
"Aldi!... sudah!." cegah Bram memegang tubuh Aldi yang bergetar hebat karena amarah.
"Lepaskan Bram!!." teriak Alidi.
"Tidak!, kau bisa membunuhnya." ujar Bram menampar pipi Aldi, Agar Aldi sadar dengan apa yang telah dilakukannya. Aldi terduduk dilantai dan dia menangis.
"Maafkan aku bang." Risma mendekati Aldi, dia sangat sedih dan terluka melihat Aldi terpuruk, Aldi menolaknya hingga terjatuh.
"Risma kau tak apa-apa." Maya berusaha membangunkan sahabatnya.
"Sudahlah, biarkan Aldi tenang dulu."
"Tapi May, Aldi begini, karena aku, aku menyesal May." Maya memeluk erat sahabatnya.
"Pergilah dari rumahku!." kata Aldi tegas mengusir Risma.
"Jangan bang, jangan usir aku." Risma menangis, wajahnya dipenuhi air mata.
Kirana memandang iba wanita yang sudah jadi menantunya itu. karena dia menyadari semua ini sepenuhnya bukan kesalahan Risma.
"Aldi biarkan Risma menginap semalam di rumah kita." ujar Kirana bicara pada Aldi, agar membiarkan Risma tetap di sini sampai besok pagi.
"Tidak ma!, cepat keluar dari rumah ini!." Aldi menyeret Risma ke luar dan melempar barang-barangnya.
"Pergi jauh dari kota ini, jika masih berkeliaran di kota ini, kau akan kubunuh." ujar Aldi dengan sorot mata yang berkilat penuh kebencian.
"Ennyah dari sini, sebelum pikiranku berubah." Maki Aldi dengan sorot mata menyalang.
Risma bangkit di bantu Maya dan Nita, dengan sisa tenaga yang ada, dia mengambil barang-barangnya yang dilempar Aldi.
Dia harus pergi malam ini, Aldi sudah sangat membencinya. kini dia kehilangan orang yang dicintainya. Dia memandang sekali lagi rumah Aldi, kemudian berbalik dan melangkah keluar.
"Selamat tinggal Aldi, aku akan terus mencintaimu sampai kapanpun." batin Risma.
Maya membuka pintu mobilnya, menyuruh Nita memapah Risma masuk ke mobil. Risma shock, dia terlihat lemah sekali, wajahnya pucat, lebam penuh air mata. Nita memeluk Risma memberi kekuatan.
Jalanan terlihat sepi, hanya dua tiga kendaraan yang berlalu lalang, hujan yang tadi mengguyur kota Jakarta, masih menyisakan gerimis, beberapa gelandangan tertidur pulas di emperan toko, Maya melaju di jalan beraspal menuju rumahnya.
Tiga puluh menit kemudian Maya sampai di rumahnya. Maya membuka pintu mobil, meminta tolong mamang dan bibik untuk membawa Risma ke kamar tamu.
"Bik, ambilkan air hanyat kuku dan handuk kecil ya."
"Baik, Non!."
"Nita!, kau istirahatlah!, atau mandi dulu biar segar."
"Iya nih, badanku capek bangat." ujar Nita melunjurkan kakinya di sebelah Risma.
Bibik masuk membawa air hangat dan handuk kecil, Maya mengkompres lebam di wajah Risma.
"Auu..." Risma meringis
"Tahan sedikit ya, Ris!."
"Terima kasih, May!, kau baik bangat." suara Risma terdengar lirih.
"Ini sudah tugas aku, Ris!, aku kan sahabat kamu." Maya menghapus air mata Risma yang menganak sungai di sudut netranya.
"Berjanjilah, mulai hari ini, tak ada lagi air mata untuk Aldi." Maya menggenggam tangan Risma. Risma hanya mengangguk.
Maya melanjutkan mengompres luka-luka Risma, hingga Risma tertidur.
"Kasian kau, Ris!, seharusnya dulu aku mencegahmu, untuk melakukan ritual perjanjian itu."
