Happy reading, semoga kalian suka yaa 🤗
***
Azzam Pov
"Kak, mau Maira buatkan kopi?" tanya Maira setelah 1 jam kami berkutat dengan tumpukan kertas-kertas di meja. Aku mengganggukkan kepala sebagai jawaban.
Selepas isya tadi, dia langsung memberikan tugasnya padaku yang sebelumnya sudah dia bagi. Aku diberi tugas untuk membuat riview jurnal. Sedangkan Maira mengerjakan laporan praktikumnya sendiri karena harus menggunakan tulisan tangan.
Tidak butuh waktu lama, Maira kembali dengan membawa dua cangkir kopi. Ternyata dia membuat kopi robusta, ku hirup aroma yang keluar dari uap kopi itu. Bahkan aromanya saja nikmat, tiupan-tiupan kecil ku berikan untuk menghilangkan sedikit rasa panas di sana.
slurrrp.... perpaduan dari aroma, keasaman, dan kepekatan kopi sudah terasa di dalam mulutku. Sehingga menciptakan kesan kopi secara keseluruhan.
"Mai... ini enak banget. Makasih yaaa... pesti kamu pernah belajar teknik nyeduhnya" ujarku setelah menyesap kopi di cangkir tanganku.
"Alhamdulillah kalo enak... iya dulu aku pernah diajarin sama temenku yang punya coffee shop" Senyum Maira terukir di wajahnya, membuat ku semakin terlena. Sungguh sangat beruntung sekali aku mendapatkan dia.
"Kakak kalo udah selesai istirahat duluan aja"
"Eh engga kakak nemenin kamu aja... ini juga belum selesai kok baru setengah"
Setelah percakapan itu hening, hanya menyisakan suara tuts keyboard laptopku dan pena yang menari di atas kertas. Ku fokuskan seluruh pikiranku pada tugas Maira. Setengah jam kemudian aku selesai, sedangkan Maira masih berkutat dengan pena serta kertasnya. Ketajaman matanya sudah mulai lemah, sesekali dia mengibaskan tangannya.
Aku masih tidak percaya atas kejadian yang ku alami. Aku memperistri wanita yang seharusnya menjadi kakak iparku. Sungguh, itu diluar dugaan. Bahkan sekarang, aku yang merekomendasikan tempat honeymoon untuk Abangku malah menggantikan dia. Aku berada disini untuk berbulan madu bersama wanita itu, wanita yang seharusnya menjadi istri Abangku.
Ku perhatikan wanita yang ada di depan ku. Dia membenarkan letak kacamata yang bertengger di atas hidungnya. Ku tepuk pipi kananku, memastikan bahwa ini benar-benar nyata adanya.
Awwww pekik ku sedikit keras membuat Maira menghentikan aktivitasnya. Dia menatapku, tatapan kita bertemu. Ah, kenapa tatapan Maira terasa menjadi jendela hati yang siap menurunkan cinta?
"Kenapa kak?" tanyanya membuyarkan lamunanku.
"Ah engga gapapa... kamu capek ga Mai?"
"Ehmm kalo dibilang ga capek berati aku bohong dong... hehe" Bisa-bisanya dia tersenyum, ah itu semakin membuat ku tertarik untuk terus menatapnya. Entah darimana asal ide yang tiba-tiba terlintas di otakku. Aku berpindah tempat ke samping Maira.
"Kamu capek kan Mai... sini kakak pijitin"
"Ehh engga kak, aku masih kuat kok buat lembur" kilahnya. Ku tempelkan jari telunjuk ku tepat di bibir Maira.
"Hustttt... ga boleh bantah perintah suami" Hahaha sepertinya ini kalimat yang akan sering ku gunakan. Maira menurut dia menyampingkan badannya. Ku pijit bahunya dengan kedua tanganku agar mengembalikan tenaganya.
"Mai... "
"Iya kak kenapa? kakak mau gantian... yaudah kakak balik badan gih biar Maira pijitin"
"Eh, enggaa.... gausah kakak berterimakasih loh atas tawaran mu. Mai kamu keberatan engga dengan pernikahan ini?" Akhirnya kalimat itu keluar dari mulutku setelah beberapa hari ku pendam.
Hening
"Mai... kamu tidur yaaa?"
"Engga kak, Maira masih bangun kok... walaupun pijitan kakak semakin membuat Maira tambah pengen mejemin mata"
"Terus kenapa kamu ga jawab pertanyaan kakak?"
"Ehmmm itu... gimana yaa... entahlah Maira sendiri juga engga tau" Aku sangat yakin, dia pasti ingin mengeluarkan segala unek-uneknya.
"Mai... kakak tahu pasti kamu belum bisa menerima ini semua. Tapi kakak harap suatu saat nanti kamu bisa berlapang dada menerima kenyataan ini..... Kita santai saja, lakukan secara perlahan. Kamu akan terkejut ketika tau betapa semuanya akan berjalan secara alami.... Kakak ga minta kamu cepet-cepet jatuh cinta sama kakak. Tapi Mai kakak juga ga akan bisa lepasin kamu... Karena satu perinsip kakak, menikah hanya sekali seumur hidup. Jadi kakak harap kamu bisa mengerti" jelasku pada Maira, sepertinya dia sedang mencerna kalimat yang ku sampaikan. Maira menghentikan tanganku yang masih memijit bahunya. Dia berbalik ke arah ku.
"Hmmm..... baiklah, mari kita coba" dia menyunggingkan senyum, entah aku tidak bisa mentafsirkan senyuman itu.
"Coba apa?" tanyaku bingung, perasaan aku tidak menyuruh Maira untuk melakukan sesuatu eh entahlah aku tak ingat persisnya kalimat yang ku lontarkan.
"Coba untuk saling mencitai mungkin... Toh perinsip kita sama, menikah hanya sekali seumur hidup... jalani saja seperti biasa, ada pepatah mengatakan witing tresno jalaran soko kulino, yang artinya cinta tumbuh karena kebiasaan. Terbiasa bertemu, terbiasa bersama, terbiasa berinteraksi. Karena kebiasaan itulah cinta yang awalnya tidak ada menjadi ada" terangnya menjelaskan pertanyaan ku tadi. Ah, sepertinya sudah ada lampu hijau diantara kami. Aku tersenyum kemudian memeluknya erat. Dia membalas pelukanku.
"Mai... berjanjilah untuk tetap ada bersamaku"
"Iya kak insyaallah dengan izin-Nya... ehmm kak bisa lepasin Maira dulu engga... tugasnya belum selesai hehe" Aku melepaskan pelukanku, dia membenarkan posisinya.
"Makasih kak... kakak kalo mau istirahat duluan gapapa"
"No, aku akan menemanimu sampai selesai... kamu mau makan camilan lagi?"
"Boleh kak"
Ku langkahkan kakiku menuju plastik belanjaan tadi sore bersama Maira.
"Mai mau yang mana? Ada cookies, popcorn, keripik kentang, keripik pisang, atau crackers?"
"Ehmm keripik kentang sama cookies aja kak"
"Oke tunggu bentar..."
Akupun kembali menghampiri Maira, Ku bereskan barang-barang yang berserakan di meja. Sedangkan Maira masih mengerjakan tugasnya yang sebentar lagi selesai. Akhirnya kita berdua tidur setelah Maira sudah benar-benar tidak kuat menahan kantuknya. Padahal hanya tersisa 1 kertas lagi yang perlu dia tulis.
Malam itu kami tidur berdua, dengan Maira berbantalkan lenganku, setelah melalui perdebatan kecil. Tapi tetap saja aku menang dengan kalimat andalanku, tidak boleh membantah suami. Aku mendekap tubuhnya dengan erat, kita tertidur pulas dengan dunia mimpi masing-masing.
***
Hai guys siapa disini yang jatuh cinta karena witing tresno jalaran soko kulino... bukan karena witing tresno jalaran ora ono seng liyo??? —jatuh cinta karena tidak ada pilihan lain—
Feel free to comment on this part🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Aksoro Soro
lanjutt author
2020-10-09
1