Happy Reading 🤗 semoga kalian suka yaa. Dalam part ini disertai iklan tidak berbayar🤣
***
Sesampainya di resort Azzam langsung menunaikan sholat dzuhur terlebih dahulu. Sedangkan Maira dia sudah berada di gelombang delta, mengistirahatkan tubuh serta pikirannya. Azzam yang sudah menyelesaikan solatnya ikut berbaring disamping Maira, kemudian perlahan matanya mulai tertutup. Mereka lelah, butuh istirahat, tenaganya butuh di charger kembali untuk melewati hari yang masih panjang.
Mereka terbangun saat suara adzan sayup-sayup terdengar dari masjid dekat resort yang mereka tempati. Azzam bergegas untuk membersihkan diri lalu diikuti oleh Maira yang sudah lama menunggunya. Selepas Azzam solat dia mengajak Maira untuk jalan-jalan.
"Mai... udah siap belum?" tanya Azzam pada Maira padahal sudah jelas Maira sedang memakai jilbabnya.
"Bentar kak... ga sabaran banget jadi orang" jawab Maira sambil merapihkan jilbab yang digunakan. 5 menit kemudian mereka keluar dari kamarnya. Maira memakai setelan berwarna dusty purple, sepertinya dia sangat menyukai warna pastel karena kebanyakan barang miliknya bernuansa warna itu. Berbeda dengan Azzam dia memakai celana jeans dan kaos hitam polos berlengan pendek sehingga menampilkan kekekaran lengannya.
Diluar kamarnya ternyata Rae sudah menunggu mereka. Rae bangkit dari tempat duduknya, menghampiri dua sejoli itu.
"Rae sore ini kamu tidak perlu mengantarkan dan memandu saya. Saya hanya mau waktu berdua dengan Maira istri saya" ucap Azzam dengan memberi penekanan pada istri saya.
"Tapi tugas saya sebagai tour guide agar mas Azzam tidak tersesat di sini" tegas Rae menjawab perintah Azzam.
Azzam meletaknnya telunjuknya tepat di bibir Rae. Rae refleks mundur dia masih kaget dengan tingkah Azzam. Bisa-bisanya manusia itu melakukan hal seperti itu, kenapa tidak dia tempelkan saja didepan mulutnya.
Bikin ilfeel deh ni orang... batin Maira.
"Udah pokoknya saya tidak mau dibantah. Sekarang antarkan saya untuk menyewa sepeda" titah Azzam, akhirnya Rae mengantarkan Azzam ke tempat penyewaan sepeda.
"Kak... tapikan aku ga bisa naik sepeda. Kalo sepeda motor nah baru bisa" ujar Maira ketika sudah sampai di tempat penyewaan.
"Tenang aja kamu tinggal duduk manis di belakang"
"Jangan lupa eratkan pegangan tanganmu di pinggangku" bisik Azzam di telinga Maira. Maira memanyunkan bibirnya, malah ditarik oleh Azzam.
"Awwww... Kakak bisa engga sih sekali aja ga nyebelin" ia benar-benar kesal dengan kelakuan Azzam.
"Maaf Mai.. tapi aku udah terlanjur jadiin kamu sebagai objek keusilanku hehe" Maira semakin kesal, amarahnya sudah memuncak sampai ke ubun-ubunnya.
"Astagfirullah... sabar Maira sabar" ucap Maira sambil menepuk-nepuk dada dengan tangan kanannya.
"Iya kamu harus sabar ngadepin aku..." celutuk Azzam. Kemudian ia sibuk memilih sepeda yang akan disewanya. Awalnya dia ingin memilh sepeda tandem, tapi jika seperti itu dia tidak bisa bermesraan dengan Maira. Akhirnya pilihan Azzam jatuh pada sepeda keranjang dewasa berwarna putih yang di belakangnya ada untuk boncengannya. Dia membayar sepedanya.
"Mas Azzam kalo butuh apa-apa nanti telpon saya aja yaa... nomernya udah disave sama Maira" ucap Rae. Dia menggangguk, eh tunggu apa tadi katanya? nomer dia disimpan Maira? Dia menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Dasar cowok genit... inget yaa jangan macem-macem. Dia udah punya suami"
"Kamu bahagia Ra punya suami kaya dia?" tanya Rae menunjuk Azzam, (yaampun kenapa nyari mati sih ini orang?? Author yang nulis aja bingung).
Azzam langsung menarik tangan Maira dan menyuruhnya duduk di boncengan. Untungnya tidak terjadi perang pada sore itu. Azzam segera pergi dari sana, tapi dia masih menyimpan amarah.
Sabar Zam... sabar. Inget orang sabar disayang Allah! gumamnya sambil mengayuh sepeda.
"Mai...." panggil Azzam pada Maira, Maira kurang fokus karena dia memakai headset di telinganya, dia hanyut menikmati pemandangan sekitar ditambah dengan lagu yang mengiringinya. "Mairaaaaa...." suara bariton keluar dari mulut Azzam.
"Eh..hhh iya kak... kenapa?" tanya Maira sedikit terbata.
"Pegangan yang kenceng kakak ga mau sampai kamu jatuh, disini ga ada rumah sakit!" titah Azzam sembari mengayuh sepedanya dengan kencang agar Maira benar-benar pegangan pada pinggangnya.
"Ih kakak jangan ngebut-ngebut bawa sepedanya. Pelan-pelan aja sambil dinikmati"
"Maira...." hmm si bos kalo udah begini ga diturutin bisa bahaya Maira langsung memeluk pinggang Azzam. Azzam tersenyum puas, tidak apa-apa walaupun Maira terpaksa.
hmfff hmff (anggap saja suara nafas) deru nafas Azzam terdengar sedikit ngos-ngosan. Bagaimana tidak dia harus mengayuh pedal dan membawa beban di belakangnya.
Sesekali dia mengusap peluh yang keluar dari dahinya, sambil terus fokus mengayuh sepeda. Sekarang ritmenya tidak lagi sama, dia memperlambat kecepatannya. Kakinya sudah mulai lemas. Ingin rasanya ia beristirahat barang sejenak. Tapi, sepertinya dia tak ingin Maira kecewa, sekarang Maira sangat antusias dan menikmati pemandangan sekitar dengan dibonceng Azzam.
"Mai, kamu laper engga?" tanya Azzam menyembunyikan maksudnya, sebenarnya dia ingin istirahat barang sebentar.
"Iya kak, Maira laper terakhir makan kan di airport tadi pagi" jawab Maira sembari mengelus-elus perutnya yang datar. Untunglah saat itu perut Azzam berbunyi kruk, kruk. Menjadi nilai tambah bagi Azzam walaupun sedikit merasa malu, tapi toh hanya Maira yang mendengarnya.
"Oke, kita makan di warung makan depan ya...." Azzam menunjuk warung makan unik yang terbangun dari bambu dan batu-batu. Tampak aneka tumbuhan hijau juga bunga gantung di sana. Semakin meningkatkan kesan asri dan nyaman.
Ternyata warung makan itu menyediakan bakso, sop, mie goreng, gado-gado dan aneka makanan lokal. Mereka duduk tepat di pojokan yang mengarah ke pinggir pantai.
"Mai kamu mau makan apa?"
"Ehmm ayam taliwang aja deh di Jakarta kan engga ada... eh belum nemu maksudnya. Minumnya es jeruk manis"
"Oke...." Azzam menulis menu yang dipesan dan menyerahkannya pada waiters.
Tak lama makanan datang. Mata Maira langsung berbinar melihat makanan yang tersaji di depannya. Rasanya air liurnya sudah mau tumpah hanya dengan melihat makanannya saja. Mereka menikmati makanan itu dengan khidmat.
"Mai coba buka Google maps... cari tempat yang pas buat liat sunset" perintah Azzam setelah menyelesaikan makannya. Mereka masih duduk santai di warung makan itu.
"Oke sebentar..." Maira langsung membuka hpnya dan mencari apa yang diperintahkan Azzam.
"Ini kak... sunset beach ga jauh dari sini sekitar 500 meter aja" ucap Maira kemudian menyodorkan hpnya ke Azzam.
"Oke, yuk ke sana keburu tenggelam mataharinya..." Azzam dan Maira meninggalkan tempat duduknya menuju kasir lalu membayar makanannya. Mereka keluar dan mengambil sepeda di parkiran.
Azzam kembali mengayuh sepedanya menuju sunset beach. Sesampainya di sana, ternyata sudah banyak orang, ada turis dan warga lokal.
"MasyaaAllah.... Indah banget kak" ucap Maira takjub dia segera mengambil gambar.
"Iya MasyaaAllah, Mai... ayo ke sana" ajak Azzam dia menunjuk batu karang yang ada di sana. Maira mengekori sang suami.
"Kak.... potoin aku dong mau aku kirim nih ke temen-temen"
"Iya sebentar kita selfie dulu baru motoin kamu"
"Hmmm.... yaudah buruan"
Merekapun poto bersama dengan kamera depan dengan berbagai gaya. Maira tampak cantik di poto senyum merekah di wajahnya tak hilang-hilang sejak tadi. Sedari tadi Maira tak henti-hentinya merengek untuk dipoto. Azzam akhirnya mengabulkan permintaan Maira setelah Azzam mendapatkan kecupan dari Maira.
"Yang bagus kak! awas aja kalo ngga bagus... mau Maira unggah ke sosmed"
"Iya bawel..."
cekrek cekrek cekrek Azzam mengambil poto Maira berkali-kali dengan berbagai gaya, mulai dari pose tangan bentuk peace ✌️, menutup muka, hormat ke tiang bendera, sampai duduk memeluk lututnya.
"Mana kak hasilnya... Maira mau liat" Azzam menyodorkan hpnya pada Maira.
"Waaah cantik cantik... ternyata ka Azzam jago yaa buat motoin orang. Makasih ya kak" Maira tersenyum puas, tidak sia-sia Azzam mengeluarkan seluruh tenaga serta pikirannya untuk membuat Maira senang.
"Kak, aku posting yaa foto kita..." Azzam mengganggukkan kepalanya. Sejurus kemudian tangan Maira sudah bergerilya di tuts keyboard hpnya. Dia membuka akun Instagramnya lalu mengupload poto mereka dengan membubuhkan kata —thank dear, sunset with dearest husband—. Maira mengukir senyum ketika menulis kalimat itu.
ah biarin dia juga ga tau kan akun ig ku, hahaha... gumamnya dalam hati.
"Udah yuk kita pulang... sebentar lagi magrib"
Ajak Azzam, Maira meng-iyakan dengan anggukan.
Akhirnya dua sejoli itu pulang sebelum matahari benar-benar tenggelam. Mereka sama-sama senang dan senyuman mengukir menghiasi wajah mereka.
***
nikmatin aja ya alurnya maaf kalo bikin jenuh, belum waktunya bikin problem. Sedikit bocoran, siapin aja tisu sebelum ending 😭
Ditunggu kritik dan sarannya dari kakak readers terhormat 🙏
love you guys 😘💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
ZalikaAngel 🤧🥀❣️
jangan Lupa mampir dan baca novelku“Playboy dan SiCulun" tinggalkan like vote dan jejak
2020-10-09
0