"Maafkan aku ya, Ris!." batin Maya sambil menyelimuti Risma.
Nita sudah terlelap dari tadi, mungkin diapun sangat lelah hari ini.
"Kau wanita yang kuat dan hebat, Nit!, bisa menerima perlakuan Risma dengan lapang dada." gumam Maya.
Setelah memastikan kedua sahabat tertidur dengan nyaman, Maya keluar dan masuk ke kamarnya. sayup Maya mendengar suara mobil berhenti. Maya menyingkap gorden dan mengintip keluar, bukannya itu mama, dengan siapa dia?, kemana saja mama hingga pulang selarut ini?, inikah alasan papa meninggalkan mama.
"Ah... sudahlah, itu urusan mereka." Maya menutup gorden dan kembali berbaring di kasurnya. Dia capek bangat hari ini, Maya pun terlelap.
****
Risma terbangun ketika azan subuh berkumandang, dia menggeliat dan meluruskan tubuhnya, badannya sudah terasa ringan, dilihatnya Nita masih lelap. dengan pelan dia turun dari ranjang.
Ada rasa nyeri ketika dia menjejakkan kakinya kelantai, beberapa luka lecet di kakinya sudah mulai mengering, Risma memandang cermin, tamparan Aldi tadi malam masih meninggalkan lebam dan biru di wajahnya.
Tatapan matanya begitu redup, karena kebanyakan menangis, matanya membengkak. Risma mengelus pipinya yang masih terasa perih, dua bulir krital mengalir di pipinya dan jatuh kelantai. bisakah dia meyakinkan dirinya, kalau ini yang terakhir dia menangis, entahlah.
Dia melangkah pelan mengambil haduk dan masuk ke kamar mandi, dihidupnya shower, dibiarkannya air mengalir membasahi seluruh tubuhnya. masih dalam tangisan, dia terisak, semoga air mata ini habis mengalir bersamaan dengan air shower.
Lima manit berlalu, Risma sudah selesai mandi, dia mengambil air wudhu, sudah lama dia tidak melakukan ini. mungkin karena telah melupakan Tuhan, maka Tuhan mengingatkannya dengan cobaan ini.
"Maafkan aku ya Allah, aku telah melalaikan perintahmu." Risma memasang mukena dan melasanakan shalat subuh. Dia tenggelam dalam doa, menyesali apa yang sudah dilakukannya, hingga isak tangisnya terdengar jelas. Dan membangunkan Nita.
Nita terbangun mendengar tangisan Risma, dia duduk perlahan, memperhatikan Risma yang larut dalam doanya.
"Semoga kau baik-baik saja, Ris." gumam Nita, dia percaya kalau Risma wanita yang tangguh.
Nita mendekati Risma dan berjongkok disebelahnya, dipeluknya tubuh Risma yang bergetar karena tangisnya.
"Kau sudah bangun." tanya Risma, begitu menyadari kalau isakannya sudah mengganggu tidur Nita.
"Maafkan aku telah mengganggu tidurmu."
"Ah... tidak! memang sudah waktunya bangun." ujar Nita bangkit, dan mengambil handuk.
"Aku mandi dulu ya." di balas anggukan dari Risma.
"Kamu jangan sedih lagi, jelek kalau kamu nangis terus." ujar Nita mencoba menggoda Risma, Risma tersenyum menanggapi godaan Nita. Nitapun masuk ke kamar mandi.
"Kau gadis yang baik, Nit!, kau tidak membenciku, walaupun aku sudah merampas Aldi darimu." batin Risma.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Raini Sapitri
Akhirnya risma di buang jg oleh aldi dan klrg nya.
Hanya krn kesombongan dan hinaan aldi, mjd kan risma gelap mata dan mempunyai dendam kpd aldi.
Yg berakibat hrs melakukan perjanjian gaib kpd nyi kantil
2021-04-03
1
Mawar Hitam 3
mangkax kalau gk suka gk usah ngehinaaa makann tuhhh karma ... cowok sombong
2021-03-22
3