"Mari jabat tangan saya nak Azzam... Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Hilal Alamsyah alal mahri khomsun milyun wa miiah gharam dhahab hallan" ucap penghulu menggunakan bahasa Arab. Azzam yang sering mendengar dan tentunya hafal akan jawaban dari kalimat tersebut langsung melafalkannya dengan tepat tanpa kesalahan sedikitpun.
"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq" jawab Azzam dengan lugas.
Setelah pengucapan Ijab dan Kabul tersebut, para saksi kemudian mengatakan sah dan kemudian diiringi oleh para tamu undangan yang hadir.
Tak lama setelah itu penghulu mengangkat tangannya untuk berdoa dan diikuti oleh semua orang yang hadir disana.
"Baarakallaahu laka, wa baarakallahu ‘alaika, wa jama’a bainakuma fii khaiir" kemudian diaminkan oleh seluruh tamu undangan.
Humaira yang duduk di antara mama Retna dan bunda Arsy tak kuasa untuk meneteskan air matanya.
Yaallah sekarang aku sudah menjadi istri kak Azzam, bimbinglah aku ya Rabb batinnya dalam hati.
Mama Retna dan bunda Arsy keduanya memeluk Humaira dengan erat. Setelah dirasa cukup akhirnya mereka mengendurkan pelukannya. Humaira pun menyalami mama Retna dan bundanya, saat dia menyalami bundanya dia kembali menangis, bunda Arsy yang tak kuasa melihat putrinya menangis kemudian merangkulnya memberikan pelukan terhangat untuk menenangkan putrinya.
Setelah itu, photographer yang ingin membidik pengantin baru yang telah sah itu meminta izin untuk mengabadikan momen tersebut. Akhirnya Azzam dan Humaira bertemu keduanya masih saling menundukkan pandangan, padahal pandangan tersebut sudah halal.
"Masnya agak dempet coba biar keliatan serasi" kata sang photographer. Mau tidak mau Azzam akhirnya menuruti perintah photographer tersebut.
"Mba Maira coba hadap ke depan sebentar" imbuh sang photographer. "Oke 1, 2, 3. Cekrek, cekrek, cekrek!!"
"Coba sekarang mas sama mbanya berhadapan" Azzam segera menghadap Humaira, sementara Humaira masih tetap di posisi yang sama. "Ayok mba sebentar lagi kita udah pindah acara"
Sedetik, dua detik, tiga detik, akhirnya Maira menghadap ke arah Azzam.
deg
Mata Azzam tak sengaja bertatapan dengan manik mata Humaira, ada desiran lembut antara keduanya. Pasalnya mereka memang sering menundukkan pandangannya dan sedikit menjauh dari yang bukan mahromnya jadi bisa diprediksi bagaimana reaksi kedua insan itu.
"Oke 1 2 3 cekrek cekrek cekrek!! Alhamdulillah untung hasilnya bagus" ucap photographer dengan puas.
Maira baru ingat dia belum menyalami suaminya. Akhirnya dia sedikit menarik tangan suaminya. Azzam yang kaget dengan perbuatan Maira reflek mundur.
"Eh kamu mau ngapain?" tanya Azzam polos.
"Aa..aku cuma mau salim kak" ucap Maira gugup. Azzam sadar dan kemudian memberikan tangannya untuk disalami oleh Maira. Maira mengambil punggung tangan Azzam dan mencium takzim di sana.
Tamu undangan yang masih ada di dalam masjid bersorak-sorak ria kepada mereka berdua. Muka Maira semakin merah merona, sudah seperti kepiting rebus. Sedangkan Azzam juga ikut salah tingkah.
"Nak Azzam ayok ke rumah dulu sebelum ke hotel" ajak Alamsyah mencairkan suasana yang tampak awkward itu.
"Eh... iya om"
"Mulai sekarang jangan panggil om panggil Ayah aja, sama kaya panggilan Maira ke saya. Ayok ke rumah dulu"
Akhirnya Azzam melangkahkan kaki meninggalkan masjid, menuju rumah Maira. Dirinya masih tidak percaya akan hal yang dialaminya. Bagaimana mungkin dia yang seharusnya menjadi adik ipar Humaira malah menjadi suami sahnya. Azzam masih sibuk dengan pikirannya.
"Loh Azzam... Mairanya mana?" tanya Efendi. Azzam yang ditanya langsung gelagapan.
"Tadi ada di belakang Azzam kok pa..."
"Kamu tuh gimana sih bukannya digandeng atau sukur-sukur sekalian digendong malah ditinggalin. Buruan sana susul Maira"
Dengan berat hati akhirnya Azzam membalikkan badan dan menyusul Maira ke masjid. Azzam melihat Maira yang sedang berjongkok kesusahan untuk memakai heelsnya. Azzampun menghampirinya dan menawarkan bantuan kepada Maira.
"Apa kau butuh bantuan?" Maira Masih sibuk dengan heelsnya tak menghiraukan Azzam yang sudah ikut berjongkok disebelahnya. Karena Maira tak sadar akan keberadaannya Azzampun menepuk bahu gadis itu.
"Astagfirullah..." Maira terlonjak kaget hampir saja ia terjatuh ke lantai teras masjid jika Azzam tak segera menolong Maira.
"Maaf maaf... aku ga sengaja" Azzam meminta maaf dengan tulus.
"Eh... engga kok Maira juga salah. Maira engga tau kalo ada kakak disamping Maira"
"Kamu butuh bantuan buat make heelsnya?"
Maira menggangguk ragu, Azzampun kembali berjongkok dan membantu Maira untuk memakai heelsnya.
"Lagian orang ke masjid bukannya make sandal biasa aja malah make heelsnya"
"Tadi bunda yang nyuruh padahal aku udah keluar pake sandal"
"Yaudah gapapa... bisa jalankan?"
Sekali lagi Maira mengganggukkan kepalanya.
***
"Assalamualaikum..." ucap Maira dan Azzam berbarengan, yang di dalam rumah menoleh kemudian tersenyum.
"Waalaikumussalam..." jawab seisi rumah berbarengan.
"Cie-cie pengantin baru maunya deket-deket terus" ledek Alda dari arah kolam kecil yang ada di dalam rumah, ia sedang memberi makan ikan-ikan kesayangannya.
"Husss kamu ga boleh gitu Alda.... kalian ke kamar dulu yaa nanti habis dzuhur baru ke hotel" ucap bunda Arsy.
"Ke kamar? berdua?" tanya Maira dengan polosnya.
"Lah iya masa bunda sama yang lain ikut ke dalem kamarmu"
Maira akhirnya menuju kamarnya yang diikuti oleh Azzam dibelakangnya.
"Sini kak duduk dulu aku mau ke kamar mandi ganti baju dulu" ucap Maira sejurus kemudian dia sudah ada di kamar mandi. Maira lupa tidak membawa baju ganti untung saja pakaiannya belum dilepas semua hanya jilbab saja yang sudah dilepas. Maira kembali mengambil baju ganti di lemarinya. Tapi dia lupa kalau di kamar itu bukan hanya dirinya saja.
Azzam yang awalnya rebahan tidak menggubris suara berisik dari arah lemari. Tapi karena dia melihat pemandangan yang berbeda di sana akhirnya dia duduk. Azzam menelan salivanya.
MasyaaAllah ternyata gadis yang ku nikahi begitu cantik seperti bidadari batinnya dalam hati.
Maira yang mengetahui pergerakan Azzam pun reflek menoleh kemudian menyambar jilbab yang ada di pintu lemari dan langsung mengenakannya.
"Ehm... Maira boleh pinjem kamar mandinya dulu engga? Aku juga mau mandi. Kamu kan belom bersihin bekas make upnya mending kamu bersihin dulu terus kamar mandinya aku yang make" Maira tampak berpikir akhirnya meng-iyakan solusi yang diberikan Azzam.
"Eh kak Azzam mau mandi juga?"
"Iya, kenapa emangnya?"
"Bawa handuk emang?"
"Engga... yaudah pinjem handuknya juga yaa"
Maira kembali menuju lemarinya dan mengambil handuk yang telah tertata rapih di lemari.
"Ini kak pakek aja... " Maira menyerahkan handuknya pada Azzam, lalu Azzam buru-buru mengambilnya dan langsung masuk ke kamar mandi.
Maira kembali duduk di depan meja riasnya. Dia mengambil make up remover dan kapas, ia alirkan air make up remover itu ke atas kapas. Dengan sigap Maira menghapus eyeshadow, alis tambahan, blush on, lipstick dll. Tidak butuh waktu lama bagi Maira untuk menghapus make upnya.
Selang beberapa menit kemudian Azzam keluar dari kamar mandi hanya dengan lilitan handuk di pinggangnya. Maira yang melihat objek tersebut langsung memalingkan muka.
"Aduh kak kamu menodai mataku... kenapa bajunya ga sekalian dipake sih?" gerutu Maira yang masih memalingkan mukanya.
"Oh itu ya.. maaf bajuku udah bau keringet hehe"
"Lah terus kaka mau pake handuk aja sampe nanti?" pikiran Maira udah kemana-mana.
"Ya enggalah ini mau minta mama buat beliin baju"
"Yaudah deh bagus... Kaka jauh-jauh dari situ Maira mau ke kamar mandi"
Azzam yang melihat Maira salah tingkah akhirnya tertawa cekikan. Ingin rasanya menggoda Maira tapi ia urungkan.
"Maira buruan mandinya jangan lama-lama... nanti kita solat sunah dulu" Maira yang di dalam kamar mandi malah bersenandung.
haduh mungkin dia ga denger kali yaa... yaudahlah mau nelpon mama dulu minta beliin baju batinnya dalam hati
***
Thanks for everything guys... terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca kisah ini..
Feel free to comment 🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Pea Kakisina
lanjut
2020-10-04
1
Pea Kakisina
👍
2020-10-04
1