Selamat membaca 🤗
Waktu bergulir begitu cepat, satu per satu tamu undangan mulai berpamitan. Maira sudah berjalan sempoyongan, ia lelah, kakinya lecet karena memakai heels yang tinggi. Sedari sore dia menyalami dan menyapa tamu undangan yang hadir pada resepsi pernikahannya, sampai hampir tengah malam. Perutnya pun ikut merasa lapar, tapi sepertinya dia sudah tidak memiliki tenanga untuk tetap berdiri tegak.
Azzam yang melihat Maira mengaduh kesakitan mendekatinya. Dia berjongkok tepat di hadapannya kemudian menyuruh Maira untuk tetap duduk di kursi pelaminan. Dilepasnya heels yang sudah membuat kaki Maira terluka. Kemudian ia memanggil pelayan untuk mengambilkan kotak P3K.
Setelah kotak tersebut ada di tangannya, dengan sigap dia membuka kotak itu dan mengambil kasa serta alkohol untuk mebersihkan lukanya.
"Awww... perih kak" Maira meringis menahan sakit.
"Kamu tahan yaa.. ini cuma sebentar kok, lukanya harus dibersihin dulu baru setelah itu bisa pake salep"
Dengan telaten Azzam mengobati luka di kaki Maira. Setelah dirasa cukup bersih Azzam akhirnya mengoleskan salep ke atas luka Maira. Maira hanya bisa meringis menahan perih dengan proses penyembuhan lukanya.
"Kamu lapar?" Tanya Azzam yang sudah membereskan peralatan P3Knya. Maira menggangguk pasrah ia tak mungkin berbohong, perutnya sudah melilit sedari tadi.
"Mau makan nasi? Atau mau makan yang lain?"
"Nasi sama ikan bakar aja kak... tadi liat orang-orang makan ikan bakar kayanya nikmat" pintanya.
"Oke sebentar ya.."
5 menit kemudian Azzam sudah kembali ke hadapannya dengan membawa sepiring nasi beserta lauknya.
"Ka boleh minta tolong ambilin air mineral ga?"
"Ni ambil aja punya ku masih sisa banyak.." Azzam menyodorkan air mnieralnya yang baru berkurang seperempat.
"Ah enggalah nanti ituan secara tidak sengaja..." tolak Maira.
"Lah kan bisa ditenggak.."
"Ga aku tetep ga mau" kilah Maira yang masih keukeuh dengan pendiriannya. Azzam pasrah kemudian dia membalikkan badannya menuju meja prasmanan dan mengambil air mineral yang ada disana.
"Ini... yaudah buruan abisin makanannya! udah mulai sepi, kamu ga maukan disini sendirian?" Maira yang mendengar itupun tersedak uhuk uhuk uhuk. Azzam langsung sigap menepuk-nepuk punggung Maira.
"Maaf Maira.. gara-gara kakak kamu jadi tersedak gini" ucap Azzam tulus meminta maaf. Setelah dirasa cukup kembali normal Maira melanjutkan makannya masa bodoh dengan orang-orang yang sudah meninggalkan tempat itu.
"Pelan-pelan kamu makannya... kaya engga makan satu tahun" ledek Azzam, Maira yang kesal langsung menghentikan aktivitasnya sejurus kemudian sudah meninggalkan Azzam sendirian yang masih melongo karena kepergian Maira.
"Bunda.. Ayah mana?" tanya Maira ke bunda Arsy. Ruangan sudah tampak lenggang, hanya menyisakan para kerabat dekat dan pelayan serta pihak WO yang masih standby.
"Tuh Ayah lagi ngobrol sama om Hendra" tunjuk Bunda Arsy ke arah Om Hendra dan suaminya.
"Oh yaudah bun kalo gitu Maira pamit ke atas dulu yaa..."
"Iya sayang hati-hati yah"
Azzam yang melihat Maira sudah meninggalkan ballroom ikut pamit untuk menyusul Maira. Dengan keadaan kakinya yang luka, Maira berjalan terseok-seok. Sungguh Azzam tidak bisa melihat pemandangan itu. Azzam sedikit berlari ke arah Maira dan hup, sekarang tangan Maira sudah berada digengaman Azzam. Maira yang masih kesal dengan Azzam pun memberontak. Tapi Azzam tak tinggal dia, ia raih tubuh istrinya kemudian mendekapnya dalam pelukannya.
"Ka... lepasin ih. Aku ga bisa nafas tau!" ujar Maira dengan penuh emosi.
"Maafin kakak dulu baru kakak lepas"
"Iya iya Aku maafin... udah sekarang lepas!"
"Bentar Mai... 5 menit aja... kakak nyaman ada didekat mu"
Maira akhirnya mengalah, percuma saja jika ia memberontak toh keadaannya tidak memungkinkan. Maira sudah lelah, mana mampu dia melawan tubuh Azzam yang kekar.
"Kak.. udah ih malu dilihat orang.. nanti bisa dilanjutin lagi"
"hmmm"
"Ih buruan lepasin kak... kalo engga aku teriak nih"
cup... Azzam mendaratkan ciumannya pada kening Maira. Kemudian mengendurkan pelukannya dan menuntun Maira berjalan ke lift.
Sesampainya di kamar, Maira langsung merebahkan dirinya di atas kasur yang berukuran king size. Sementara itu, Azzam sudah menuju kamar mandi untuk mebersihkan diri. Maira memejamkan matanya sampai ia benar-benar terlelap.
Azzam yang baru keluar dari kamar mandi sedikit terkejut dengan pemandangan di depannya. Bagaimana mungkin gadis itu bisa terlelap masih menggunakan gaun lengkap dengan jilbabnya. Memangnya dia tidak kegerahan? Azzam mendekati Maira, awalnya ia ingin membangunkannya tapi niat itu dia urungkan karena melihat Maira yang sepertinya sudah tertidur dengan sangat pulas. Dengan hati-hati ia lepaskan jilbab Maira, diambil jarum-jarum yang berada pada hijabnya. Kemudian dia beralih ke meja rias mengambil make up remover serta kapas untuk membersihkan bekas make up Maira.
Dengan telaten ia membersihkan bekas make up itu sampai benar-benar bersih. Dipandanginya gadis itu, betapa cantiknya dia walaupun tidak terpoles oleh make up. Bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, bibir yang ranum dan merona, serta ada lesung pipi di bagian kanan. Tak sadar ia mengucup bibir Maira.
jangan, jangan sampe gua kebablasan! ucap Azzam dalam hati. Sekita ia tersadar kalau Maira tadi memakai soflents.
"Mai... Maira.... bangun" ucapnya sembari menepuk-nepuk pipi Maira.
"Hmmm..."
"Maiii soflentsnya udah kamu copot belom?"
"Udah dicopot dari tadi... kakak udah selesai mandinya? kenapa ga bangunin Maira sih?" Maira pun bangun terduduk kemudian menguap.
"Ditutup Maira... " Azzam langsung menutup mulut Maira dengan tangannya. Maira hanya meringis.
"Eh kok aku udah ga pake jilbab?" tanya Maira dengan wajah bingungnya. Azzam hanya tersenyum cekikan.
pasti ini ka Azzam yang lepasin... batinnya. Kemudian dia berjalan menuju meja rias yang ada di sebrang ranjangnya. Ia terkejut ketika mendapati mukanya sudah kinclong tanpa ada bekas make up di wajahnya. Dia tersenyum simpul.
"Makasih yaa kak udah ngapusin make up aku... kalo kakak ga ngapus tadi dan aku ga sempet bangun buat bersihin mungkin besok mukaku break out"
"Iya sama-sama... mana hadiah buat Kaka?"
"Hadiah apa?" tanya Maira memutarkan bola matanya.
"Hadiah malam pertama" jawab Azzam dengan muka menggoda. Maira mendengus kesal, diambilnya air yang ada di nakas dan diberikannya pada Azzam.
"Tuh hadiahnya... udahlah aku mau mandi"
"Hmmm tadi kaka cuma becanda Mai..." Maira hanya menyelonong pergi ke kamar mandi.
duh kok susah si buka bajunya... pekik Maira.
Belum sempat dia menarik kembali resletingnya, rambut yang tadi dia gerai ikut tertarik bersama dengan resletingnya.
"Aduh... " pekik Maira dari kamar mandi. Azzam yang mendengar langsung mendekatkan dirinya ke kamar mandi.
"Mai... kamu kenapa? kamu gapapa kan?"
"Emmm anu....."
"Kamu kenapa? kalo ngomong yang jelas!"
Dengan berat hati akhirnya Maira membuka pintu kamar mandi.
"Ka aku boleh minta tolong lagi engga?"
"Kenapa?" Azzam menaikkan alis sebelah kanannya.
"Ehm...." rasanya pengen nyungsep aja ih batinnya. Maira membalikkan badannya memunggungi Azzam. "Ka, minta tolong... rambut aku ikutan ketarik resleting"
Glek Azzam menelan salivanya, pikirannya pun sudah melayang kemana-mana. Segera ia tersadar bahwa istrinya butuh bantuannya.
Azzam mendekatkan dirinya pada Maira menyibakkan sebagian rambut yang menghalanginya dan mengambil sebagian rambut yang ikut tertarik resleting Maira.
"Mai.. digunting aja yaa?" tanya Azzam memberikan solusi. Maira menggelengkan kepalanya.
"Tapi ini susah, udah ruwet... "
Maira menghembuskan nafasnya dengan kasar, akhirnya dia pun mengganggukkan kepalanya.
"Yaudah kamu duduk dulu gih" Maira memilih menghampiri ranjangnya karena tidak begitu jauh dari tempatnya berdiri dan duduk di sana. Sedangkan Azzam masih mencari gunting di laci meja.
"Nah ini!" ucap Azzam dengan mata berbinar seperti menemukan harta karun. Kemudian ia berjalan menghampiri Maira.
"Kak guntingnya jangan banyak-banyak... aaarghhh rambut panjangku" ucap Maira yang tak tega rambutnya dipotong.
Sebelum gunting itu menyentuh rambut Maira, Azzam menguncir sebagian rambut yang tidak akan terpotong. cekres, kres, kres.... bunyi gunting yang memotong sebagian rambut panjang Maira.
"Ini Mai rambut kesayangan mu" Ucap Azzam sembari tersenyum mengejek. "Sekarang udah bisa dibuka... atau mau dibantuin buka baju sekalian?" tanya Azzam menggoda. Maira langsung melotot tajam dan mendengus kesal.
"Dasar cowok mesum..."
"Eh.. orang ditawarin bantuan malah bilangin mesum"
"Udahlah aku mau mandi... makasih" ucap Maira dengan ketus. Azzam membiarkan Maira ia kemudian merebahkan dirinya diatas ranjang. Maira berdiri dan tak sengaja menginjak gaunnya dan ia terjatuh tepat di atas tubuh Azzam. Suasana menjadi canggung, kedua insan itu terdiam untuk beberapa saat. Azzam mengontrol detak jantungnya yang semakin berdegup kencang. Maira yang langsung sadar akhirnya cepat-cepat berdiri lagi dan menuju kamar mandi. Tidak terbayang bagaimana mukanya yang sudah seperti kepiting rebus menahan malu.
Seharusnya tinggal 5 langkah lagi dia sudah berada di kamar mandi. Tapi, dia tiba-tiba berhenti, dia teringat sesuatu.
Arggggh akukan ga bawa baju ganti pekik Maira, dia merutuki kebodohannya. Azzam yang melihat tingkah Maira langsung mengeluarkan suaranya.
