Selepas solat magrib nampak rombongan keluarga besar Efendi telah datang di kediaman Alamsyah. Di ruang tengah terdengar keramaian antara kedua keluarga, mereka sibuk bertegur sapa satu sama lain.
Sementara sang dewi malam ini masih berdiam diri di kamarnya. Humaira masih berdiri mematu di depan cermin. Sedari tadi perutnya terasa mulas, entah itu benar-benar sakit secara alami atau sakit karena gugup.
ah perasaan demam panggung ga gini juga deh huhuhu. Pikirannya sudah melayang entah kemana.
Humaira masih melihat dirinya di cermin, menatap mukanya yang telah diaplikasikan beberapa produk make up. Sebenernya dia tidak begitu terbiasa menggunakan make up, kesehariannya pun hanya memakai bedak tipis-tipis dan lip balm, tapi demi menghormati calon keluarga baru akhirnya dia menggunakan jasa rias, tentunya dengan catatan harus menimalisir bedak setebal satu cm beserta embel-embel lainnya tidak perlu terlihat mencolok. Alhasil perias meriasnya dengan gaya riasan flawless makeup, tidak terkesan glamour tapi bisa membuat orang yang menatapnya tersihir oleh paras cantiknya. Hari ini dia memakai dress muslim yang dipilihkan Bundanya tadi pagi, berwarna biru muda dengan jilbab yang senada, tidak banyak payet, simple namun terlihat elegan.
Tok, tok, tok….
“Bunda masuk ya nak”
“Iya Bunda masuk aja ga dikunci kok”
“Sayang ayo keluar keluarga pak Efendi udah pada datang loh... semuanya udah kumpul kecuali kamu” ucap Bunda Arsy pada Humaira. “Nanti kacanya pecah loh kalo diliatin terus, udah cantik kok anak bunda kaya bidadari”
“Iya Bunda sebentar ini mau keluar”
Aduh kenapa jadi semakin deg-degan gini sih. Batin Humaira sembari menggigiti kuku ibu jarinya. Dia semakin gugup setelah berada di ruang tengah dan menjadi pusat perhatian seluruh manusia yang ada di sana. Semua keluarganya dan calon keluarga barunya sudah berkumpul di ruangan itu, bahkan kakaknya yang sudah pindah ke Bandung turut hadir dalam acara itu.
“Nah berhubung tokoh utama dalam pertemuan ini sudah datang mari kita lanjutkan kembali pembicaraan tentang maksud dan tujuan dari keluarga bapak Efendi dalam kunjungan silaturahmi Malam ini. Sebelumnya saya buka dengan sama-sama mengucapkan basmalah agar nantinya berjalan dengan lancar" ucap om Hendra adik Alamsyah selaku pembawa acara pada malam ini.
Bismillahirrahmanirrahim... Ucap seluruh penghuni rumah itu dengan kompak.
"Baik sebelumnya saya persilahkan terlebih dahulu pada keluarga mas Alamsyah untuk memperkenalkan anggota keluarganya terlebih dahulu" lanjut sang pembawa acara sembari menyenggol lengan Alamsyah.
"Assalamualaikum Warahatullahi Wabarakaatuh... sebelumnya saya ucapkan terimakasih dan selamat datang kepada Pak Efendi beserta keluarganya telah menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dan mengenal lebih jauh keluarga kami. Saya disini ditemani adik tersayang dan satu-satunya Dek Hendra dan istrinya Laila beserta anaknya Damar yang usianya tidak beda jauh dengan Maira. Saya hanya 2 bersaudara, tapi setidaknya saya bisa menjadi contoh yang baik bagi Hendra" ucap Alamsyah sedikit membanggakan diri.
"Ini istri saya Arsy satu-satunya yang paling saya sayangi" lanjut Alamsyah dengan mengeratkan gengaman tangannya pada Arsy, seolah menunjukkan pada semua orang bahwa ia memiliki harta karun paling berharga.
"Ini Fathan anak sulung saya, sudah sold out tentunya. Dia mirip dengan saya ganteng jadi mudah dapet istri hehehe" semua seisi ruangan tertawa mendengar guyonan dari Alamsyah. "Nah itu istrinya, namanya Kartika lengket banget maunya dempet-dempet terus sama suaminya, biasa masih hawa-hawa pengantin baru"
"Nah dan ini putri saya yang paling cantik sedunia, Alhamdulillah parasnya mengikuti ibunya yang cantik putih jelita, tapi tenang saja dia pintar juga cerdas sering ikut olimpiade tapi karena sekarang disibukkan organisasi jadi kurang ada waktu untuk mengejar perlombaan-perlombaan bagi mahasiswa. Tapi saya tetap bangga karena nilainya pun tidak pernah mengecewakan"
"Nah kalau yang ini anak saya yang paling kecil entah akan ada lagi atau engga hehe" sekita bunda Arsy langsung mencubit lengan Alamsyah dan yang lain hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya "Engga kok Bunda tenang aja ini yang terakhir. Ngurus dia aja udah repot apalagi kalo nambah lagi. Namanya Alda baru kelas 7 SMP jadi masih jauh menuju jenjang pernikahan tapi kalo mau diikat dulu juga gapapa hehehe"
"Sekarang saya persilahkan keluarga bapak Mohamad Ridwan Efendi untuk memperkenalkan keluarganya sekaligus menyampaikan maksud kedatangannya bersilaturahmi hari ini" ucap om Hendra mengambil alih.
"Baik terimakasih dek Hendra sudah mempersilahkan saya untuk berbicara. Saya sangat senang sekali bisa berkunjung ke rumah ini karena disambut dengan penuh kehangatan dan tentunya banyak makanan yang disuguhkan hehe. Sebelumnya saya dan Alam adalah teman sejak masa SMA dan sampai sekarangpun masih menjadi teman yang selalu siap berada di sampingnya dalam keadaan suka maupun duka. Padahal saya yang duluan menikah tapi malah anak pertamanya sudah sold out duluan, tapi gapapa saya ikhlas kok demi keberlangsungan kebahagiaan keluarga ini. Sebelum saya menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan saya beserta keluarga kemari, ijinkan saya untuk turut memperkenalkan anggota keluarga saya terlebih dahulu"
"Ini istri saya dan sama seperti Alam istri satu-satunya yang paling saya cintai di dunia ini. Saya ga bisa jauh-jauh dari Ratna, kami sudah seperti satu jiwa..."
"Dan tentu saja disini saya ditemani kakek dan neneknya Adnan untuk memberikan dukungan serta dorongan bagi kebahagiaan anak-anak kami. Karena saya adalah anak satu-satunya ya biasanya orang bilang anak tunggal jadi saya ga bisa nyolong atau bawa kabur tetangga sebelah rumah buat dampingin saya kesini. Jadilah papa dan mama yang saya bawa kabur dari rumahnya"
"Ini Adnan putra pertama kami, dia dua bersaudara, dan sepertinya tidak akan bertambah lagi mengingat usia kami yang tak lagi muda. Tentunya kehadiran kami disini untuk memberikan dukungan kepada putra sulung kami yaitu Adnan yang memiliki maksud dan tujuan kepada putri Alam, Humaira. Nanti kita tanyakan langsung saja pada yang bersangkutan apa maksud dan tujuan dengan Humaira"
"Nah yang ini si bungsu, Azzam dia sudah besar beda dengan Alda yang baru lulus SD. Sekarang dia masih menyelesaikan tesisnya di Malaysia mungkin 1 bulan lagi wisuda"
"Sekaitan dengan tujuan kami ke sini, tentu saja tidak luput dari persekongkolan Alam dan saya untuk menikahkan anaknya Humaira dengan Adnan yang entah kenapa masih betah sendiri. Karena saya benar-benar geram dan ingin segera menimang cucu dan papa serta mama yang ingin diberikan cicit mau tidak mau harus menjodohkan Adnan secepat mungkin biar tidak menjadi bujang lapuk. Kedatangan kami kesini untuk melamar putri Alam Humaira untuk menjadi istrinya Adnan. Besar harapan kami agar Alam beserta keluarga dan tentunya Humaira menerima lamaran kami"
"Baik saya mewakili keluarga besar mengucapkan terimakasih pada mas Efendi atas niat baiknya. Tapi saya mohon ijin untuk menanyakannya pada Humaira karena yang akan menikah nanti Humaira kalo saya yang menikah lagi bisa-bisa saya dilempar ke Antartika oleh istri saya hehe" om Hendra mengucapkannya dengan santai, seperti tidak ada beban dihidupnya.
Gelak tawa terdengar dari seluruh penghuni ruangan. Sementara Humaira sudah tidak bisa mengontrol diri dari tadi, andaikan tidak ada orang mungkin dia akan berguling kesana-kemari sambil salto.
"Nah sebelumnya saya ingin bertanya pada Humaira, Maira apakah kamu sekarang sedang dekat dengan seseorang?"
Humaira menjawabnya dengan gelengan kepala, tatapannya masih menunduk, tidak berani menatap lurus ke depan.
