Humaira sekarang sudah berada di salah satu kamar presidential suite, ya hotel itu milik Adnan yang seharusnya menjadi suami Humaira. Tapi Adnan entah kemana perginya. Para MUA sedang sibuk merias wajahnya dengan produk make up, sebentar lagi dia harus mengikuti acara resepsi yang telah diagendakan oleh mama Retna.
"Mba bisa engga dibikin flawless aja?"
"Aduh maaf mba ini perintah bu Retna. Kami ga bisa menolak apalagi membantah beliau"
"Sebentar deh mba... Masih 1 1/2 jamkan acaranya?" para MUA yang ditanya mengganggukkan kepalanya. Maira menoleh ke belakang mengedarkan pandangannya mencari sosok Azzam. Azzam sedang menikmati pemandangan kota dari jendela kamarnya.
"Kak... boleh ga telponin mama"
"Mau ngapain nelpon mama?"
"Eh anu..."
"Anu? Anu apaan sih?"
"Aku mau bilang kalo make upnya flawless aja ga suka kalo glamour"
"Yaudah sana telpon mama"
"Aku ga ada nomer mama kakak... sini pinjem hpnya"
Azzam merogoh kantong celananya, setelah hp itu dibuka dia memberikan hpnya ke Maira.
"Assalamualaikum, kenapa Zam?" tanya mama Retna dari sebrang telephone.
"Waalaikumussalam ma ini Maira.... mama, Maira mau dimake upin yang flawless aja yaa... aku ga suka make up yang glamour" rengek Maira ke mama Retna.
"Hmmm.. yaudah gapapa terserah kamu sayang"
"Oke mam makasih yaa, sampai ketemu di ballroom"
"Oke mama tunggu ya.. assalamualaikum"
"waalaikumussalam" tut..tut..tut suara telpon terputus. Maira menyerahkan hpnya pada Azzam.
"Ini mas makasih yaa..." Azzam hanya tersenyum simpul kemudian melanjutkan aktivitasnya.
"Tuh mba tadi udah dibolehin sama mama... eh bentar aku pake soflents dulu" Maira mengobrak-abrik tasnya mencari benda yang akan ia kenakan untuk matanya. "Nah ketemu" ucap Maira dengan mata berbinar. Dengan sigap ia langsung memakai soflents yang sudah ada di tangannya.
"Yuk mba bisa dimulai"
30 menit kemudian Maira sudah tampil anggun dengan gaun syari berwarna pink soft lengkap dengan kerudungnya. Dia tersenyum kemudian mengucapkan terimakasih kepada para perias yang membantunya. Kini, hatinya mulai bisa menerima keadaan yang sedang dialaminya. Mungkin dia akan membuka sedikit celah dihatinya untuk sang suami.
Azzam yang sedari tadi melihat Maira yang sudah tampil anggun dengan gaunnya hanya bisa menelan salivanya. Ingin rasanya dia memeluk Humaira tapi niat itu dia urungkan karena gengsi. Azzam berdecak kagum tak henti-hentinya dia melafalkannya kalimat thayibah. Mengucap tasbih, dan tahmid. Tasbih karena melihat sesuatu yang menakjubkan dan tahmid karena bersyukur diberikan seorang istri yang solehah.
"Kak aku udah siap" seru Maira mebuyarkan pikirannya.
"Eh.. udah? yaudah ayok kita ke bawah"
"Bentar kak... dasinya miring" ucap Maira sembari membenarkan dasi milik Azzam. Ketika tatapan mereka tak sengaja bertemu, desiran halus menyelinap di hati mereka. Jantung Azzam apalagi, sudah tidak bisa terkontrol, seperti mau pecah.
"Yaudah ayok" Azzam menggandeng tangan Maira. Sementara itu pipi Maira sudah merah merona.
Belum sampai dia menginjakkan kakinya di ballroom Sherly dan rombongan anggota BEM sudah mencegat dan berkumpul ke arahnya. Ditambah dari arah ballroom teman-teman yang satu jurusan ikut menghampiri Maira. Sherly berlari ke arahnya dan memeluk Maira dengan erat.
"Maira... duh cantik banget sii temen gua" Ucap Sherly mencubit pipi Maira dengan gemas.
"Mba maaf ya sebelum sesi pemotretan mohon untuk tidak dipeluk-peluk dulu" ucap mba Meytha MUA yang merias wajah Maira.
"Yah mbaa... tapikan saya kangen pengen meluk sekaligus nabokin Maira" ucap Sherly dengan kesal. Azzam yang mendengar itupun tak terima dan langsung menggandeng tangan Maira untuk menemui orangtuanya terlebih dahulu.
"Kak... duh sabar kek jalannya! Mairakan pake heels kalo kakinya lecet gimana coba"
"Duh maafin kakak yaa Mai... Nanti kalo lecet beneran kakak gendong deh" Maira yang mendengar ucapan itu langsung menatap tajam sedangkan Azzam hanya cekikan dan mengangkat kedua jarinya, jari telunjuk dan jari tengah. Maira yang dongkol akhirnya meninggalkan Azzam sendirian, dia berjalan menemui bundanya.
"Bundaaa.... Maira kangen" Maira menghampiri bunda Arsy, memeluknya kemudian terdengar isak tangis darinya.
"Loh Maira kamu kenapa kok nangis? Azzamnya mana?"
"Kak Azzam jahat Maira ga suka.. Maira mau pulang aja" rengek Maira seperti anak kecil.
"Eh udah dong nangisnya.. kamu ga malu jadi pusat perhatian?" Maira yang mendengar hal itu langsung mengendurkan pelukannya pada Arsy dan menghapus bekas air matanya.
Azzam mendekati Maira dan merangkul pundaknya.
"Maafin Kaka ya Mai.. kamu jangan nangis lagi dong nanti bukan cuma air matanya yang keluar, tapi cairan dari hidung kamu ikut keluar" ucap Azzam terkekeh, mama Retna yang berada disamping bunda Arsy langsung menjewer telinga anaknya.
"Yaudah foto dulu yuk mumpung make up Mairanya belum luntur" ajak Alamsyah pada keluarganya. Dia memanggil photographer yang telah disediakan oleh pihak WO.
Sesi poto dibagi menjadi 3, pertama poto antara Maira dan Azzam sebagai pengantin baru, kedua poto keluarga besar, dan ketiga sesi poto antara teman-teman sekaligus relasi di kantor.
"Mba Maira sama mas Azzam coba agak deketan lagi, sudah sah ko masih jauh-jauhan" kata photographer memberi arahan.
"Mas Azzam senyum yaa jangan kaku! oke 1 2 3... cekrek cekrek cekrek"
"Ehm sekarang coba mas Azzam pegangan tangan atau meluk pinggangnya mba Maira. Inget ya mas Azzam senyum" ucap juru poto memberi arahan.
Azzam langsung mendekat dan meraih pinggang Maira. Maira tampak kikuk. Namun karena Azzam membisikkan sesuatu ke telinganya akhirnya dia melemaskan ototnya dan mulai tersenyum
"Nah good oke tahan 1 2 3 cekrek cekrek cekrek"
"Mas sekali lagi dong..." pinta Azzam ke photographer.
"Berkali-kali juga gapapa kok mas... memorynya masih nyukup buat 1000 poto"
"Okey mas... buruan dicepret ya mas!" setelah Azzam mengucapkan kalimatnya dia mendekat ke arah Maira lalu memutarkan badan Maira 90° untuk menghadap ke arahnya. Cup, Azzam mencium kening istrinya dengan sigap juru foto mengabadikan momen tersebut. Jangan ditanya bagaimana ekspresinya Maira, sudah pasti pipinya merah merona. Azzam membawanya ke dalam dekapannya, ia peluk tubuh istrinya dengan penuh kehangatan. Tamu undangan yang melihat hal itu ikut mengabadikan momen tersebut. Setelah dirasa puas Azzam akhirnya mengendurkan pelukannya dan memanggil orangtuanya untuk ikut berfoto kemudian mereka melakukan beberapa sesi foto, yang dilanjutkan dengan sesi foto bersama teman-teman Maira juga Azzam.
"Maira... meni geulis ih, sampe-sampe bikin silau" Ucap Rena sahabatnya sejak SMP. Sepertinya malam ini Maira tidak memerlukan blush on untuk memerahkan pipinya.
"Eh neng kalo kaya gitu harus ucap MasyaaAllah, Aku ga mau yaa istriku kena penyakit ain" Ujar Azzam dengan tegas.
"Eh iya kak maaf ya... besok-besok ga diulangin" ucap Rena kemudian mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ✌️.
"Maaf Kak Azzam ya Ren... ucapannya jangan dimasukin ke hati, tapi masukin ke pikiran hehe"
"Hhhh tau ah lu mah bikin puyeng"
"Jangan ngambek dong beb... tuh banyak makanan mengantri untuk masuk ke perut" ucap Maira terkekeh, akhirnya Rena meninggalkan mereka berdua.
Menginjak malam tamu-tamu mulai berdatangan, teman dari kedua mempelai, kerabat dekat, relasi di kantor Alamsyah dan Effendi, serta teman-teman Adnanpun yang kebagian undangan ikut memenuhi tempat resepsi. Tamu terus berdatangan silih berganti hingga akhirnya perhatian kedua mempelai teralihkan oleh panggilan dari atas panggung.
"Hai Maira hai ka Azzam boleh dong kita mau ngundang kalian buat nyanyi bareng diatas panggung"
Maira dan Azzam pun menoleh berbarengan.
"Ka emang kamu bisa nyanyi?"
"Sedikit... ayok ke atas" Azzam menarik tangan Maira untuk naik ke atas panggung.
Suasana semakin ramai ketika merkea berdua sudah naik ke atas panggung. Terdengar sorak-sorak dari para tamu undangan.
"Terimakasih atas kesempatannya, izinkan saya untuk bernyanyi bersama Maira, dengan lagu dari tulus "teman hidup" "
Dia indah meretas gundah / Dia yang selama ini ku nanti
Pembawa sejuk, pemanja rasa / Dia yang selalu ada untukku
Di dekatnya aku lebih tenang / Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku/ Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku milikmu kita satukan tuju /Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu / Kau milikku, ku milikmu
Di dekatnya aku lebih tenang / Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku / Berdua kita hadapi duniaKau milikku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu / Kau milikku, ku milikmu
Di dekatnya aku lebih tenang / Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku / Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju /Bersama arungi derasnya waktu
Bila di depan nanti / Banyak cobaan untuk kisah cinta kita
Jangan cepat menyerah / Kau punya aku, ku punya kamu, selamanya akan begitu
Maira pun ikut bernyanyi
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku / Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju /Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu / Kau jiwa yang selalu aku puja..
prok prok prok prok prok.... Gemuruh tepuk tangan dari para tamu undangan memenuhi ruangan resepsi.
"Wah wah wah tenyata kedua pengantin sama-sama punya suara Indah ya..." puji MC.
Maira dan Azzam hanya tersenyum malu kemudian mereka pamit undur diri untuk turun dari atas panggung.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Maurel Nurfaizza
alhamdulilah memang kalau jodoh gak bakalan ketukar selamat maira kau dapat suami yang Sholeh yang siap membawamu kejannahnya
2020-10-08
1