Matahari sudah kembali keperaduannya, berganti dengan senja. ketika Risma dan Aldi sampai ke apartement, Adli baru saja menghadiahkan sebuah apartement untuk Risma, dia tidak mau membiarkan kekasihnya itu bersempit-sempit lagi di kamar kost yang hanya berukuran tiga kali empat meter itu .
"Terima kasih bang Al." Ujar Risma ketika Aldi berpamitan dan menyerahkan kunci apartement. Aldi memberi kecupan di keningnya sebelum meninggalkan apartement.
Risma duduk di tepi ranjang, empuk dan mewah dengan kamar tidur yang luas, dia tersenyum penuh kemenangan, dia sudah bisa sepenuhnya menguasai Aldi.
"Ah... ini baru permulaan, nanti akan ada kejutan berikutnya." batin Risma.
Barang-barang Risma di kost pun sudah tersusun rapi di apartemen, sebelum dia sampai ke apartemen tadi, Aldi sudah mengutus dua orang asistennya untuk memindahkan barang-barang Risma. Aldi benar-benar perhatian dengan Risma.
Risma berbaring pelan, merasakan kemewahan apartement yang diberikan Aldi, matanya menerawang mengawang menembus langit-langit kamar, hari ini dia merasa sangat lelah, seharian menunggui Pras di rumah sakit, luka-luka Pras sudah sembuh, jiwanya masih sakit.
Pras dipindahkan oleh keluarganya ke rumah sakit jiwa, karena semakin hari jiwanya semakin tergoncang. dia sudah tidak kenal dengan orang-orang dekatnya. Dan selalu mengamuk seperti orang kehilangan akal.
"Jangan tinggal aku, aku mohon, aku takut." kata Pras menangis sambil memeluk Risma, ketika dua orang suster memaksanya masuk ke ruang isolasi.
Mata Pras yang sayu, meminta perlindungannya , dia selalu berteriak ketakutan, "ah... Pras maafkan aku", gumam Risma, diapun melangkah meninggalkan Pras yang masih memanggil dan menggapai-gapaikan tangan di balik terali pintu kamarnya.
"Aku akan sering ke sini menjengukmu Pras." janji Risma dalam hatinya.
Risma bergegas meninggalkan rumah sakit jiwa, dua kristal bening mengalir disudut matanya, ada penyesalan yang mendalam dirasakannya, ketika melihat sinar mata Pras tanpa cahaya.
Pras yang dulu gagah dan ganteng, kini harus merengkuk di rumah sakit jiwa, semua ini gara-gara dia. apakah dia harus mengakhiri perjanjiannya dengan Mbah Roro, dengan mengorbankan kebahagiaannya dengan Aldi, atau dia menyelesaikannya dengan mencari delapan korban lagi. Delapan korban, masih banyak Risma. tapi dia tidak perlu khawatir, karena dengan gampang dia mendapatkan tumbal-tumbal itu. Secara dia punya kekuatan magic yang sangat ampuh.
Tarikan napas Risma sangat berat, keraguan dan kebimbangan kembali menghantuinya, apakah dia sudah sanggup kehilangan Aldi?, terkadang terbersit rasa puas karena sudah dapat menguasai Aldi, terkadang nalurinya menolak dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan ini tidak benar.
Risma resah, dia sangat gelisah, andai dia tidak jatuh cinta pada Aldi, mungkin kisah hidupnya akan berbeda. Tidak akan ada tumbal berikutnya, cukup Aldi saja dan dendamnya terselesaikan.
Entah kenapa dia malah jatuh cinta sama Aldi, dan dia ikhlas menukar Aldi dengan sepuluh orang korban tumbal yang akan diserahkannya ke Mbah Roro.
Sampai kapanpun Aldi akan tetap jadi miliknya, Risma memutuskan untuk meneruskan perjanjiannya dengan Mbah Roro, menyerahkan setiap tiga purnama satu orang tumbal.
****
Suasana kampus sangat ramai, barisan pawai mahasiswa yang akan diwisuda sudah memasuki aula utama.
Risma ikut berjejal di antara pendamping wisudawan dan wisudawati, hari ini dia berdandan sangat cantik, dia menjadi pendamping Aldi. Orang tua Aldi tidak bisa menghadiri karena masih berada di luar negeri
Jas hitam kemeja abu-abu membalut tubuh Aldi, gagah sekali dia pagi ini, dia tersenyum bahagia mendapat ucapan selamat dari teman-temannya termasuk Bram dan Nita.
Nita dengan kebaya putihnya, walau sederhana tapi cukup membuat dia nyaman, dia sudah bisa menerima keadaannya sekarang, semua karena berkat kesabaran Bram mendampinginya.
"Cantik sekali kamu. Ris." ujar Nita saat berpapasan dengan Risma dan Aldi.
"Terima kasih." balas Risma dengan tersenyum bangga, tumben Nita tidak mencak-mencak seperti biasa. pikir Risma.
Risma mengeratkan pegangannya di tangan Aldi, dia sengaja melakukan itu, hanya untuk membuat Nita cemburu. namun Risma salah, Nita biasa-biasa saja, dia tidak terpancing dengan tingkah Risma, bahkan dia menjauh.
"Selamat ya." ujar Bram menyalami Aldi.
"Selamat juga buatmu." balas Aldi menggenggam tangan Bram.
Bram juga menyalami Risma yang bergelayut manja di lengan Aldi, lagi-lagi Bram melihat sinar mata itu. membias tajam menatap Bram, Bram merinding di buatnya, apakah ini ada hubungan kerjasamanya dengan Mbah Roro.
Kasian Aldi, jika Risma dibiarkan maka akan banyak korban yang berjatuhan, berkemungkinan Aldi salah satunya, bagaimana caranya aku memberi tahu Aldi?, pikir Bram.
Setelah acara selesai, satu persatu wisudawan dan wisudawati membubarkan diri, masih ada sebagian yang sibuk selfi untuk mengabadikan moment berharga ini. begitu juga Aldi dan teman-temannya.
****
Malam beranjak larut, Risma belum bisa memejamkan matanya, berkali posisi tidurnya berpindah, tetap saja resahnya menjelma. Seharusnya dia bahagia, mendengar berita yang disampaikan Aldi tadi, waktu mereka makan siang.
"Ris, aku ingin melamarmu." ujar Aldi menggenggam tangannya. Risma bergeming ,rasa tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Ta-tapi bang." Aldi meletakkan telunjuknya ke bibir Risma.
"Aku tak mau dengar alasan apapun." lanjut Aldi. Risma bungkam, dia hanya diam memandangi wajah kekasihnya itu.
"Maukan jadi istriku." kata Aldi sambil menyematkan cincin berlian di jari manisnya.
Risma hanya mengangguk, dia tidak berkata apa-apa, seharusnya dia bahagia, dilamar kekasih yang sangat dicintainya. andai Aldi tahu yang sebanarnya, apakah dia akan mencintainya dengan tulus.
Seketika redup sinar dinetranya, ada hal yang sangat menakutkan dibayangannya, perjanjian dengan Mbah Roro, apakah Mbah Roro akan membiarkannya bahagia dengan Aldi.
Risma mengambil kotak berwarna merah yang disimpannya di dalam laci. susuk kantil pemberian Mbah Roro, terlihat masih berkilau, dia mengambil susuk itu dan menancapkannya di telapak tangan. susuk itu di balurnya dengan darah yang memancar dari lukanya. dan membiarkan beberapa saat sampai darah itu mengering.
Aroma kemenyan dari dupa yang di bakar, mengangkasa menenuhi ruangan kamar delapan kali sepuluh meter itu, Risma duduk bersila siap melakukan ritual, untuk menambah kekebalan susuk kantilnya.
Tiba-tiba angin bergemuruh sangat kencang, memadamkan lilin di perapian, semilir hawa dingin menyentuh kulit mulusnya. Air rendaman susuk kantil yang dibalur darah seketika bergoncang hebat.
Peluh mengucur di seluruh tubuhnya, kekuatan gaib datang merasukinya. dia menggigil menahan hasrat yang meluap, bagai srigala betina yang sedang mencari mangsa, dia menancapkan susuk kantil itu berkali-kali di tepak tangannya, hingga memancarkan darah segar, dan menjelati sampai tak bersisa.
Rasa haus masih menyekat tenggorokannya, darah... darah... desehnya, kemudian dia menusuk nadinya hingga darah memancar. diapun mengisapnya sampai puas. beberapa menit kemudian Rismapun terlelap dengan pulasnya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Mia Roses
banyak dosa nya lu ris 😁
2022-06-21
0
imah umaraya
kamu ikhlas sedangkan 10 korban gimana? Dasar...
2021-08-24
1
wini nurwulan
kayak pengguna narkoba
2021-07-08
1