Risma masuk kedalam Taxi yang sedang parkir di depan cafe, dam memerintahkan sang supir untuk segera meluncur, masih dengan perasaan kaget, sang supirpun menuruti kemauan penumpangnya tanpa basa-basi.
"Kemana non." tanya si supir setelah melaju beberapa kilo meter tanpa tau arah tujuan.
"Jalan aja pak, ke mana saja." jawab Risma sekenanya.
Pak supir hanya menganggukkan kepalanya, dia mengerti sekarang kalau penunpang pasti lagi ada masalah, biasanya kalau sudah begini, dia hanya mutar-mutar saja di tempat yang sama, karena penumpangnya tidak akan protes, dari pada jalan udah jauh, ntar begitu penumpangnya sadar, malah disuruh balik.
Risma menarik napas dalam, memandang ke arah luar, memcoba menenangkan hatinya yang gundah, terbayang wajah Aldi yang tampan dengan senyuman manisnya di cafe tadi.
"Kenapa Aldi begitu cepat ingin mengajaknya menikah?, kenapa hati ini berbunga dan berdebar, ya.. Tuhan, apa yang sudah terjadi dengan perasaanku." Risma menggigit bibir bawahnya, mencoba mencerna perasaannya sendiri.
Perjanjiannya dengan mbah Roro beberapa hari yang lalu, masih terngiang jelas ditelinganya.
"Ingat!, begitu Aldi takluk padamu, antarkan dia padaku." ujar mbah Roro. Setelah Risma menandatangani surat perjanjiannya.
"Iya, Mbah." Risma mengangguk mantap dengan tersenyum licik, membayangkan, kalau sebentar lagi hidup Aldi akan hancur.
"Jika kau mengingkarinya, maka kau harus menggantinya dengan 10 tumbal." ujar mbah Roro, sambil mulutnya komat-kamit membaca mantra.
"Sekarang minumlah!." mbah Roro menyodorkan gelas yang terbuat dari batu itu ke arah Risma.
"Apa ini?." tanya Risma.
"Jangan banyak tanya, semakin lambat kau minum, maka semakin kuat bau amisnya." perintah mbah Roro.
Risma menutup hidungnya, bau amis sangat menyengat menusuk hidungnya, segera diminumnya air yang diserahkan mbah Roro, seketika perutnya terasa sangat mual dan ingin muntah.
"Tahan!, jangan sempat kau muntahkan, jika kau muntahkan, kau harus meminumnya sekali lagi."
"Hah, apa?, mengulang lagi." gumam Risma menahan rasa mual yang mengaduk-aduk isi perutnya.
"Tahan Risma!, tahan!, demi belas dendammu." batinnya berusaha mengajak perutnya berkompromi dengan air yang baru saja diminumnya. Rasa dendam membuat Risma mengumpulkan sisa-sisa kekutannya, agar tidak memuntahkan isi perutnya,
Risma menutup mulutnya, rasa mual masih saja merajai perasaannya, melihat wajah Risma yang penuh dengat tetesa keringat, mbah Roro menyodorkan segelas air teh hangat.
"Minumlah!, agar rasa mualmu hilang."
Risma menerima gelas itu dan menenggaknya tuntas, ajaib, seketika rasa mualnya hilang, sekarang dia malah merasa sangat lapang dan nyaman.
"Bagaimana rasanya sekarang."
"Sudah sangat nyaman, mbah!." ujar Risma terasa lega.
Mbah Roro menyerahkan dua buah kotak kecil terbuat dari kain bludru, mungil dan sangat cantik.
"Simpan kotak ini dengan baik."
"Baik, mbah."
"Jangan sampai ada orang lain yang menemukannya, karena akan membahayakan orang itu." mbah Roro memberi penjelasan secara mendetail kepada Risma.
Risma dengan senang hati menerima ke dua kotak itu, sebentar lagi dia akan punya permainan seru yang akan disutradarainya, dan alur ceritanya dia akan membuatnya sesuka hati.
Lelaki yang telah mempermalukannya itu, menjadi aktor utamanya, dan akan menerima perlakuan yang lebih memalukkan untuk berkali- kali lipat, lihat saja kau Aldi, akan mengejar-ngejarku seperti orang kehilangan akal. Sekali lagi Risma mengembangkan senyumnya.
Dendam Risma sudah mengakar sangat dalam, bukan Aldi saja yang jadi sasarannya, tapi wanita yang bernama Nita itu, juga akan merasakan perihnya.
"Akan kubuat wanita itu menangis sepanjang waktu, hehehe." gumam Risma sambil tertawa lirih. Permainan baru dimulai.
****
"Kok berhenti pak?." tanya Risma ketika supir Taxi yang ditumpanginya menghentikan mobilnya. Lamunannya buyar seketika.
"Kita sudah sepuluh kali mutar-mutar disini, non!." jawab pak supir.
"Hah, yang benar pak?." tanya Risma kaget. Wajahnya berubah malu.
"Iya, Non!, sebenarnya non itu mau kemana?." tanya pak supir lagi.
"Mau pulang Pak." jawab Risma sambil menyebutkan alamat kostannya.
Pak supir membelokkan Taxinya mengarah ke jalan yang disebutkan Risma. Dua puluh menit kemudian merekapun sampai.
Risma mengurungkan niatnya turun dari Taxi, di depan kostnya terparkir manis mobil Aldi, pasti Aldi menunggunya dari tadi, Risma belum ingin menemuinya.
"Pak!, kita putar balik ya." ujar Risma.
Pak supir memutar balik, dan meluncur ke alamat yang diberikan Risma, Risma mengambil ponsel di dalam tasnya, ada banyak panggilan masuk dan beberapa chat dari Aldi.
[Sayang, kamu kemana, abang menunggu di kostmu nih] pesan pertamanya dua jam yang lalu.
[Angkat telpon abang, abang tak sanggup kau diamkan seperti ini] pesan berikutnya.
[Jika tak mau balas pesan abang, abang pulang ya, kalau abang ngebut dan kecelakaan, kamu mau?] pesan baru masuk, mungkin karena Aldi sudah melihat kalau pesannya sudah di baca Risma, dan Risma tidak membalasnya.
Perasaan Risma jadi ambigu, seharusnya dia bersyukur, kalau Aldi ngebut, tabrakan dan mati, maka tamatlah riwayat Aldi, hidupnya pun akan tenang. Tapi tidak gelisah melandanya.
Rasa takut kehilangan Aldi menghantuinya, dia menangkupkan kedua tangan kewajahnya, berusaha mengusir resahnya, jari jemari mulai mengetik huruf demi huruf dan membalas pesan dari Aldi.
[Bang, maafkan aku ya, aku hanya kaget dan belum siap dengan kejutan yang abang berikan tadi]. balas Risma terkirim dan dibaca Aldi.
[Iya, abang ngerti kok, sekarang kamu di mana, abang jemput ya?] balas Aldi.
[Aku di rumah teman, abang pulang saja ya, besok kita ketemuan di kampus] balas Risma sambil membubuhkan emoji cium dari jauh😘
[Tapi abang mau ketemu sekarang]
[Jangan bang, udah malam, aku tak nyaman dengan orang tuanya teman aku] balas Risma, dia mulai kesal dengan ngeyelnya Aldi.
[Baiklah, abang pulang ya, janji besok ketemuan]
[Iya]😘😘
[I love you]😘😘
[Love you too] balas Risma mengakhiri chatnya.
"Pak!, pak, kita putar balik ke kostan saya."
"Hah, balik ke sana lagi, Non!." ujar pak supir sambil geleng-geleng kepala.
"Iya pak, tadi dapat whatsapp dari teman saya, katanya dia lagi gak di rumah." ujar Risma berbohong, berharap pak supir tidak me tertawakannya, karena sudah berjam-jam bolak balik saja dari tadi.
"Baiklah, kalau begitu." pak supir hanya menurut apa kata penumpangnya, bapak yang sudah parih baya itu, bukan satu dua kali saja, mendapat penumpang yang kelakuannya aneh. Naik tanpa basa-basi, tujuan tak tentu arah, dan banyaklah lagi yang lainnya.
Dua puluh menit kemudian taxi pun sampai kembali ke kost Risma, mobil Aldipun sudah tidak kelihatan, Risma turun dan menyerahkan uang ratusan dua lembar ke pak supir taxi yang telah menemaninya dengan baik beberapa jam tadi.
"Non!, ini kebanyakan." ujar pak supir ketika melihat Risma menyerahkan 2 lembar ratusan.
"Ambil saja pak, bonus sudah menemani saya mutar-mutar." ujar Risma tersenyum malu. Pak supir ikut tersenyum dan mengucapkan terima kasih sebelum meluncur meninggalkan Risma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Daiiu
senjata makan tuan yaa nmanya
2021-04-23
1
Liani.
lagian prcaya gituan.. mantap buat pelajaran. 😁
2021-04-03
1
Raini Sapitri
Niat mau balas dendam mlh masuk ke perangkap nya sendiri. Bukan nya balas dendam malah jatuh cinta 😂😂😁😁😁😁
2021-03-25
1