"Kamu kenapa lagi? Ga jadi mandi?" tanyanya, sedari tadi dia sudah lelah ingin memejamkan matanya tapi karena ada Maira yang mengganggu pikirannya ia sulit untuk terlelap.
"Aku lupa ga bawa baju ganti kak..." jawab Maira dengan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.
"Oh iya kemaren kayanya mama nyiapin baju deh di lemari. Coba aja kamu cari" tanpa babibu lagi Maira langsung menuju lemari untuk mencari baju yang disiapkan oleh mama Retna.
Matanya terbelalak ketika mendapati lingerie sudah terpampang cantik di gantungan lemari. Maira mengobrak-abrik isi lemari tapi tidak menemukan baju yang cocok untuk ia pakai.
apa-apaan ini kenapa ga ada piyama atau gamis di lemari. huaaaaa masa aku ga ganti baju tangis Maira dalam hatinya.
Maira pasrah malam ini dia harus menggunakan gaun untuk baju tidurnya. Dengan langkah gontai ia memasuki kamar mandi. Dia berendam cukup lama, berusaha menetralkan pikirannya juga ingin menghindari Azzam. Dia tidak bisa membayangkan jika nanti Azzam memintanya untuk menjalankan kewajibannya sebagai istri. Mungkin dia bisa menerima jika hanya untuk mengurus rumah tangga ke depannya tapi jika melakukan hubungan penyatuan dia belum bisa menerimanya.
Sementara itu, Azzam yang juga lelah karena acara resepsi yang menguras seluruh tenaganya belum lagi harus mengakrabkan dirinya dengan Humaira yang sekarang berstatus sebagai istrinya. Akhirnya Azzam memejamkan matanya sampai ia benar-benar terlelap.
Maira yang merasa sudah terlalu lama di kamar mandi akhirnya keluar dari sana. Ia melangkahkan kakinya menuju ranjang untuk mengambil selimut dan hendak tidur di sofa. Tapi semakin mendekat semakin terdengar suara dengkuran halus dari laki-laki yang kini menjadi suaminya. Maira merasa kasihan, ternyata bukan hanya dirinya saja yang lelah tapi mungkin dia jauh lebih lelah. Maira mendekatkan dirinya mengelus wajah suaminya, tak terasa dia berdecak kagum pada suaminya.
Azzam yang masih setengah sadar merasakan pergerakan di wajahnya, dia merasa seperti ada belaian hangat disana. Akhirnya dia mengerjapkan mata, Maira yang melihat Azzam bangun langsung mundur. Tapi naas, Azzam tetap bisa menjangkaunya. Ditariknya tangan Maira kembali menuju ranjangnya. Dia tepuk-tepuk sisi ranjang disampingnya seakan mengisyaratkan untuk Maira berbaring di sampingnya.
Maira tertegun lama, tapi akhirnya menuruti perintah Azzam. Dia baringkan tubuhnya disamping tubuh Azzam. Keduanya nampak canggung sebelum akhirnya Azzam membuka suara memecah keheningan.
"Kenapa kamu ga ganti baju?" bisiknya di telinga Maira, Maira bergidik geli karena tingkah Azzam.
"Emm gapapa kayanya aku lebih nyaman memakai ini" kilahnya.
"Sini... mendekatlah! tenang aku ga minta jatah ko" ucap Azzam dengan enteng. Karena Maira tidak juga mendekatkan dirinya Azzam langsung bergeser mendekati Maira.
"Sepertinya kamu kesulitan tidur..." Azzam mengelus-elus kepala Maira sampai akhirnya Maira tertidur pulas. Sebelum Azzam juga ikut tumbang dia mengecup kening istrinya.
Cup...
"Semoga mimpi indah Mai" Setelah mengucapkan kalimatnya Azzam pun ikut terlelap.
***
Thanks for everything guys😍😭
Pagi-pagi aku terharu liat views yang udah hampir menyentuh angka 500😭😭😭
terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca kisah ini...
hugs and kiss from me 😘🤗
Feel free to comment 🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments