Di rumah Humaira
"Ra, kamu ambil cuti aja ya nak. Seminggu lagi kamu bakal nikah mana mungkin bisa ngurus persiapan sambil ngurus organisasi ataupun kuliah" ujar Bunda Arsy memberikan solusi pada Humaira.
"Ga bisalah bunda, besok ada praktikum. Lagian ini bukan waktunya ngambil cuti juga, udah gapapa mungkin nanti Maira izin buat ga ikut rapat. Jadwal kuliah juga cuma 3 hari ko engga satu minggu full"
"Emangnya kamu ga mau bulan madu kok ga mau ngambil cuti?"
"Aduh bunda... Maira belom mikir sampe kesitu-situ ih" ucapnya dengan kesal.
"Yahh padahal bunda pengen cepet-cepet dapet cucu" jawab bunda dengan muka sedikit memelas. Humaira hanya bisa diam, tak ingin menjawab perkataan ibunya. Kalaupun dijawab pasti berujung dengan debat, dan Maira yang kalah. Maklum wanita memang susah untuk mengalah apalagi ibu-ibu.
"Oh iya hampir aja bunda lupa... Kamu kasih list temen-temen kamu yang bakal diundang yaaa. Pokoknya nanti malem udah ada ditangan bunda soalnya lusa udah harus disebar undangannya" Maira hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar
"Yaudah bunda, Maira ke kampus dulu. Mungkin pulangnya agak sorean" ucapnya lalu pergi menuju kamarnya, mengambil tas dan kunci motornya. Ia ingin segera pergi dari rumah dan tentunya menyibukkan diri kembali di kampus tercintanya.
Hari ini, hari terakhir festival campus mana mungkin dia melewatkannya. Susah payah dia ikut berjibaku menyiapkan kegiatan dari nol bahkan rela untuk mengurangi jatah tidurnya hanya demi keberhasilan kegiatan tersebut, Humaira tidak ingin melewatkannya barang sedetik pun. Baginya mengabdi pada organisasi sudah menjadi keharusan sekaligus merupakan wadah untuk mengekspresikan berbagai gagasan dan wacana untuk membentuk sebuah peradaban. Lelah? Tentu saja, jangan ditanya dia harus rela mencurahkan tenaga serta pikirannya dalam berorganisasi. Tapi baginya, melelahkan bukanlah hal yang seberapa dan bukan tantangan yang besar dalam kehidupan ini. Berorganisasi pun adalah proses untuk menemukan dan mengasah potensi diri.
***
Sementara itu, mama Retna tampak sibuk dengan ponsel dan pena serta kertas yang ada dihadapannya. Dia tampak antusias menyiapkan segala keperluan untuk pernikahan putranya. Sesekali terlihat senyum manis terlintas di wajahnya. Jemarinya sibuk menulis dan menceklis satu persatu draft yang ada di kertas.
"Apa lagi yaa yang kurang?" gumamnya sambil mengingat-ngigat dan melihat kembali kertas di hadapannya.
"Aha aku baru ingat! Aku harus menyiapkan bulan madu untuk mereka. Adnan mana mau berpikir masalah seperti ini... dipikirannya hanya kerja kerja dan kerja sampe-sampe lupa kalau dia udah tua dan belum menikah juga"
Effendi dan Adnan sudah pergi ke kantor sejak tadi sehingga tinggalah Azzam dan mama Retna disana. Azzam yang duduk tak jauh dari mamanya hanya bisa tesenyum simpul lalu geleng-geleng kepala melihat tingkah mamanya. Rasanya baru kali ini dia melihat mamanya tersenyum bahagia. Mungkin jika orang yang sedang menjalin asmara mamanya bisa diibaratkan seperti baru ditembak sang doi setelah sekian lama menjalin hubungan tanpa status.
"Eh Zam... Kamu tau ga kira-kira bulan madu yang bagus dimana?" Tanya mama Retna
"Mana Azzam ngerti, Azzam aja belum pernah ngerasain gimana mau tau" mama Retna yang mendengar jawaban itu hanya mengerucutkan bibirnya.
"Yaudah kamu tanyain aja sama temen mu yang udah nikah"
"Aduh ma... daripada nanya ke temen mendingan juga googling nanti kalo nanya ke temen malah dikira Azzam yang mau nikah"
Mama Retna tampak berpikir, dahinya mengernyit sehingga sedikit menampakkan kerutan halus di sana.
"Bagusnya di dalam negeri atau di luar negri ya zam? Kan sebentar lagi Maira ujian akhir kalo di luar negri kayanya ga mungkin deh, dia kan udah banyak praktikum belum lagi dia aktivis juga"
"Yaudah kalo gitu di dalem negri aja. Saran Azzam sih ke Lombok atau Raja Ampat mah dijamin ga bakalan nyesel. Siapa tau gara-gara tempat honeymoon yang fresh usaha mama buat dapet cucu langsung top cer hahaha"
"Good boy... mama suka ide brilian kamu. Ga sia-sia mama ngasih makan kamu dari bayi hahaha" ucap mama Retna terkekeh. Azzam yang mendengarnya hanya bisa bersungut-sungut dan memayunkan bibirnya.
"Oh iya mama hampir lupa kamu kapan sidang tesisnya?"
"Ehm mungkin sekitar 2 mingguan lagi ma... belum keluar juga jadwalnya. Oiya ma, nanti minta tolong bi Asih ya buat beberes apart besok Azzam mau tidur disana"
"Emangnya kamu ga kangen sama mama? baru berapa hari dirumah udah mau pergi lagi. Mamakan kangen Zam sama kamu"
"Engga Azzam ga kangen tuh sama mama wlee" Azzam menjulurkan lidahnya ke arah mama Retna lalu segera pergi ke kamarnya sebelum terkena jeweran mamanya.
"Dasar anak ga bener. Gini nih kalo ga punya anak perempuan udah ga ada yang bisa diajak belanja apalagi diajak kompromi" Udahlah bentar lagi juga aku punya mantu. Nanti aku manjain dia seperti anak kandungku sendiri" ucap mama Retna dengan muka berseri-seri.
"Oiya sampai lupa mau nelpon WO" pekik mama Retna lalu menepuk jidatnya. Tak lama setelah mama Retna bermonolog ia mengambil handphonenya dan menelpon pihak WO, selang beberapa waktu terdengar nada sambung di hpnya.
***
Hello readers....
Mohon maaf apabila banyak salah kata dalam penulisan, maupun pemilihan kata yang kurang tepat. Besar harapan penulis, kisah ini dapat diterima dengan hati terbuka oleh para pembaca. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk sekedar membaca kisah ini.
Love you guys😘💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments