Maya mengintip keluar lewat kaca mobil "Untung hujan sudah berhenti." gumam maya dalam hati, sambil menyandarkan kepalanya, Sisa-sisa dingin habis hujan masih terasa mengusik di kulitnya, bulan sabit muncul menghiasi langit mencuat di sela-sela dedaunan pohon pinus, sedikit membuat suasana lebih bersahabat.
Lolongan suara anjing sudah tidak terdengar, berganti dengan suara jangkrik seperti sedang berpesta. mungkin jangkrik sedang menikmati udara segar setelah diguyur hujan.
Belum sempat Maya memejamkan mata, ada sekelibat bayangan hitam dari kejauhan, Maya bangun dan memperbaiki posisi duduknya, Maya kembali mengintip dari kaca mobil, bayangan itu semakin mendekat. Maya merapatkan selimut ketubuhnya, mulut kumat kamit tak henti-henti berdoa semoga yang datang orang baik dan memberi pertolongan.
Detak jantung Maya berpacu kencang bagai habis lari beratus-ratus meter, Maya mencoba menetral jantungnya dengan menarik napas pelan-pelan, tiba-tiba ada yang mengetuk kaca dari luar. Kembali jantung Maya berdebar.
"Hallo, ada orang di dalam." terdengar suara bariton seorang lelaki.
Maya sedikit merunduk dan menutupi kepala dengan bantal, khawatir kalau orang di luar sana mengintip dari kaca dan melihat dirinya.
"Hallo,...kalau ada orang di dalam, keluarlah, saya butuh bantuan." kembali lelaki itu mengetuk-ngetuk kaca mobil.
Maya sedikit bimbang, keluar apa tidak!, keluar dan meminta bantuan lelaki itu untuk mengangkat dan menyingkirkan pohon kayu tumbang yang menghalangi jalan. dia bisa bebas dari sini, Tapi kalau orang jahat bagaimana.? semoga saja tidak.
Maya bangun dan bergegas membuka pintu mobil.
"Tunggu bang." Maya memanggil lelaki itu yang sudag berniat pergi meninggalkannya.
Lelaki yang tadi membelakanginya, berbalik ke arah Maya, seorang lelaki yang tidak terlalu tua, paling lima tahunan di atas Maya, dengan senter gunung nempel di kepala, dari wajah tidak kelihatan kalau dia jahat atau garang.
"Maaf non, menggangu." Ujarnya sopan.
"Saya dan teman saya di belakang sana kehabisan bensin." Lanjutnya sambil menunjuk ke arah temannya.
Dari kejauhan ada bayangan sepeda motor king dengan seorang lelaki berperawakan tinggi besar dan gondrong.
"Kami dari kampung sebelah, ambil jalan pintas lewat sini, supaya lebih cepat sampai ke kecamatan, tadi waktu berangkat lupa kalau belum isi bensi." lelaki itu memberi penjelasan sambil tersenyum.
"Non kenapa berhenti di sini,? bahaya non banyak binatang buasnya." Tanya lelaki itu sambil memandang di sekitar.
"Saya tak bisa lewat bang, di depan sana ada pohon tumbang menghalangi jalan." Ujar Maya menunjuk ke arah depan.
"Owh.. non sendirian?" Tanyanya lagi
"Tidak bang, ada teman saya dalam mobil."
Lelaki itu melangkah mendekati lokasi pohon tumbang, pohonnya tidak terlalu besar, karena banyak ranting-ranting hingga menutupi dan menghalangi jalan. Pohon ini pasti tumbang karena angin ribut hujan tadi, daun-daunnya masih terlihat segar dan masih ada sisa-sisa air hujan yang menempel.
"Bram, ambil golok di dalam tasku." lelaki itu berteriak
Bram berperawakan tinggi, rambut gondrong pakai ikat kepala dan brewokan, beda bangat dengan temannya. Bram mendekat sambil membawa golok di tangannya, tatapan matanya yang tajam ke arah Maya, membuat Maya sedikit mundur, ada rasa ngeri melihat penampilannya. seram amat.
Dengan sigap Bram memotong ranting-ranting pohon dan menyingkirnya dari jalanan, sementara temannya memberi penerangan dengan senter di kepalanya.
Tak sampai 30 menit, pohon yang tumbang sudah tersingkir bersih dari jalanan.
Maya mengambil galen berisi lima liter bensin di balik kursi belakang, galen berisi bensin lima liter memang selalu disiapkan Maya jika dia berpergian jauh. Maya menyerahkan galen ke Bram. Bram membawa galen bensin mengisi motornya.
"Makasih ya bang.. dengan bang siapa ya, saya Maya." kata Maya menyodorkan tangannya.
"Saya Andreas, terima kasih juga bensinnya."
Bram mengembalikan galen masih berisi setengah bensin kepada Maya. tanpa basa basi langsung berbalik ke arah motornya.
"Dasar lelaki aneh." gumam Maya sambil menyimpan kembali galennya ketempat semula.
"Ayukk... non Maya, kita lanjutkan perjalanan." Andreas mempersolahkan Maya untuk jalan duluan, dia dan temannya akan mengiringi di belakang.
Andreas lelaki tampan, sopan, baik dan murah senyum, ah.. lagi-lagi Maya memberi penilaian.
Maya menstatir mobilnya dan mulai bergerak sedikit demi sedikit dan tancap gas. di liriknya
jam di gawai menunjukkan pukul. 22.45. "belum terlalu malam pikirnya." Risma yang ada di sampingnya masih tidur dengan pulas, sedikit pun tidak terganggu dengan aktifitas yang dilakukan Maya.
"Risma.. Risma." Maya geleng-geleng kepala sambil tersenyum mengingat kenekatannya untuk membalas dendam ke Aldi lelaki idola di kampusnya.
Di depan sana sudah terlihat kerlap kerlip lampu rumah penduduk, berarti sebentar lagi akan melewati jalan mulus beraspal, Maya tancap gas sambil melirik kaca spion.
"Wah... gila ternyata si brewok jago juga bawa motornya, walaupun udah berkali-kali ditinggal Maya, tapi tetap bisa menyusul dan berada di belakang mobilnya.
Maya memperlambat mobilnya, dia melewati jalan ramai seperti pasar malam, banyak yang jualan jajanan, mencium aroma bakso, kampung tengah maya berontak ingin di isi, rasa lapar tiba-tiba saja hadir dan menyerang.
Maya melongokkan kepalanya keluar memberi kode kepada si brewok agar berhenti, si brewok mengangguk setuju.
Si brewok memarkir motornya , sebenarnya dia juga merasa sangat lapar, tadi sore sebelum berangkat, hanya mie instan yang sempat mampir di ususnya.
Maya menepikan mobil dan memarkirnya.
"Ris...Risma bangun yuk."
Risma tidur dengan pulasnya sedikitpun tidak perperdulikan panggilan Maya. bahkan dia semakin merapatkan selimutnya.
"Aneh nih anak, tidurnya kok gitu banget, di kasih obat tidur kali sama embah dukun." Maya ngedumal sendiri.
"Ya.. sudah, kalau tak mau turun." Maya menutup pintu mobil, berjalan menuju ke tempat di mana si brewok dan andreas duduk.
"Bang bram sama bang Andreas pesan apa." Maya mendekati si abang penjual minunan.
"Kopi!." teriak Bram, Andreas memberi isyarat yang sama.
"Kopinya tiga gelas bang." kata Maya.
Maya memesan kopi tiga gelas dan bakso tiga mangkok.
"May, temannya kok gak turun, emang gak lapar ya." Andreas merasa heran saja, dari tadi temannya Maya anteng bangat tidurnya.
"Tadi udah saya bangunin bang, kayaknya gak lapar tuh, tidurnya lelap bangat."
"Owh...kecapean kali." si brewok yang dari tadi diam tiba-tiba ikut bicara.
"Iya mungkin." kata Maya sambil meletakkan mangkok bakso ke depan Bram dan Andreas, mereka pun mulai melahapnya, tak sampai 10 menit isi mangkok pun tandas terkuras.
Andreas mengeluarkan pecahan ratusan ke penjual bakso dan berniat membayar pesanan mereka.
"Semuanya udah dibayar sama non ini mas." kata si abang bakso sambil menunjuk ke arah Maya, wadohh senyuman si abang bakso kok manis bangat,.. hehehe si Maya mulai ngelantur.
Bram dan Andreas sudah beranjak menuju motornya, sementara Maya masih memesan teh hangat untuk Risma dan minta di bungkuskan, Maya menyodorkan uang lima ribuan. tiba-tiba Maya di kagetkan denga suara seseorang wanita berteriak minta tolong.
Sumber suaranya ada di dekat mobil, Maya pun berlari mendekat tetapi tidak ada siapa-siapa, Bram dan Andreas menghentikan motornya dekat mobil Maya.
"Ada apa May." Andreas bertanya sedikit khawatir.
"Abang dengar seseorang minta tolong tidak tadi." Maya menjulurkan kepalanya melihat kebelakang mobil.
"Tolong.... lepaskan aku." suara itu terdengar lagi, sangat lirih.
"Hah... suaranya ada di dalam mobil." seketika Maya membuka mobil, dilihatnya tubuh Risma kejang-kejang penuh keringat dan berteriak-teriak seperti orang kesakitan.
"Ris... Risma."
"Rismaaaa bangun." Maya menepuk pipi Risma agak kencang.
Risma kaget dan terbangun. Risma langsung memeluk Maya.
"May... jangan tinggalkan aku, aku takut." masih dalam ketakutan suara Risma bergetar.
Maya memegang ke dua pipi Risma dan mencubitnya.
"Hay... lihat aku Ris, kita baik-baik saja." Maya menggoyang kepala Risma yang masih setengah sadar.
"Ah... ternyata tadi hanya mimpi." guman Risma. mereka siapa? Risma memandang Bram dan Andreas secara bersamaan.
"Mereka yang sudah menolongku menyingkirkan pohon tumbang yang menghalangi jalan kita." Maya memperkenalkan Bram dan Andreas ke Risma.
"Owh... hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Risma. mengingat mimpi seram tadi rasa hilang nyawanya di jiwa.
"Okey, kamu baik-baik ajakan Ris, kita bisa lanjutkan perjalanan." Maya berpamitan pada Bram dan Andreas karena jalan mereka sudah tidak searah. Bram dan Andreas jalan lurus sementara Maya belok ke kanan.
"Okey." Bram mengangkat tangannya
"Semoga lain waktu kita bertemu lagi." kata Andreas masih dengan senyuman manisnya.
"Hati-hati nyetirnya non." lanjut Andreas sebelum berlalu.
Maya menganggukkan kepala tanda setuju. Bram dan Andreas pun meluncur meninggalkan Maya dan Risma.
Sebelum jalan Maya memberikan teh hangat ke Risma.
"Nih minum dulu, biar pikiran lebih tenang, apa kamu pengen mengisi perut dulu."
"Tidak lah May, ini aja udah cukup." Risma menyerut tuntas teh hangatnya.
Maya pun kembali menjadi raja jalanan tanjap gas tak diberinya kesempatan mobil lain mendahuluinya, sepanjang perjalanan mereka hanya diam menikmati tembang-tembang lawas penyanyi legendaris Dewi Yul dan broery Marantika dengan lagu cinta terlarangnya.
Risma melihat arloji di tangannya jam menunjukkan pukul 02.00 dini, sebenarnya dia masih mengantuk, namun dengan segenap kemampuan ditahannya, Risma takut mimpi yang dialaminya terulang kembali.
****
Jangan lupa kritikan dan likenya ya
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Umi Kulsum
cb mampir kesini,,eh ternyata seru jg y ceritanya,, sempat bikin tegang m hantu itu🤭eh ternyata si risma cuma mimpi,, untung aja mimpi y ris.. klo tdk ih... serammm🙈
2022-04-17
1
Ananda Trizna
ternyata mimpi
2021-09-10
1
Nikodemus Yudho Sulistyo
ANGKARAMURKA mampir.😁🙏🏻🙏🏻
2021-07-10
2