Risma bergegas keluar dari perkampungan aneh yang kumuh itu, jalan setapak yang dilaluinya terlihat angker dengan akar-akar pohon yang menjulur, di tambah lolongan suara anjing semakin membuat suasana seram.
Dendam Risma kepada Aldi lelaki tampan yang telah menghinanya sekaligus menawan hatinya, membuat Risma sampai ketempat terkutuk ini, keringat mengucur di sekujur tubuhnya, jalan terjal dan licin tak diperdulikannya, sekali-kali kakinya tersangkut akar pohon yang mencuat di jalanan, Risma harus ekstra hati-hati agar tidak terjatuh dan terpeleset.
Risma mempercepat langkah kaki, entah kenapa tiba-tiba langit hitam dan mendung menggantung di awan seakan-akan siap memuntahkan amarahnya, petirpun ikut andil bersahut-sahutan dengan biasan kilat yang menyambar-nyambar.
Gerimis mulai turun, dengan sedikit berlari Risma berusaha segera mungkin sampai ke mobil sebelum butiran-butiran kristal hujan mengguyur seluruh tubuhnya.
"Ayuk Ris!, cepatan." teriak Maya sambil melambaikan tangan.
Dengan tergesa Risma membuka pintu mobil, begitu masuk hujanpun tumpah ruah mengguyur bumi.
"Untung cepatan dikit, kalau tidak basah kuyup." gumam Risma.
"Nih, lap dulu tubuhmu." Maya menyodorkan handuk kecil.
Risma membersihkan tubuhnya, menyingkirkan keringat yang menempel dengan handuk yang di berikan Maya.
Nih, minum dulu." Maya menyodorkan botol air mineral.
Risma meneguk air mineral sampai tuntas, dia bergedik terbayang darah yang diminumnya ditempat embah dukun tadi, tiba-tiba perutnya terasa mual dan ingin muntah.
"Kenapa Ris." sedikit cemas Maya menghentikan mobilnya, tak biasanya Risma mabuk naik mobil.
"Tidak apa-apa, mungkin hanya masuk angin."
Maya menyodorkan minyak kayu putih dan fokus melanjutkan menyetir.
Risma mengosok-gosokkan minyak kayu putih ketengkuk, hidung dan tapak tangannya, aroma dan hangatnya minyak kayu putih sedikit membuatnya lega.
"Wah.. hujannya makin lebat May, kamu hati-hati nyetirnya."
"Kamu duduk tenang sambil bantu doa ya." kata Maya sambil tersenyum geli, melihat wajah Risma yang sedikit tegang.
"Iya.. iya, kamunya jangan ngebut-ngebut, sedikit silap kita masuk jurang."
Hujan lebat membuat perasaan Risma semakin cemas, perjalan yang ditempuh masih cukup jauh baru sampai kepinggiran kota, Risma melirik jam tangannya sudah pukul 17.50 artinya sebentar lagi akan magrib.
Risma menyandarkan kepalanya, matanya terasa berat, kantuk mulai menyerangnya, apalagi semilir hembusan AC mobil seakan membelai wajahnya, antara sadar dan tidak, tiba-tiba..
"Cittt.... Maya menginjak rem secara mendadak.
"Ada apa May." Risma terbangun dari tidurnya, terkejut dan hampir saja menjerit.
"Ada kucing yang lewat secara tiba-tiba." kata Maya sambil terkekeh.
"Berhenti dulu May, jangan-jangan kucingnya kamu gilas."
"Ya gak lah, aku liat kucingnya tadi lompat ke tepi jalan."
"Syukurlah." Risma sedikit lega. dan kembali menyandarkan kepalanya keposisi semula, dia ingin melanjutkan tidurnya.
Baru saja Risma merasa lega, karena Maya tidak melanggar kucing hutan itu, tiba-tiba Maya kembali menginjak rem secara mendadak.
"Ada apa lagi May." antara sadar dan tidak, Risma oleng dari tempat duduknya.
"Tuh... coba kamu lihat, ada sesuatu yang menghadang jalan kita." Maya membuka pintu mobil dan turun mengecek keadaan.
Risma masih mengerjap-ngerjap mata, sambil duduk termagu melongo memandang kedepan.
"Bagaimana May, apa bisa kita kewat." teriak Risma dari dalam mobil.
"Pohonnya terlalu besar, kita tidak akan sanggup menyingkirkannya." Maya kembali ke mobil.
Maya menggapai gawainya "Waduh... sinyal juga tidak ada, kita terjebak disini." kata Maya sedikit mulai gusar.
Maya keluar mobil sambil mengacung-acungkan gawainya, berharap dapat sinyal dan bisa menelpon seseorang agar bisa membantu mereka keluar dari masalah ini, tapi gagal.
"Bisa May."
"Tetap gak bisa."
"Jadi bagaimana May, apa kita harus jalan kaki." kata Risma sambil melirik arlojinya masih jam 20.30 wita. sepuluh jam lagi baru menjelang pagi.
Risma bergidik membayangkan harus tidur di mobil selama 10 jam di jalanan setapak yang gelap, tapi lebih manakutkan lagi, jika harus berjalan kaki.
"Kita tak punya pilihan lain, malam ini kita tidur disini, sampai ada bantuan besok siang." tanpa beban maya pindah ke kursi belakang, membawa bantal dan selimut, tidak kurang dari lima menit Maya sudah terlelap.
Risma mencoba memejamkan mata, tapi kantuknya tak kunjung datang, "pada kabur kemana nih kantu." gumamnya ,apa mungkin gara-gara tadi dia sudah tidur, makanya tidak mengantuk lagi.
"Ah... Sialan," guman Risma.
"Kenapa lolongan suara anjing itu semakin kuat dan jelas, kata nenek jaman dulu kalau anjing melolong itu tandanya setan atau siluman sedang bergentayangan, eh... seram, apa mereka sedang bergentayangan di luar sana, berbagai hal negatif bermunculan di pikiran Risma.
Risma mencaba merapatkan silimut di tubuhnya, hawa dingin tiba-tiba merambat masuk ke dalam mobil, diiringi dengan aroma melati, Risma memejamkan mata menikmati bau wangi yang begitu menggadonya. tiba-tiba ada suara gaib yang memanggilnya.
"Rismaaa..."
"Risma, bangunlah." Risma membuka matanya dan ahhhh... Risma menjerit.
"Turun dari mobil." sebuah tangan hitam menjulur menarik tangan Risma.
"Tidakkk!!.. jangan." Risma berusaha memberontak.
"Maya!!... Maya!!. " Risma berteriak sekuat suaranya, tapi Maya tak bergeming dari tidurnya.
"Mayaaa, bangun Maya." Risma menarik selimut yang menutupi tubuh Maya. namun Maya tetap lelap dalam tidurnya.
"Mayaaaa, bantu aku Maya." pegangan Risma terlepas, makhluk itu terlalu kuat tenaganya.
"Jangan!! jangan bawa aku." Risma menangis dalam keputusasaan.
Makhluk hitam dengan taring di gigi dan kuku-kuku yang tajam siap mencengkram apa saja. sudah berhasil membawa Risma keluar dari mobil, dan menyeret Risma masuk ke dalam hutan semakin jauh.
Lolongan suara anjing bersahut-sahutan semakin menyayat-nyayat ketakutan Risma, cengkraman makhluk hitam itu semakin kuat, beberapa luka di kaki risma karena tergores akar dan ranting kayu terasa perih dan berdarah.
Risma di seret dengan kasar, dan akhirnya sampai di sebuah gua yang gelap, pengab dan bau, Risma di letakkan di atas altar berbentuk bundar yang dikelilingi makhluk-makhluk aneh dengan wajah tertutup dan menjijikkan.
Bau yang menyengat, membuat perut Risma mual dan ingin muntah, di hadapannya ada bebera tengkorak yang bergelantungan, apakah makhluk ini pemakan manusia. Risma menggigil dalam ketakutan.
"Wahai para dedemit, terimalah persembahan kami." tiba-tiba makhluk yang tadi membawanya berteriak dengan keras, suaranya menggema kepenjuru gua, menyakitkan telinga, Risma menutup telinga dengan kedua tangannya.
Suara bising dan gaduh bersahutan, entah apa yang sedang dibicarakan makhluk aneh ini Risma sama sekali tidak mengerti.
Altar yang diduduki Risma tiba-tiba berputar, semakin Risma berontak semakin laju putaran altarnya. Risma oleng dari duduknya, andai dia diberikan kekuatan rasanya ingin terjun dari altar dan berlari sejauh-jauhnya, tapi itu tak mungkin, karena kekuatannya sudah hilang, jangankan untuk berlari, bernapas saja sudah terputus-putus.
Risma hanya bisa pasrah, tak henti airmatanya berjatuhan silih berganti, tak ada yang bisa menolongnya... sebentar lagi aku akan mati... yah mati.
"Jangan takut cah ayu." dengan seringai giginya yang hitam, makhluk aneh itu menyodorkan mangkok berisi bunga rampai.
"Ambillah, dan minumlah airnya, kau akan merasakan kedamaian." kata makhluk itu sambil terkekeh.
Hati Risma menolak, namun kekuatan gaib membawa tangannya menggapai mangkok itu dan serta merta meminum air, seketika mata Risma melotot, air yang diminumnya terasa panas mendidih membakar seluruh organ tubuhnya. seketika tubuhnya tergoncang hebat.
Sedikit demi sedikit tapi pasti, ada yang mengalir dari lubang pori-pori Risma, menyucur dan membasahi baju yang di pakai Risma, keringatkah... bukan, kalau keringat kenapa warnanya merah, darah... ya darah.
"Tidakkkk!!." Risma menjerit
"Lepaskan aku dari sini."
Makhluk-makhluk itu mengelilingi tubuh Risma, sambil mengeluar tawa dan seringainya yang menjijikkan.
Satu persatu makhluk itu mulai menyentuh tubuh Risma, dan menjilat darah Risma yang menempel di kuku-kuku hitam yang menyeramkan itu.
"Jangannnnn." teriak Risma ketika makhluk itu menjulurkan kuku hitamnya ingin mencungkil bola mata indah Risma.
Mendengar teriakan Risma, makhluk itu terkejut dan terlihat sangat marah, dengan mengangkat ke dua cakarnya di mencabik-cabik wajah cantik Risma..
Risma melolong kesakitan.
"Tolongggg... tolong lepas aku."
Apakah Risma akan menjadi tumbal persembahan para makhluk aneh itu...
*****
Jangan lupa tinggalkan jejak and like
Terima kasih para pembaca
Bersambung
Maya mengintip keluar lewat kaca mobil "Untung hujan sudah berhenti." gumam maya dalam hati, sambil menyandarkan kepalanya, Sisa-sisa dingin habis hujan masih terasa mengusik di kulitnya, bulan sabit muncul menghiasi langit mencuat di sela-sela dedaunan pohon pinus, sedikit membuat suasana lebih bersahabat.
Lolongan suara anjing sudah tidak terdengar, berganti dengan suara jangkrik seperti sedang berpesta. mungkin jangkrik sedang menikmati udara segar setelah diguyur hujan.
Belum sempat Maya memejamkan mata, ada sekelibat bayangan hitam dari kejauhan, Maya bangun dan memperbaiki posisi duduknya, Maya kembali mengintip dari kaca mobil, bayangan itu semakin mendekat. Maya merapatkan selimut ketubuhnya, mulut kumat kamit tak henti-henti berdoa semoga yang datang orang baik dan memberi pertolongan.
Detak jantung Maya berpacu kencang bagai habis lari beratus-ratus meter, Maya mencoba menetral jantungnya dengan menarik napas pelan-pelan, tiba-tiba ada yang mengetuk kaca dari luar. Kembali jantung Maya berdebar.
"Hallo, ada orang di dalam." terdengar suara bariton seorang lelaki.
Maya sedikit merunduk dan menutupi kepala dengan bantal, khawatir kalau orang di luar sana mengintip dari kaca dan melihat dirinya.
"Hallo,...kalau ada orang di dalam, keluarlah, saya butuh bantuan." kembali lelaki itu mengetuk-ngetuk kaca mobil.
Maya sedikit bimbang, keluar apa tidak!, keluar dan meminta bantuan lelaki itu untuk mengangkat dan menyingkirkan pohon kayu tumbang yang menghalangi jalan. dia bisa bebas dari sini, Tapi kalau orang jahat bagaimana.? semoga saja tidak.
Maya bangun dan bergegas membuka pintu mobil.
"Tunggu bang." Maya memanggil lelaki itu yang sudag berniat pergi meninggalkannya.
Lelaki yang tadi membelakanginya, berbalik ke arah Maya, seorang lelaki yang tidak terlalu tua, paling lima tahunan di atas Maya, dengan senter gunung nempel di kepala, dari wajah tidak kelihatan kalau dia jahat atau garang.
"Maaf non, menggangu." Ujarnya sopan.
"Saya dan teman saya di belakang sana kehabisan bensin." Lanjutnya sambil menunjuk ke arah temannya.
Dari kejauhan ada bayangan sepeda motor king dengan seorang lelaki berperawakan tinggi besar dan gondrong.
"Kami dari kampung sebelah, ambil jalan pintas lewat sini, supaya lebih cepat sampai ke kecamatan, tadi waktu berangkat lupa kalau belum isi bensi." lelaki itu memberi penjelasan sambil tersenyum.
"Non kenapa berhenti di sini,? bahaya non banyak binatang buasnya." Tanya lelaki itu sambil memandang di sekitar.
"Saya tak bisa lewat bang, di depan sana ada pohon tumbang menghalangi jalan." Ujar Maya menunjuk ke arah depan.
"Owh.. non sendirian?" Tanyanya lagi
"Tidak bang, ada teman saya dalam mobil."
Lelaki itu melangkah mendekati lokasi pohon tumbang, pohonnya tidak terlalu besar, karena banyak ranting-ranting hingga menutupi dan menghalangi jalan. Pohon ini pasti tumbang karena angin ribut hujan tadi, daun-daunnya masih terlihat segar dan masih ada sisa-sisa air hujan yang menempel.
"Bram, ambil golok di dalam tasku." lelaki itu berteriak
Bram berperawakan tinggi, rambut gondrong pakai ikat kepala dan brewokan, beda bangat dengan temannya. Bram mendekat sambil membawa golok di tangannya, tatapan matanya yang tajam ke arah Maya, membuat Maya sedikit mundur, ada rasa ngeri melihat penampilannya. seram amat.
Dengan sigap Bram memotong ranting-ranting pohon dan menyingkirnya dari jalanan, sementara temannya memberi penerangan dengan senter di kepalanya.
Tak sampai 30 menit, pohon yang tumbang sudah tersingkir bersih dari jalanan.
Maya mengambil galen berisi lima liter bensin di balik kursi belakang, galen berisi bensin lima liter memang selalu disiapkan Maya jika dia berpergian jauh. Maya menyerahkan galen ke Bram. Bram membawa galen bensin mengisi motornya.
"Makasih ya bang.. dengan bang siapa ya, saya Maya." kata Maya menyodorkan tangannya.
"Saya Andreas, terima kasih juga bensinnya."
Bram mengembalikan galen masih berisi setengah bensin kepada Maya. tanpa basa basi langsung berbalik ke arah motornya.
"Dasar lelaki aneh." gumam Maya sambil menyimpan kembali galennya ketempat semula.
"Ayukk... non Maya, kita lanjutkan perjalanan." Andreas mempersolahkan Maya untuk jalan duluan, dia dan temannya akan mengiringi di belakang.
Andreas lelaki tampan, sopan, baik dan murah senyum, ah.. lagi-lagi Maya memberi penilaian.
Maya menstatir mobilnya dan mulai bergerak sedikit demi sedikit dan tancap gas. di liriknya
jam di gawai menunjukkan pukul. 22.45. "belum terlalu malam pikirnya." Risma yang ada di sampingnya masih tidur dengan pulas, sedikit pun tidak terganggu dengan aktifitas yang dilakukan Maya.
"Risma.. Risma." Maya geleng-geleng kepala sambil tersenyum mengingat kenekatannya untuk membalas dendam ke Aldi lelaki idola di kampusnya.
Di depan sana sudah terlihat kerlap kerlip lampu rumah penduduk, berarti sebentar lagi akan melewati jalan mulus beraspal, Maya tancap gas sambil melirik kaca spion.
"Wah... gila ternyata si brewok jago juga bawa motornya, walaupun udah berkali-kali ditinggal Maya, tapi tetap bisa menyusul dan berada di belakang mobilnya.
Maya memperlambat mobilnya, dia melewati jalan ramai seperti pasar malam, banyak yang jualan jajanan, mencium aroma bakso, kampung tengah maya berontak ingin di isi, rasa lapar tiba-tiba saja hadir dan menyerang.
Maya melongokkan kepalanya keluar memberi kode kepada si brewok agar berhenti, si brewok mengangguk setuju.
Si brewok memarkir motornya , sebenarnya dia juga merasa sangat lapar, tadi sore sebelum berangkat, hanya mie instan yang sempat mampir di ususnya.
Maya menepikan mobil dan memarkirnya.
"Ris...Risma bangun yuk."
Risma tidur dengan pulasnya sedikitpun tidak perperdulikan panggilan Maya. bahkan dia semakin merapatkan selimutnya.
"Aneh nih anak, tidurnya kok gitu banget, di kasih obat tidur kali sama embah dukun." Maya ngedumal sendiri.
"Ya.. sudah, kalau tak mau turun." Maya menutup pintu mobil, berjalan menuju ke tempat di mana si brewok dan andreas duduk.
"Bang bram sama bang Andreas pesan apa." Maya mendekati si abang penjual minunan.
"Kopi!." teriak Bram, Andreas memberi isyarat yang sama.
"Kopinya tiga gelas bang." kata Maya.
Maya memesan kopi tiga gelas dan bakso tiga mangkok.
"May, temannya kok gak turun, emang gak lapar ya." Andreas merasa heran saja, dari tadi temannya Maya anteng bangat tidurnya.
"Tadi udah saya bangunin bang, kayaknya gak lapar tuh, tidurnya lelap bangat."
"Owh...kecapean kali." si brewok yang dari tadi diam tiba-tiba ikut bicara.
"Iya mungkin." kata Maya sambil meletakkan mangkok bakso ke depan Bram dan Andreas, mereka pun mulai melahapnya, tak sampai 10 menit isi mangkok pun tandas terkuras.
Andreas mengeluarkan pecahan ratusan ke penjual bakso dan berniat membayar pesanan mereka.
"Semuanya udah dibayar sama non ini mas." kata si abang bakso sambil menunjuk ke arah Maya, wadohh senyuman si abang bakso kok manis bangat,.. hehehe si Maya mulai ngelantur.
Bram dan Andreas sudah beranjak menuju motornya, sementara Maya masih memesan teh hangat untuk Risma dan minta di bungkuskan, Maya menyodorkan uang lima ribuan. tiba-tiba Maya di kagetkan denga suara seseorang wanita berteriak minta tolong.
Sumber suaranya ada di dekat mobil, Maya pun berlari mendekat tetapi tidak ada siapa-siapa, Bram dan Andreas menghentikan motornya dekat mobil Maya.
"Ada apa May." Andreas bertanya sedikit khawatir.
"Abang dengar seseorang minta tolong tidak tadi." Maya menjulurkan kepalanya melihat kebelakang mobil.
"Tolong.... lepaskan aku." suara itu terdengar lagi, sangat lirih.
"Hah... suaranya ada di dalam mobil." seketika Maya membuka mobil, dilihatnya tubuh Risma kejang-kejang penuh keringat dan berteriak-teriak seperti orang kesakitan.
"Ris... Risma."
"Rismaaaa bangun." Maya menepuk pipi Risma agak kencang.
Risma kaget dan terbangun. Risma langsung memeluk Maya.
"May... jangan tinggalkan aku, aku takut." masih dalam ketakutan suara Risma bergetar.
Maya memegang ke dua pipi Risma dan mencubitnya.
"Hay... lihat aku Ris, kita baik-baik saja." Maya menggoyang kepala Risma yang masih setengah sadar.
"Ah... ternyata tadi hanya mimpi." guman Risma. mereka siapa? Risma memandang Bram dan Andreas secara bersamaan.
"Mereka yang sudah menolongku menyingkirkan pohon tumbang yang menghalangi jalan kita." Maya memperkenalkan Bram dan Andreas ke Risma.
"Owh... hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Risma. mengingat mimpi seram tadi rasa hilang nyawanya di jiwa.
"Okey, kamu baik-baik ajakan Ris, kita bisa lanjutkan perjalanan." Maya berpamitan pada Bram dan Andreas karena jalan mereka sudah tidak searah. Bram dan Andreas jalan lurus sementara Maya belok ke kanan.
"Okey." Bram mengangkat tangannya
"Semoga lain waktu kita bertemu lagi." kata Andreas masih dengan senyuman manisnya.
"Hati-hati nyetirnya non." lanjut Andreas sebelum berlalu.
Maya menganggukkan kepala tanda setuju. Bram dan Andreas pun meluncur meninggalkan Maya dan Risma.
Sebelum jalan Maya memberikan teh hangat ke Risma.
"Nih minum dulu, biar pikiran lebih tenang, apa kamu pengen mengisi perut dulu."
"Tidak lah May, ini aja udah cukup." Risma menyerut tuntas teh hangatnya.
Maya pun kembali menjadi raja jalanan tanjap gas tak diberinya kesempatan mobil lain mendahuluinya, sepanjang perjalanan mereka hanya diam menikmati tembang-tembang lawas penyanyi legendaris Dewi Yul dan broery Marantika dengan lagu cinta terlarangnya.
Risma melihat arloji di tangannya jam menunjukkan pukul 02.00 dini, sebenarnya dia masih mengantuk, namun dengan segenap kemampuan ditahannya, Risma takut mimpi yang dialaminya terulang kembali.
****
Jangan lupa kritikan dan likenya ya
Bersambung
Penampilan Risma berubah drastis sejak memakai susuk kantil dari embah Roro, Risma yang berprawakan sedang, berkulit kuning langsat, dengan mata bulat yang indah, rambut terurai sebahu dengan wajah yang melankolis membuat orang tidak bosan memandangnya.
"Selamat pagi neng Risma, cantik benar pagi ini." sapa para lelaki kampus yang mencari perhatian Risma.
Pagi ini sudah berpuluh lelaki menyapanya dengan pujian. Risma hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan, sejatinya Risma bukan gadis yang sombong, dia ramah dan murah senyum, dia tidak berniat melayani keramahan para lelaki lain, karena bukan mereka sasaran Risma tapi tujuan utamanya memakai susuk kantil adalah Aldi.
Kesombongan dan kebrutalan Aldi yang telah menghina Risma di depan teman-teman kampus sungguh sangat menyakiti hati dan perasaan Risma. rasa sakit itu bertahta di palung hati Risma yang paling dalam, hingga menghadirkan sebuah dendam yang tak terpadamkan.
Risma akan membuat Aldi bertekuk lutut, tergila-gila padanya, detik demi detik hidup Aldi hanya dihabiskan untuk memikirkan dia, pasti seisi kampus berdecak kagum kepadanya, bila Aldi jadi pacarnya, Risma tersenyum misterius dengan khayalannya.
Risma mencari-cari Aldi beserta gengnya, biasanya mereka berkumpul di taman belakang kampus, benar saja mereka di sana sambil ngegosip dan makan cemilan.
Risma dengan santuynya sengaja melenggang di depan Aldi, Nita dan gengnya.
"Aduh.. Risma ngapain sich pakai lewat situ lagi." Yaya teman sekelas Risma nyeletok.
"Wah... ini bakalan kiamat nih, liat aja tuh si Nita matanya sudah melolot ke arah Risma." Witra menarik tangan Yaya agar segera menjauh supaya tidak terlibat. seram kalau harus berurusan dengan Aldi dan Nita.
"Hay.. hay... ada apa dengan dandanan perempuan udik." Nita mengejek Risma sambil tertawa. sebenarnya tanpa dandan pun lebih cantikan Risma dari si Nita, Nita aja tuh yang kebanyakan minum kapsul PD. ngakunya gadis paling cantik di kampus, ngaca Nita, ngacaaaa.
"Secantik apapun kamu dandan tetap aja jelek." lanjut Nita sambil mendorong Risma, hampir saja Risma terjatuh kalau tidak di sanggah lengan kekarnya si Aldi.
"Kau tidak apa-apa." kata Aldi
"Tidak bang, terima kasih ya sudah membantuku." Risma tersenyum sambil menatap mata Aldi menusuk ke dalam retinanya, sampai Aldi tak berkedip memandangnya.
"Duh Ris, kamu cantik bangat hari ini, kayak bidadari dari langit." tiba-tiba Aldi memujinya tanpa melepaskan tangannya di bahu Risma.
"Hemmmm, kena kau." batin Risma, Risma semakin menggodanya.
"Abang juga gagah dan paling tampan pagi ini." Risma berbisik di telinganya, membuat debaran jantung Aldi berpacu seakan-akan ingin keluar. ada rasa senang dan bahagia mendengar ucapan Risma. mata Aldi berbinar seketika.
Mendadak Aldi kehilangan akal dan mengecup bibir ranumnya Risma, Risma kaget wajahnya merona merah, dia berusaha menetralkan detak jantungnya yang berantakan, memang inikan yang diinginkan Risma. menaklukkan Aldi dan di tonton seisi kampus.
"Apa-apa nih." Nita menarik tubuh Risma agar menjauh dari Aldi. geng Aldi melongo melihat peristiwa langka ini. Aldi kesambet setan kali, itu pikir mereka.
Aldi menarik dan mendorong Nita dengan kasar hingga terjerembab ke tanah, para gadis kampus yang selama ini tidak suka dengan Nita, tertawa sinis memandangnya. kenapa Aldi mendadak membela Risma, Nita sangat kesal.
Aldi menggenggam tangan Risma dan membawanya pergi menjauh, dia tidak perduli dengan ocehan teman-temannya yang terkaget-kaget, yang ada di pikiran Aldi sekarang dia hanya ingin berduaan dengan Risma.
"Aldi!!... ." Nita berusaha mengejar dan menarik tangan Aldi, dia tidak percaya kalau Aldi membela Risma. Aldi pasti hanya pura-pura saja. mungkin Aldi merencanakan sesuatu untuk mempermalukan gadis udik itu, Nita mencoba menetralkan pikirannya.
Aldi berhenti melangkah dan membalikkan tubuhnya menghadap Nita, sambil memandang tajam ke arah Nita, Aldi berteriak.
"Hay... Hay... Dengar seluruh isi kampus, mulai hari ini saya dan Nita putus!!. Aldi menunjuk wajah Nita dengan marahnya.
"Aldi!!... Aldi!!." teriakan Nita tak digubris sedikitpun, Aldi tetap menggandeng tangan Risma dan pergi menjauh.
Nita menatap kepergian Aldi dan Risma, bakalan suram hidupnya kalau Aldi memutuskannya, selama ini dia pacaran sama Aldi hanya ingin uang dan barang-barang mewah dari Aldi, apalagi sekarang usaha papanya lagi bangkrut. awas saja kau Risma, tunggu pembalasanku batin Nita.
***
Risma bergegas masuk ke kamar kostnya yang berukuran 2 x 3 meter, hanya kamar ini yang bisa disewanya, sesuai dengan kantongnya dan dibayar perbulan.
"Cari kostnya yang bayarnya perbulan aja ya nduk." kata ayahnya
"Iya yah."
"Kalau ngontrak uangnya banyak, ayah tak punya uang, harus jual kerbau dulu, mana ada orang yang mau beli kerbau dadakan." lanjut ayah waktu itu.
Risma duduk di tepi ranjang tua yang dua bulan lalu dikirim ayah dari kampung. sudah enam bulan dia meninggalkan kampung halamannya, untung saja dia dibekali hape sama ayahnya, walaupun bukan hape mahal dan keluaran terbaru, tapi bisalah buat melepas rindu pada ayah ibunya.
Risma merebahkan tubuh letihnya, hari ini matakuliah di kampus benar-benar menguras tenaga dan otaknya. beberapa tugas harus di klarnya minggu ini bahkan ada dua tugas matakuliah yang DL nya dua hari lagi, ah... mendingan minta bantuan bang Aldi saja pikir Risma.
Sejak Aldi jatuh dalam perangkap Risma, apapun kata Risma selalu di turutinya, Aldi benar-benar sudah lupa ingatan di buat Risma, Risma tersenyum puas. ini baru permulaan Aldi. hehehe.
Clilenk... Ada pesan masuk dari gawainya. Risma meraih hapenya ada pesan dari Aldi.
(Selamat sore bidadariku)
[Sore juga] balas Risma
(Ntar malam kita dinner yuk)
[Yuk... denganku, hanya berdua?]
(Iya, hanya kita berdua, abang jemput habis magrib ya)
[Okey] Risma membubuhkan emoji ?wajah memberi ciuman dari jauh
"Yes!! Risma melonjak girang, mendadak rasa bahagia menjalar di hati Risma, Risma membayangkan wajah ganteng dan senyum manis Aldi.
"Risma...sadar Risma, ini hanya permainan." kata batin Risma, benarkah ini hanya permainan, sekedar balas dendam, atau Risma sudah mulai ada hati dengan Aldi.
Risma mulai bimbang dengan perasaannya.
***
Risma sudah dandan cantik, baju warna ungu yang membalut tubuh rampingnya terlihat sangat sexi, rok span selutut dengan warna senada , tas tangan hitam dan sepatu high heels hitam.
Sekali lagi Risma berdiri di depan cermin, memastikan kalau dandanannya sudah sempurna, Risma tersenyum renyah, malam ini dia akam membuat Aldi resmi menjadi pacarnya.
"Mbak... Mbak Risma, ada tamu tuh." Yaya penghuni tetangga kamar sebelah memanggil sambil mengetuk-ngetuk pintu.
"Masuk, tak dikunci kok." sahut Risma.
"Waw!! cantik banget, mau ke mana mbak." Yaya heran saja tak biasanya Risma dandan secantik ini.
"Mau mgedet ya." Yaya tersenyum menggoda Risma.
"Anak kecil di larang kepo." Risma keluar meninggalkan Yaya yang masih terkesima melihat kecantikannya.
"Salam ya sama si abang yang di luar." Yaya meledek sambil memonyokkan bibir.
Melihat Risma datang, Aldi keluar dan membukakan pintu mobil.
"Silahkan tuan putri." kata Aldi sambil memasang senyum manisnya. yang membuat Risma klepak-klepak kegirangan.
"Dinner di mana mau Ris." Aldi bertanya begitu sudah di mobil.
"Terserah aja bang."
"Serius abang yang tentukan tempatnya." Aldi menggoda Risma dengan lirikan.
Risma tersipu, rona merah pipinya, membuat dia makin cantik, tiba-tiba debaran jantung Aldi berpacu kencang, disentuhnya jemari Risma, ada perasaan hangat menjalar keseluruh tubuhnya. Risma tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia bergelayut manja di lengan Aldi, membuat suhu tubuh Aldi melebihi angka normal.
Aldi memarkir mobilnya di cafe Clara, cafe mewah dan terkenal dengan kuliner-kuliner viral dari Thailand, mango sticky rice yang merupakan perpaduan ketan putih, mangga, dan santan. mempunyai cita rasanya yang sangat menggiurkan dengan dominasi rasa manis. Aldi sudah memesan tempat khusus untuk dinner berdua Risma.
Risma terkesima, melihat ruangan yang begitu romantis, hanya ada satu meja, dua kursi dengan penerangan lilin dan di kelilingi bunga-bunga sakura dengan warna lembut, begitu Risma duduk, ada suara musik syahdu mengiringi makan malam mereka.
Seorang Waiter menghampiri mereka menyerahkan sebuah kotak berwarna merah dan setanggai bunga mawar merah.
Aldi dengan tersenyum sumbringah memandang tak berkedip wajah Risma, Risma benar-benar cantik malam ini.
"Maukah jadi pacarku?."kata Aldi menyerahkan bunga mawar.
Risma hanya mengangguk tanda setuju, kemudian Aldi membuka kotak berwarna merah, sebentuk cincin berlian dengan anggunnya bertahta di situ
"Maukah menikah denganku." sambil berjongkok Aldi meminta Risma mengulurkan jarinya.
Risma dengan perasaan bimbang hanya terpaku memandang Aldi, tiba-tiba ada suara bisikan yang menggema di ruangan itu.
"Terimalah Risma, jadikan dia tumbal pertamamu." suara itu menggema berulang-ulang.
"Tidak!!." kata Risma sambil berdiri dan berlari meninggalkan Aldi, Aldi mendadak kaget hanya memandang kepergian Risma, beberapa detik kemudian kesadaran Aldi pulih, diapun mengejar Risma, tapi terlambat Risma sudah masuk ke dalam taxi dan pergi.
Dengan perasaan yang tak karuan Aldi memandang taxi yang membawa Risma semakin jauh, mungkin Risma hanya belum siap ku ajak nikah batin Aldi, Aldi masuk ke mobilnya dan menyusul Risma ke kosnya.
Risma menjadi resah, niat balas dendamnya seketika sirna, Risma sudah jatuh cinta dengan Aldi, mana mungkin dia menyerahkan Aldi menjadi tumbal, tapi bagaimana perjanjiannya dengan embah Roro.
***
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!