Setelah Azzam selesai berganti pakaian dia kembali merebahkan dirinya di kasur Humaira. Sedangkan Maira belum selesai dengan ritual kamar mandinya. Entah apa yang ia kerjakan sampai betah berlama-lama di dalam kamar mandi. Tak lama suara lantunan adzan dzuhur terdengar. Azzam segera berlari ke arah kamar mandi untuk mengingatkan Maira.
Tok, tok, tok...
"Maira kamu ngapain aja di dalem? Bisa-bisa kamu sakit loh. Ini juga udah dzuhur buruan keluar"
"Hah gimana Ka.. Ga kedengeran kaka ngomong apa!"
"Udah dzuhur Maira... buruan mandinya" teriak Azzam
"Oh udah dzuhur iya bentar lagi selesai"
Lima menit kemudian Maira keluar dari kamar mandi dengan gamis lengkap dengan kerudungnya. Azzam memandangi gadis yang ada di depannya dari atas sampai bawah.
"Kamu make jilbab mulu emang engga gerah?"
"Engga kok aku malah nyaman kalo gini"
"Yakin? Emang kamu tadi engga keramas?"
"Eh aku.. aku keramas kok kenapa emang?" tanya Maira menyelidik.
"Pantesan aja di kamar mandi hampir 1 jam. Rambut kamu emang udah kering?"
Maira menggelengkan kepalanya, sejurus kemudian Azzam bangkit dari tempat duduknya berjalan menuju lemari dan mengambil handuk yang masih bersih.
"Sini... duduk!" Azzam menarik Maira dan mendudukannnya di depan meja rias. "Buka jilbab mu!"
Maira yang mendengar ucapan itu kaget dan mendelikkan matanya.
"Kamu lupa kalo sekarang aku suamimu?" Azzam mendekatkan wajahnya ke arah Maira, Maira pun gelagapan ekspresinya sudah seperti maling yang ketahuan dan tertangkap basah. Maira dengan ragu melepaskan jilbabnya. Sedangkan Azzam yang sudah tak sabaran langsung mendekatkan dirinya dan mencabut jarum yang ada di dagu Maira.
"Udah gapapa sekarang kita udah halal buat bersentuhan. Sini ku bantu buat ngeringin rambut mu" ucap Azzam dengan lembut. Sementara itu, Maira bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya, dia menuruti apa yang dikatakan Azzam.
Azzam mengambil handuk yang tadi dia taroh di atas meja rias istrinya. Kemudian menaruhnya di atas kepala Humaira dan mulai menggesekkan handuk tersebut di atas rambut Maira. Dengan lemah lembut ia membantu Maira untuk mengeringkan rambutnya dengan Handuk yang ada di tangannya.
"Mau pake hairdryer?" Tanya Azzam
"Eh.. engga usah. Kakak ambil wudhu dulu gih"
"Bentar, sini aku sisirin dulu" Azzam kemudian mengambil sisir dan mulai menyisiri rambut Humaira.
Humaira yang mendapat perlakuan dari Azzam tentunya salah tingkah, wajahnya sudah merah merona. Untung saja Azzam tidak memperhatikan raut mukanya di cermin. Ada desiran halus di hati Humaira saat Azzam menyisiri rambut panjangnya.
ah masa iya akan secepat ini? batin Humaira.
"Udah kak, Kaka wudhu dulu gih biar Maira yang nyiapin perlengkapannya"
Azzam menggangguk kemudian pergi ke kamar mandi. Setelah Azzam ke kamar mandi Maira langsung menyiapkan perlengkapan solat, menggelar sajadah sesuai dengan arah kiblat dan menaruh mukena di atas sajadah miliknya.
Ceklek suara pintu kamar mandi terbuka. Maira bergegas pergi menuju kamar mandi dengan hati-hati dia tidak menyentuh Azzam. 5 menit berlalu Maira melangkahkan kaki menuju tempat solat diambilnya mukena dan dikenakannya.
"Maira, kita solat dzuhur dulu setelah itu solat sunah ba'da dzhur baru habis itu kita solat sunah 2 rakaat" ucap Azzam pada Maira, Maira mengganggukkan kepalanya.
Allahu Akbar...
Maira tak menyangka setelah 19 tahun dia solat berjamaah dengan diimami imam masjid ataupun diimami Ayahnya sekarang ada Azzam yang akan selalu mengimami setiap solatnya. Bukan hanya imam untuk solat saja, tapi sekarang imam untuk kehidupan Maira ada pada Azzam. Laki-laki yang Allah pilihkan untuk menjadi pendamping hidupnya menjemput Ridha Rabbnya.
Setelah solat sunah 2 rakaat Azzam membalikkan tubuhnya ke arah Maira. Maira pun reflek langsung menyalami laki-laki yang menjadi imam solatnya itu. Padahal niat Azzam membalikkan badannya bukan untuk mendapatkan itu, melainkan ingin berdoa memohon perlindungan kepada Allah.
"Maira Maira.... padahal Kakak mau doa diatas ubun-ubunmu tapi kamu malah nyalamin kakak. Sini mendekatlah!" Setelah dirasa jaraknya cukup dekat Azzam mengangkat tangannya dan menaruhnya diatas kepala— ubun-ubun Maira— satu tangannya menengadah dan mulai membaca doa "Allahumma inni as-aluka khaira-ha wa khaira ma jabaltaha ‘alaihi wa a-‘udzu bika min syarriha wa min syarri ma jabaltaha ‘alaihi"
Maira mengaminkan setiap doa yang keluar dari mulut suaminya, tak terasa air matanya menetes keluar seperti air terjun.
Azzam mendekatkan dirinya ke wajah Maira lalu dengan lembut dia menghapus air mata yang sudah keluar tanpa seizinnya dengan jari telunjuknya. Kemudian Azzam memberanikan diri mencium kening istrinya dan membawanya dalam dekapannya. Lama mereka berpelukan sebelum akhirnya suara mama Retna dari luar kamar menghancurkan momen kedua pengantin baru itu.
Tok, tok, tok....
"Azzam, Maira udah selesai belum solatnya?"
Azzam yang sadar akan suara mamanya langsung mengendurkan pelukannya. Tapi, tatapannya masih terkunci pada Maira.
"Iya maa udah... sebentar lagi kita keluar"
"Buruan yaa mama dan yang lain nunggu di ruang keluarga"
"Iya maa... sebentar 10 menit lagi" Mama Retna kemudian berlalu meninggalkan kamar pengantin itu.
"Ayok Mai kita siap-siap ga enak udah ditunggu yang laen"
"Kakak duluan aja... nanti Maira nyusul"
"Engga kita harus ke sana bareng! Aku ga mau kena omel papa lagi"
"Yaudah tunggu sebentar Maira siap-siap dulu"
Azzam melipat dan membereskan sajadah miliknya. Kemudian ia kembali duduk diatas ranjang milik Maira. Ada rasa yang tak bisa ia jelaskan ketika melihat gadis yang ada di depannya. Entah mengapa hatinya berdegup kencang saat berada di dekat Maira.
Apa aku sudah mulai jatuh hati padanya?
Ah tidak, tidak mungkin!
Kenapa tidak mungkin, bukankah Allah Maha pembolak-balik hati?
Iya, tapi sepertinya ini terlalu cepat!
Apa salahnya jika itu terlalu cepat?
Tidak, aku hanya tidak ingin gegabah. Lagipula apakah Maira juga merasakan hal yang sama denganku?
arggggh mana mungkin dia merasakan hal yang sama dengan mu!!!
Azzam bermonolog dalam hatinya entah mengapa hatinya tidak bisa membohongi.
"Kak... kak Azzam" Maira duduk tepat di depan Azzam, Azzam yang melihat objek di depan matanya terkesiap dan lamunanya entah hilang kemana.
"Kamu kalo kakak kena serangan jantung gimana?"
"Lagian daritadi Maira panggilin ga nengok-nengok. Kakak ada masalah ya?"
"Eghh.. engga kok. udah siap?"
"Udah, yuk kebawah"
***
Thanks for everything guys😘😘💝
Hugs and kiss from me:v
feel free to comment 🤗🙏 Aku menantikan kritikan yang membangun dari kalian:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Rahayu Ritonga
terharu saat azzam berdoa diatas kepala maira,,, mudah2an kelak suami ku bisa gitu ya... aamiin
2020-10-07
1
Pea Kakisina
cepat juga ya perasaannya
2020-10-04
1