Selamat membaca🤗🤗
Humaira pov
Aku mengendarai motor dengan kecepatan cepat membelah padatnya kota Jakarta. Banyak angkot dan mobil pribadi merayap lambat di jalanan. Untung saja aku pakai motor jadi bisa menyelinap lewat celah-celah mobil. Sebenarnya cukup sulit untuk mengebut dikondisi seperti ini.
Sedari tadi pikiran ku masih kacau, entahlah rasanya masih seperti mimpi. Aku masih tidak percaya diusiaku yang masih terbilang muda aku diharuskan untuk menikah. Terlebih menikah lewat jalur perjodohan, sama sekali tidak sesuai dengan harapan. Aku bergidik ngeri ketika membayangkan nanti waktu malam pertama. Menurut teman-temanku yang memilih untuk menikah muda dan melakukan malam pertama mereka cemas dan khawatir. Entahlah aku juga tidak begitu paham apa yang dicemaskan.
citttt Aku mengerem mendadak hampir saja menabrak mobil yang ada di depanku. Bahkan aku tak menyadari kalau sudah masuk di area kampus. Dasar Humaira bisa-bisanya kau memikirkan hal aneh saat ini. Untung saja tidak terjadi kecelakaan. Aku menepi untuk menghindari kendaraan yang masih berlalu lalang.
Oke Humaira tenang ambil nafas, lalu buang, ku ulang-ulang sampai diriku benar-benar bisa tenang. Tak lama ponselku berbunyi.
"Halo Assalamualaikum, Maira udah dimana?" ujar Ardi dari sebrang telephone. Ardi adalah salah satu teman organisasi ku, tapi kita beda jurusan. Aku dari jurusan psikologi sedangkan Ardi dari jurusan hukum. Tapi kami cukup dekat ya itu karena kita satu organisasi dan sering menjadi satu team saat kepanitiaan.
"Iya waalaikumussalam... ini masih di depan boulevard bentar lagi nyampe kok"
"Oh yaudah buruan gua tunggu. Assalamualaikum" Ardi langsung menutup telephone tanpa menunggu aku membalas salamnya.
Aku lanjutkan perjalanan ku yang sempat tertunda gara-gara hampir kecelakaan tadi. Belum sampai 5 menit aku sudah sampai di depan aula. Buru-buru ku parkirkan motorku tak lupa mengunci stang dan memasukkan helm ke dalam jok. Maklumlah masalah helm hilang sering terjadi di dunia kampus ini, jadi harus pintar-pintar untuk menjaganya. Bahkan temanku yang laki-laki sering membawanya ke mana-mana seolah itu barang berharga seperti berlian yang akan dicuri orang.
Ku injakkan kakiku memasuki aula. Tentunya aku disambut dengan keramaian para kumpulan manusia dengan kesibukannya masing-masing. Untunglah acaranya belum dimulai, jika sudah entah bagaimana nasibku nanti. Mungkin, akan dicecar habis-habisan oleh ketua BEM dan pengurus inti lainnya. Manik mataku mengedar ke seluruh ruangan mencari segerombolan panitia. Nah itu dia, ketemu!
"Oi Maira dari mana aja lo? Kita dari tadi sibuk ngurusin begini lo malah enak-enakan terlambat" ucap Rina dengan tatapan sinisnya. Belum sempat aku menjawab tanganku sudah ditarik duluan oleh seseorang. Ya, siapa lagi kalau bukan si ketua acara.
"Udah gua ga mau denger penjelasan dari lo. Sekarang ikut gua buat handle acara ini!" ucap Rangga sang ketua acara kemudian melemparkan handy talkie ke arah ku. Untungnya sebelum benda itu jatuh ke lantai tanganku langsung menangkapnya.
"Lo udah bawakan rundownnya? 8 menit lagi acaranya mulai. Lu temuin dulu tuh mc biar jelas takutnya nanti ada miscom malah berabe" Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
Dengan sigap ku temui mc dan menanyakan beberapa hal, apakah ada kendala atau tidak. Alhamdulillah tidak ada. Kemudian ku lanjutkan menghandle hal lainnya maklum aku masuk ke panitia acara. Jadi sebisa mungkin aku harus membuat acara ini berhasil tentunya dengan bantuan yang lain.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan 12.00 yang artinya acara tersebut sudah resmi ditutup. Ku ucapkan syukur Alhamdulillah berulang kali. Terlihat wajah-wajah lelah bercampur dengan senyum dan tawa gembira dari para panitia. fyuuuh ku usap keringat yang menetes di dahiku. Akhirnya lelah ini terbayar dengan wajah-wajah berbinar dari seluruh panitia maupun peserta yang mengikuti festival campus. Satu per satu peserta meninggalkan ruangan ini, dan kami para panitia dengan sigap membereskan segala sesuatu yang digunakan.