"Nah bagus itu akan lebih memudahkan untuk kedepannya biar tidak ada hati yang terluka"
"Lalu Adnan apakah kamu benar ingin melamar putri saya Humaira?" Sekarang Ayahnya bertanya langsung pada Adnan
"Sa..saya Adnan Ghafi Effendi bermaksud melamar putri bapak Alam untuk menjadi istri saya, saya bersedia untuk membahagiakannya baik dunia maupun akhirat" suasana tampak sunyi, semuanya mendengarkan dengan seksama.
Kemudian tatapan Alamsyah berpindah ke Humaira
"Humaira anakku, apakah kau bersedia menjadi istri Adnan?" Humaira hanya bisa menggangguk tanda persetujuan
"Apakah kau benar-benar yakin menerima lamaran dari Adnan?" Ucapnya meyakinkan putrinya
"Dengan mengucap Bismisillah saya bersedia dan siap untuk menjadi istrinya kak Adnan" jawab Humaira dengan mantab tanpa ada keraguan.
Alhamdulillah... Semua mengucapkan syukur saat Humaira menjawab kesediaannya atas lamaran Adnan.
"Dengan kesediaan Humaira, maka sudah jelas kiranya bagaimana rencana kedepannya. Saya persilahkan kepada kedua keluarga serta calon mempelai untuk menyepakati kapan kiranya walimatul uray dan akad nikah diselenggarakan"
"Sebelumnya kami sekeluarga telah menyepakati apabila disegerakan saja mungkin 1 atau 2 minggu lagi itupun jika keluarga Alam menyetujui. Nantinya izinkan kami untuk mempersiapkan segala kelengkapan dan persiapan untuk memudahkan kedua belah pihak, bagaimana?" Ucap Efendi yang langsung meminta untuk disegerakan secepatnya.
Humaira hanya bisa menatap Bundanya ingin meminta bantuan untuk menjawabnya. Tapi secepat kilat Ayahnya meng-iyakan tawaran tersebut. Humaira semakin jengah mulutnya hanya sibuk berkomat kamit, ingin menolak tapi seperti tiada daya.
"Baik, saya setuju" ucap Alamsyah tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.
"Jadi kapan harapannya untuk bisa meresmikan pernikahan Humaira dan Adnan?"
"Kamis depan saja, bagaimana? Siapa tahu mereka langsung malam pertama dan malam jumat sunah Rasul bukan?" Jawab Efendi dengan santai.
Sementara Humaira dan Adnan hanya bisa pasrah mengikuti keinginan kedua orangtuanya.
"Alhamdulillah menurut saya pribadi, jika niat baik itu memang harus disegerakan. Karena menurut saya Adnan juga sudah matang baik secara usianya maupun kemampuan. Saya dan keluarga hanya bisa membekali Humaira untuk bisa berumah tangga mungkin usianya masih terbilang muda namun insyaaallah putri saya sudah cukup usianya untuk dinikahkan. Kami mohon bantuannya pada Efendi serta keluarga untuk mendidik Humaira agar bisa menjadi istri yang baik dan solehah. Gapapa dimarahin saja kalau salah dia tahan banting kok jarang mengeluh" ujar Alamsyah
"Baik, semoga bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah nantinya"
Aamiin yaa rabbal 'alamin semuanya serempak mengaminkan doa dari Efendi.
"Baiklah, kalau tidak ada lagi yang perlu dibahas mari kita tutup acara lamaran ini dengan ucapan hamdalah. Semoga Allah memudahkan setiap langkah yang telah direncanakan" ucap om Hendra menutup acara lamaran itu.
Alhamdulillahirobbil 'alamin semuanya kompak mengucap syukur.
"Silahkan, kami persilahkan keluarga Pak Efendi untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan"
"Hahaha kamu tahu aja Al dari tadi perutku keroncongan minta diisi mana mata ga bisa diem lagi liat pemandangan makanan di depan" ucap Efendi polos.
"Hus papa ini ga tahu malu di rumah orang malah numpang makan" mama Retna langsung menyambung ucapannya Efendi
Sementara itu Humaira langsung pamit undur diri ke kamarnya. Entahlah pikirannya masih berkecamuk dengan ria memenuhi setiap ruang otaknya, haruskah dia senang atau bersedih atas lamaran ini. Sedangkan Adnan tentu saja dia ingin marah, berteriak atau bila perlu dia kabur ke luar negri agar tidak menikahi gadis yang tidak dicintainya itu. Hatinya sudah milik orang lain tapi dia tidak berani mengatakannya pada Efendi karena wanita yang dicintainya sangat dibenci oleh papanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments