Ruangan pengap berukuran 2x 2 meter dengan diterangi lampu berukuran 5 watt. Salwa merintih kesakitan, ia ingin mengusap kepalanya yang sempat terbentur lantai, namun tangan dan kakinya terikat kuat. Salwa hanya bisa menangis dengan keras sambil memohon untuk dilepaskan. Meskipun ia tahu usahanya itu hanya sia-sia. Para penjaga hanya terdiam mendengar teriakan Salwa. Seolah tangisan dan rintihannya tidak membuat mereka iba dan mengasihaninya. Mereka hanya ditugaskan agar Salwa tidak melarikan diri. Salwa memanjatkan doa-doa kepada Yang Maha Esa agar ia terbebas dari semua masalah yang menimpanya. Ia harus bertahan, ia mengingat keluarganya yang sangat membutuhkannya. Ia sangat sedih karena usahanya untuk bekerja di luar negeri agar meringankan beban orang tuanya justru tidak menghasilkan uang, bahkan harus berakhir tragis di bawah ruangan bawah tanah yang tidak terdapat cahaya matahari maupun angin segar.
Suara derap sepatu melangkah begitu jelas terdengar di telinga Salwa yang masih tersungkur dengan kepala menempel di lantai. Pintu jeruji dibuka oleh salah seorang penjaga. Salwa mencoba bangun dan membetulkan posisinya sampai terduduk. Abust datang dengan aura kekejaman sambil menggenggam cambuk. Sudah seminggu Sean belum sadarkan diri, hal itu membuat Abust tidak bisa mengontrol emosinya. Abust mengayunkan cambuknya ke lantai sehingga menimbulkan suara yang sangat keras hingga menggema di telinga Salwa. Salwa bergidik ketakutan.
"Kau tidak akan bisa lari dariku"ucap Abust.
Abust mendekati Salwa yang ketakutan, tersungging senyum jahat di wajahnya. Ia menarik kerudung Salwa kebelakang, sehingga membuat kepala Salwa terangkat.
"Katakan, siapa yang menyuruhmu" tanya Abust kepada Salwa.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu"
"Kau masih berkilah,, baik.. mungkin hukuman kecil bisa membuatmu mengaku" ucap Abust dengan tersenyum merendahkan. Abust mengayunkan cambuknya dan mencambuk Salwa berkali-kali hingga Salwa menjerit kesakitan. Tubuhnya yang mungil serasa seperti remuk oleh cambukan Abust. Air matanya mengalir deras, mengharap belas kasihan Abust, ia terus mengiba namun tidak membuat hati Abust luluh. Abust menarik kerudung Salwa yang sudah tersungkur dengan luka memar dimana-mana, sehingga ia harus bangun dari tidurnya.
"Air matamu tidak akan menolongmu, katakan punya dendam apa kau sehingga tega melakukan itu terhadap Sean" Abust menanyai Salwa dengan tatapan penuh benci dan membunuh. Ia merasa jijik dengan perempuan yang ada di depannya ini.
"Aku sudah mengatakan hal sebenarnya padamu, ku mohon lepaskan aku"ucap Salwa dengan sekuat tenaga.
"Perempuan licik, bahkan kau masih tetap dalam pendirianmu" PLAKKK
Abust menampar Salwa dengan keras sehingga membuat salwa terpental dan kepalanya terbentur di dinding. Salwa pingsan dengan darah segar mengalir di pelipisnya.
"Panggil Xiau Chien, suruh dia mengobati perempuan ini, panggil aku kalau dia sudah sadar" ucap Abust kepada penjaga yang sedang berdiri di depan pintu. Abust pergi meninggalkan ruangan sempit itu, ia berjalan di lorong-lorong sempit menuju ruang pribadinya. Pikirannya yang sedang penuh dengan emosi mengharuskannya untuk segera di segarkan. Ia menikmati segelas wine yang ia tuangkan dari botol minuman yang terlihat berkelas dan mahal.
DRRRTTTT...DDRRRRTTT..
Ponsel Abust berdering, panggilan dari Leon.
"Haloo"
"Kau dimana? Kenapa kau biarkan Sean tanpa penjaga di dalam"ucap Leon yang berada di seberang sana.
"Bodyguard masih banyak di luar"ucap Abust tenang.
"Kau sangat bodoh, kenapa kau sangat ceroboh. Ada yang menyerang Sean lagi, dia menyamar menjadi perawat. Untung aku cepat datang, sehingga tidak terjadi hal buruk padanya"ucap Leon dengan nada kesal bercampur marah.
"Apa, dimana orang itu sekarang?"tanya Abust tak percaya. Bagaimana mungkin, ia sudah menyekap pelaku utama, ataukah majikan gadis bodoh itu mengetahui bahwa perempuan yang ia suruh sudah menjadi tawananku, batin Abust.
"Sudah aku amankan" suara Leon terdengar jelas membuat Abust sedikit lega.
"Aku segera kesana" Abust mengakhiri panggilannya. Ia ingin melihat kondisi Sean langsung. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri karena sangat ceroboh dalam menjaga kakaknya.
Abust melajukan mobilnya dengan cepat, ia sudah tidak sabar agar segera sampai di tempat tujuan. Abust menaiki lift dan menekan angka 20 dimana Sean dirawat. Suara denting lift terdengar, pintu terbuka otomatis. Abust mempercepat langkahnya agar segera sampai di ruangan Sean.
"Dimana ******** itu"ucap Abust setelah bertemu dengan Leon di kamar Sean.
"Aku sudah membawanya di ruang rahasia"ucap Leon.
"Dimana gadis itu?"tanya Leon ketika menyadari bahwa Salwa tidak ada di tempat.
"Perempuan licik itu, aku sudah menahannya" ucap Abust dengan tatapan benci dan jijik.
"Ditahan, apa masalahmu dengan gadis itu?"tanya Leon tidak percaya dengan ulah Abust.
"Dia yang menyerang Sean"ucap Abust penuh kemarahan.
"Apaa"
》》next...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Juan Sastra
kenapa tidak melihat cctv bego..malah salwa di siksa ,jika bukan salwa yg menyelamatkan sean ,sean sudah mati duluan sebelum di operasi
2023-04-24
0
Sunarty Narty
aduh Salwa tragis nasibmu,tp akan ada pelangi setelah badai berlalu
2022-10-12
0
epifania rendo
siap2 abus kalau sean bangun
2022-08-20
0