"Guys sini kita kumpul dulu" ucap sang ketua acara. Satu per satu panitia menghampiri Rangga dan membuat lingkaran dengan Rangga dan Gilang yang berada di tengah-tengah.
"Assalamualaikum Warahatullahi wabarakaatuh... saya sebagai ketua acara mengucapkan ribuan terimakasih yang tak terhingga untuk kita semua terlebih pada Bang Gilang yang dengan sabar membantu kita dan meberikan bimbingannya. Alhamdulillah akhirnya acara ini sukses tanpa ada halangan suatu apapun. Mari kita berikan tepuk tangan untuk kita semua"
Prok, prok, prok, prok, prok.... semua bertepuk tangan dengan serentak.
"Untuk LPJ dari masing-masing bagian saya tunggu maksimal lusa sudah ada di tangan saya karena Hari Rabu sudah harus kita serahkan pada pimpinan" sambung Rangga mengingatkan. Seisi ruangan langsung bermuka masam setelah mendengar ucapan Rangga. Berat memang menjadi aktivis namun bagi yang menjalaninya dengan ikhlas maka akan menemukan sendiri kebahagiaannya.
"Oke saya anggap kalian semua setuju. Oiya sebelum bubar saya persilahkan untuk menuju kantin, pilihlah makanan yang kalian sukai, bebas kalian mau makan apa aja nanti biar Bang Gilang yang bayar" Gilang otomatis menatap tajam ke arah Rangga, sedangkan Rangga hanya cekikan "Tenang aja insyaaallah saya siap untuk membayarnya"
Alhamdulillah... semua mengucapkan syukur dan tentunya wajah-wajah gembira menghiasi setiap orang yang ada di ruangan itu, tak terkecuali dengan ku. Bahkan diriku tak menyadari jika sebagai panitia sudah berlari ke arah kantin. Sherly yang duduk di samping ku langsung menyenggol lenganku.
"Hei.... Maira..." ucapnya tepat di telingaku, bagaikan toa ingin rasanya ku lemparkan sumpah serapah kepadanya tapi ku urungkan. "Ayok buruan noh yang lain udah pada pergi"
"Eh ya... yuk ke kantin, lumayan bisa makan gratis hehe" tidak butuh waktu 5 menit kami sampai di kantin. Sherly yang memilihkan tempat duduk sedangkan aku hanya menurutinya.
"Lu kenapa sih dari tadi gua liatin kayanya ga bergairah banget hidup lu. Lo ada masalah? sini cerita sama gua"
"Engga ga ada masalah kok. Cuman..."
"Cuma apa Maira?"
"Ehm... sebenernya Kamis depan gua mau nikah"
Sherly yang mendengarnya langsung melotot dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Seriously lu mau nikah? gua ga salah denger kan Ra?" ucapnya memastikan dengan suara yang tidak hanya bisa didengar satu orang saja. Semua yang berada di kantin pun ikut menoleh ke arah ku. Sekarang, aku menjadi pusat perhatian semua orang. Aku menjadi kikuk, tentunya juga menahan malu.
"Gua serius! Emangnya gua pernah becanda?"
"Engga sih tapi gua masih belum percaya... terus terus gimana itu lu harus jelasin dari awal"
Akhirnya aku terpaksa menceritakan dari a-z bagaimana aku harus menikah dengan Adnan. Sherly yang mendengarnya langsung tertawa cekikan.
"Terus itu si kak Adnan gimana? ganteng ga?" tanya Sherly penasaran.
"Lah mana gua tau liat mukanya aja kaga!"
"Gimana sih lu calon suami sendiri ga tau gimana bentuknya" protes Sherly.
"Ya gimana gua mau tahu orang gua aja waktu lamaran nunduk terus mana berani gua ngelirik-ngelirik ke samping, apa lagi curi-curi pandang sama kak Adnan. Gua sih berharap dia mirip oppa-oppa Korea"
"Ish emang lu temen gua yang paling b***"
Sementara di meja lain yang berisi gerombolan laki-laki sibuk memperhatikan ku dan Sherly yang tadi membuat kericuhan.
"Waduh Lang gawat Lang.. Lu kalah start sama calon suaminya Maira" ledek ka Rendra.
"Lah bukannya lu juga kalah start hahaha" tuding Gilang pada Rendra.
"Maira jangan lupa ya undang gua ke nikahan lu" ucap Ardi dari sebrang mejaku.
"Eh... iya nanti kalian dapet undangannya kok satu-satu. Insyaaallah lusa udah ada di tangan kalian. Jangan lupa dateng" ucap Ku dengan muka yang sudah seperti kepiting rebus menahan malu.
"Yah... hari patah hati nasional dong. Kalian yang sabar yaa. Oiya selamat ya Ra" ucap Rangga. Kemudian yang lain juga ikut memberi ucapan selamat, padahal nikahnya masih beberapa hari lagi.
drtt.... drt.....
"Ra hp lu tuh bunyi! pasti calon suami yang nelpon"
"Asal jeplak aja tuh mulut. Noh liat Bunda, B-U-N-D-A Bunda" "Assalamualaikum bunda gimana?"
"Waalaikumussalam nak pulang sekarang yah ada mama Retna katanya ada hal yang perlu didiskusiin"
"Tapi bun..."
"Udah ga ada tapi-tapian. Buruan pulang, udah yaa bunda tutup assalamualaikum..."
"waalaikumussalam warahatullahi wabarakaatuh"
"Sher gua balik dulu yaa... Biasa bunda kalo ga diturutin bakal ngambek 7 hari 7 malem haha" Sherly yang paham pun langsung mengganggukkan kepala.
"Hati-hati ya Ra... jangan ngebut-ngebut"
"Kaka-kakak... Maira pamit pulang dulu yaa, assalamualaikum"
"Waalaikumussalam hati-hati Ra" ucap mereka dengan kompak.
***
Sesampainya dirumah Maira langsung berjalan menuju wastafel depan rumah dan mencuci tangannya.
"Assalamualaikum..." Maira masuk ke dalam rumah kemudian menyalami bunda dan calon mama mertuanya.
"Waalaikumussalam... Alhamdulillah calon menantu mama udah pulang" ucap mama Retna dengan senyum sumringah. Maira hanya bisa menarik bibirnya ke samping kanan-kiri dan tersenyum.
"Sini nak duduk dulu mama mau diskusiin masalah tempat akad dan resepsi" Maira pun duduk tepat disamping mama Retna.
"Ehm Maira mau akad nikahnya di masjid depan aja tan... terus kalo boleh resepsinya di rumah Maira aja hehe"
"Mulai sekarang jangan panggil tante lagi panggil mama aja. Kalo tempat resepsi mama kurang setuju deh. Iyakan Arsy?" Arsy mengganggukkan kepalanya.
"Ehm yaudah deh kalo itu terserah tante aja, eh maksudnya terserah mama aja. Maira ikut aja gimana baiknya"
"Oke kalau gitu resepsinya di hotelnya Adnan aja yaa" Maira pun tersenyum kemudian mengganggukkan kepalanya tanda persetujuan.
hah kak Adnan punya hotel? ko aku baru tau yaa... batinnya dalam hati
"Yaudah kalo gitu, oiya list temen-temen kamu yang kamu undang ke nikahan mana sayang?"
"Emm maaf mam tadi Maira baru selesai ngurus acara jadi belum sempet buat bikin list. Insyaa allah habis isya Maira kirim listnya ke mama" ucap Maira sopan.
"Oke gapapa, besok kita ke butik ya buat fitting baju"
"Iya mama nanti Maira izin ke ketua BEM biar ga ikut rapat-rapat dulu buat ngurusin pernikahan besok"
"Good girl.. besok sekalian temenin mama belanja yaa"
"Eh iya ma... "
"Yaudah mama pulang dulu nanti dicariin papa lagi kalo belum pulang"
"Arsy aku pamit dulu yaa... assalamualaikum"
"waalaikumussalam... hati-hati yah "
Sebelum benar-benar meninggalkan rumah, Mama Retna dan Bunda Arsy cipika-cipiki terlebih dahulu, dan Maira tentunya tidak luput untuk mendapatkan cipika-cipiki dari calon mama mertuanya.
"Bunda... Maira ke kamar dulu ya mau beberes"
"Iya sayang jangan lupa solat" Maira menjawabnya dengan anggukan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments