Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Humaira masih duduk di depan cermin, menatap wajahnya yang sudah dirias sejak habis subuh tadi padahal akad nikahnya jam 10:00. Hanya tinggal menghitung beberapa jam lagi saja dia akan melepaskan statusnya dari lajang menjadi menikah. Dia nampak anggung mengenakan kebaya warna putih dengan jilbab yang sudah dia kenakan. Jilbabnya tampak menjutai ke depan sebenarnya para perias sudah membentuknya seperti jilbab pengantin modern pada umumnya. Namun karena Maira tetap kekeh pada pendiriannya para perias pun menyerah dan tidak lagi mempermasalahkan hal itu. Diatas jilbabnya terdapat mahkota untuk memperindah penampilannya.
Humaira masih duduk termenung memikirkan segala hal tentang pernikahannya. Ini adalah hari pernikahannya namun rasanya ia masih tidak yakin dengan pernikahan ini. Humaira masih mencari jawaban pada perasaannya. Apakah ia benar-benar yakin atas pernikahan itu, dan apakah langkah yang ia ambil sudah tepat?
Sementara itu, tamu undangan sudah mulai memenuhi masjid di depan rumah Maira. Karena, Maira meminta untuk akad dilaksanakan di masjid dan resepsi boleh dilakukan di hotel.
Sedangkan calon mempelai pria beserta rombongan keluarganya baru sampai di masjid depan rumah Maira. Adnan tampak gagah dengan tuxedo hitam, dasi berwarna senada, serta peci diatas kepalanya.
Adnan memasuki masjid dengan tatapan yang sulit diartikan. Sepertinya dia tidak tampak bahagia dengan pernikahan ini. Wajahnya yang tampan pun tak bisa menutupi kesedihan, kekacauan dan ketidak terimaanya atas pernikahan ini.
Bukan seperti pengantin yang senang atas pernikahan yang ia impikan. Justru ini berbanding terbalik dengan yang ia harapkan selama ini. Harapannya dia akan menikahi wanita yang sangat dicintainya. Kemudian menjalani hari-hari yang penuh warna dengan kekasihnya. Namun nyatanya dia harus menikahi wanita yang bahkan tidak ia kenali terlebih dia harus menikahi bocah ingusan. Sangat jauh dari ekspestasinya selama ini.
***
Adnan Pov
Adnan sudah duduk bersila di lantai putih masjid Baiturrahman dihadapan penghulu.
Gua harus cari cara buat gagalin pernikahan sialan ini. Jangan sampai gua nikahin bocah ingusan itu, mau ditaruh di mana muka gua nanti. Pasti temen-temen bakalan ngejek dan bully gua habis-habisan.
Gua kabur aja deh! pura-pura ke kamar mandi terus langsung tancap gas kabur ke luar negri aja nanti seminggu atau sebulan lagi baru balik ke Indonesia.
"Ma, aku kayanya harus ke kamar mandi dulu deh" sedikit berbisik ke mama Retna.
"Eh gimana sayang?"
"Adnan mau ke kamar mandi dulu ma!" sambil menunjuk arah toilet pria
"Kamu gugup banget ya nak sampe harus ke kamar mandi?"
"Iya maa.. udah kebelet pipis nih" ucapku berbohong.
"Oh yaudah sana... Azzam temenin abangmu ke kamar mandi" mama menunjuk Azzam untuk mengikutiku.
Yakali mau kabur malah disuruh nemenin, yang ada gua bakalan gagal kabur.
"Gausah ma Adnan bisa sendiri ko" kilahku agar mama tidak menyuruh Azzam untuk membuntuti ku.
"Yaudah, jangan lama-lama bentar lagi akad"
Sesampainya di toilet gua langsung lepas tuxedo, dasi, serta peci yang gua pake. Gua tinggalin di gantungan, kalau gua bawa bisa ketahuan kalau gua kabur. Gua acak-acak rambut gua biar keliatan bukan calon pengantin. Gua jalan sedikit mengendap-endap udah mirip seperti pencuri.
Setelah sampai di depan masjid dengan selamat tanpa ketahuan gua langsung ambil langkah buat lari sprint keluar komplek perumahan om Alam.
Untunglah ada taksi lewat, gua berhentiin taksinya dan langsung masuk ke dalamnya. Gua sebutin Soekarno-Hatta airport sebagai tujuan gua. Masalah kabur ke mana nantinya udah ga gua urusin lagi yang paling penting gua udah bisa jauh dari rumah om Alam.
***
Keributan kecil terjadi di dalam masjid. Perdebatan antara kedua keluarga dan ditambah dengan penghulu. Karena keributan itu kasak-kusuk para tamu undangan semakin ramai terdengar dan membuat Alamsyah serta Efendi muak.
"Gimana ini? Aku udah relain anakku untuk dinikahkan dengan anakmu malah anakmu kabur seenak jidatnya" ucap Alamsyah dengan geram.
"Beri aku waktu untuk berpikir!" jawab Efendi tak kalah ketusnya.
"Oke gua beri waktu lu 10 menit buat beresin kekacauan ini. Gua malu mau ditaroh mana muka gua kalo pernikahan ini gagal" ucap Alamsyah dengan wajah yang masih merah padam.
Sementara itu, Efendi tampak berpikir dengan keras. Kalau ia gagalkan pernikahan ini bisa-bisa hancur reputasinya, kalaupun diteruskan juga tidak mungkin. Karena Adnan sudah kabur entah kemana.
Apa aku harus membuat Azzam menggantikan Adnan? pikirnya dalam hati, ia sudah tidak dapat berpikir jernih.
"Oke aku ada satu solusi dan ini satu-satunya solusi yang harus kita ambil. Azzam harus menggantikan posisi Adnan sebagai mempelai pria!" ucap Alamsyah sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
"Oke kalau begitu aku setuju. Sekarang dimana Azzam? Fathan kamu bawa Azzam kemari"
"I..ya yah" jawab Fathan dengan terbata-bata. Tak lama kemudian dia sudah membawa Azzam ke depan Ayahnya dan Effendi.
"Azzam, papa minta tolong gantikan posisi Adnan. Kamu jadi gantikan Adnan sebagai pengantin pria" ucap Efendi dengan mimik muka memohon matanya sudah berkaca-kaca sejak tadi.
deg bagai disambar petir Azzam sudah terduduk lemas.
kenapa harus aku? batin Azzam.
"Zam kamu satu-satunya harapan kami, kamu tidak maukan ikut menanggung malu perbuatan kakak mu?" ujar Alamsyah menepuk pundaknya.
"Bagaimana Pak? Apakah masih bisa ditunggu? Masalahnya saya juga ada acara lain. Saya harus menyelesaikan urusan saya yang lain" tanya penghulu kepada Alamsyah dan Effendi.
"Papa mohon nak... Bantu papa sekali ini saja!" ucapnya dengan derai tangis, Azzam yang tak tega melihat papanya menangis mau tidak mau akhirnya mengganggukkan kepalanya.
"Alhamdulillah makasih nak kamu menyelamatkan kami semua" ujar Alamsyah kemudian memeluk Azzam dengan erat.
"Baiklah jika memang sudah ada penggantinya. Mari kita segerakan" ucap Pak penghulu memecah keheningan.
Bismisillah semoga langkah yang ku ambil mendapat ridho-Mu ya Rabb batinnya Azzam dan menengadahkan kepalanya ke langit.
Kasak-kusuk para hadirin pun akhirnya terhenti setelah Azzam duduk di depan penghulu, menggantikan Adnan.
"Nama pengantin prianya siapa?" tanya penghulu kepada Efendi.
"Mohamad Azzam Efendi" jawab Efendi dengan singat padat dan jelas.
"Baik, mari kita mulai..."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments