Leibe Dich Für Immer
"Abang, kamu kapan mau nikah?" tanya Efendi kepada anak sulungnya. Jelas dia khawatir karena usia anaknya sudah lebih dari 30 tahun namun belum memiliki pandangan tentang pernikahannya.
"Ga tau, udah deh pah kalo udah waktunya nikah juga bakal nikah" jawab Adnan ketus.
"bukan gitu loh bang, kita itu peduli sama kamu. Masa udah 32 tahun tapi belum nikah- nikah, kitakan juga pengen nimang cucu. iya kan pa?" wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya pun ikut nimbrung memojokkan Adnan dengan dalih ingin segera menimang cucu.
"udah deh pa, Adnan tuh capek. nanti juga bakalan nikah"
"Iya nantinya itu kapan? Gini aja deh, kamu papa jodohin sama anaknya temen papa. Sama anak gadisnya Alamsyah, dia cantik, baik, solehah lagi" ujar Efendi pada anaknya.
"Haduh Pa ini itu udah jaman modern masih jaman emang jodoh-jodohan. Anaknya om Alam juga belum genep 20th. Ga, aku ga mau" tolak Adnan dengan tegas.
"Papa ga mau tau besok kita ke rumah Alam buat lamar anaknya"
"Paa... daripada papa jodohin Aku sama anaknya om Alam mendingan tuh si Azzam yang dijodohin, usia mereka kan ga beda jauh, beda sama aku, aku ga mau nikah sama anak kecil"
"Azzam itu masih kuliah, mana mungkin dia juga udah siap buat nikah. Kamu itu yang harusnya udah nikah. Udahlah pokoknya papa ga mau tahu besok kita ke rumah Alam buat lamar anaknya"
"Udahlah terserah papa, pusing aku tiap hari ga ada habis-habisnya bahas ini" Adnan hanya bisa menunduk dan menelan ludah kepahitannya ia sudah kehabisan kata-kata, belum lagi ia habis pulang dari kantor langsung disuguhi perdebatan yang tidak akan ada habisnya jika ia tidak mengalah dan pasrah.
"yaudah, papa anggap kamu setuju. Ayok ma kita ke atas" ujar Effendi kepada istrinya sembari berlalu meninggalkan Adnan yang masih duduk termenung dengan beban pikirannya.
Sesampainya papa Efendi dan istrinya di kamar mereka langsung menghubungi Alamsyah untuk memberitahukan rencananya. Mereka sudah tidak sabar memberitahukan kabar gembira itu.
"Pa buruan telpon Alam" ujar mama Retna dengan antusias.
"Iya ma, sabar ini juga lg nelpon blm diangkat"
Tak lama setelah Efendi menyelesaikan kalimatnya terdengar suara dari sebrang telephone.
"Assalamualaikum gimana fen?"
"Waalaikumussalam, besok siap-siap ya... anakku mau dijodohin sama anakmu, besok kita dateng sekeluarga buat lamar anak gadismu. Akhirnya kita jadi besan ya Al" ucap Efendi tak terasa air matanya menetes di pipinya, tentunya itu air mata bahagia bukan kesedihan.
"Alhamdulillah akhirnya..." jawab Alamsyah dengan senyum sumringah. "Oke besok habis magribkan kesininya?"
"Iya, tenang aja kita dateng tanpa tangan kosong kok, hahaha"
"Baguslah besan tahu diri itu namanya. Oke kalo gitu udah dulu yaa... Mau ngabarin yang lainnya biar besok banyak yang bantu-bantu buat nyiapin acaranya"
"Iya, Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam warahatullahi wabarakaatuh" akhirnya panggilan itu terputus.
"Duh pa, mama jadi deg-degan. Padahal yang bakalan nikah itu anaknya. Yaudahlah mama mau tidur biar besok pagi fresh terus gampang buat nyiapin keperluan lamaran"
Akhirnya pasangan itupun memejamkan matanya dan tertidur pulas.
***
Keesokan paginya, rumah Effendi tampak disibukkan dengan pemandangan yang baru pertama kali ada di rumah mereka. Bagaimana tidak sibuk, mereka tampak antusias dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk melamar seorang gadis yang akan dijadikan menantunya.
Mama Retna berjalan kesana-kemari sambil menelpon seseorang. Ia sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan lamaran.
"Adnan.... Adnan" Mama Retna sedikit berteriak memanggil putra sulungnya. "Cepetan turun ke bawah".
"Ada apa sih ma, masih pagi udah teriak-teriak" Adnan menjawab dengan malas, sial kenapa sih harus gua yang dijodohin gerutunya dalam hati.
"Ayo ikut mama, kita cari cincin pertunangan kamu. Sekalian barang-barang buat seserahan"
"Tapi ma, inikan masih pagi. Mallnya juga belum buka mama..."
Mama Retna tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi ke barber shop.
"Yaudah kamu ikut mama ke barber shop, kita rapihin rambut kamu"
Awalnya Adnan ingin menolak. Namun, karena tak tega melihat mamanya bersedih akhirnya Adnan hanya bisa pasrah dan menuruti keinginan mamanya.
***
Dilain tempat, tepatnya di kediaman Alamsyah mereka juga tampak sibuk menyiapkan keperluan untuk menyambut calon besan.
Humaira yang baru pulang dari kampus karena mengikuti kegiatan BEM pun terkejut ketika memasuki rumahnya sudah disambut dengan keramaian dan berbagai hiasan yang ada di sana. Humaira yang tak tahu menahu persoalan ini tampak bingung. Ia sibuk menerka-nerka apa sebetulnya yang terjadi di rumahnya. Lebih tepatnya sih siapa yang akan melamar dilamar. Karena melihat dari segala persiapan di rumahnya sepertinya ada seseorang yang akan meminta anak papanya untuk dijadikan menantu. Maira masih sibuk dengan pikiran yang melintas di otaknya.
Kira-kira siapa yaa yang mau dilamar? masa iya Ka Fathan kan itu ga mungkin, Alda apalagi. Masa iya Aku? batinnya dalam hati.
Kalaupun Kakaknya bukannya dia sudah menikah sebulan yang lalu, sedangkan adiknya pun tidak mungkin dia baru lulus SD tahun ini. Karena merasa heran akhirnya dia memberanikan diri bertanya pada ibunya perihal keadaan yang membuatnya bertanya-tanya.
"Bunda, ini ada apa yaa?"
"Eh anak Bunda, sini nak. Jadi, nanti om Efendi beserta keluarganya akan kesini. Melamar mu untuk putra sulungnya"
duarr..... apa aku ga salah denger?
"Ko Bunda baru bilang sih? Aku merasa tidak dianggap deh, padahal nanti yang dilamarkan Aku bun"
"Iya maaf, kamukan semalem engga pulang mau Bunda telpon juga takutnya kamu masih sibuk. Udah pokoknya kamu tenang aja semuanya udah beres, tinggal ngurus kamunya aja." jawabnya dengan senyuman yang tulus. "Oh iya, kamu mau spa dulu ga sayang? Biar nanti enak dipandang sama calon suami" goda Bunda Arsy pada anaknya
"Ih apaan sih Bunda... Tapi Bunda akukan masih kuliah baru juga semester 5 masa udah lamaran aja" protes Humaira
"Gapapa sayang, nikahnya juga masih lama ko. Jadi kamu masih bisa nikmatin masa muda mu. Yasudah, ayok ikut Bunda kita ke spa dulu terus ke butik nyari baju buat kamu"
Dengan berat hati akhirnya Maira meng-iyakan ajakan Bundanya.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
diya widiya
next kak mampir di ceritaku juga ya .
cerita kakak bagus aku suka
2020-10-09
0