Faiq berkata, "Kenapa aku berlari kesini? Seharusnya aku tak peduli"

Anak-anak sebentar lagi kalian akan menempuh Ujian Nasional. Kalian cuma punya waktu sekitar satu bulan lagi, buat belajar. Persiapkan sebaik mungkin ya. Buat orang tua kalian dan bapak ibu guru bangga. Oh iya, teruntuk Faiha selamat ya, terima kasih kamu sudah mengharumkan nama sekolah.”

“Iya, Bu.”

"Wah Fa. Selamat ya.” Kata Dhia. Disusul ucapan selamat dari teman-teman sekelas Faiha.

“Setelah lulus nanti kamu mau melanjutkan kemana, Fa?" tanya Pika.

"Belum tau, Pik. Tapi sepertinya aku akan melajutkan sekolah ke kota. Aku ingin mencoba hal baru."

"Iya Fa, memang benar. Aku juga pengen ke sana. Semoga kita sama-sama bisa sekolah ke sana ya Fa"

"Aamiin. Mulai sekarang kita ngga boleh males-males an, harus semangat. Kata Mas Yusuf usaha harus sebanding dengan mimpi. Berani bermimpi besar, usaha dan doa kita juga harus diperbesar karena gak cuma bayangan pada benda optik aja yang bisa diperbesar."

"Bener-bener udah siap UN nih kayaknya kamu Fa, haha. Oke, pokoknya kita harus semangat, Sekolah impianku, i’m coming." kata Pika penuh harap.

"Astaghfirullah, Fa. Aku lupa membawa baju olahraga, " Kata Pika mengagetkan Faiha.

"Tertinggal di rumah?"

"Iya, aku ambil dulu ke rumah ya,"

Pika memang suka teledor. Ia memang tergolong murid yang pintar. Tapi sifat lupa dan teledornya ini susah sekali dihilangkan. Mungkin sudah mencapai taraf akut. Setiap hari ada saja barangnya yang tertinggal di rumah. Untung saja ia sekolah di SD yang lokasinya tidak begitu jauh dari rumah.

#

"Pak Wardi kemana ya, kok belum rawuh?" kata Faiha.

"Cari ke kantor yuk Fa." ajak Alsha.

"Permisi, Bu. Pak Wardi ada?"

"Gak ada Nduk. Jam nya Pak Wardi ya? Olahraga sendiri dulu ya. Pak Wardinya lagi ada urusan ke Dinas"

"Oh Iya bu."

“Temen-temen, Pak Wardi lagi ke dinas. Jadi jamnya kosong, kata Bu Sulimah disuruh olahraga sendiri dulu,” kata Alsha memberi tahu teman-teman kelasnya

“Kita main bola aja yuk,” ajak Alan kepada teman laki-lakinya. Anak laki-lakipun pergi menuju lapangan rumput hijau untuk bermain sepakbola.

“Loh, Pak Wardi mana?” tanya Pika yang baru saja datang.

“Beliau sedang ada urusan di dinas, Pik. Jadi, nggak bisa ngajar hari ini,” jawab Faiha.

“Kita mau olahraga apa?” tanya Alsha.

"Aha, Main gobak sodor saja," usul Dhia.

Gobak sodor, nama lainnya galasin. Menurut sejarah, permainan ini berasal dari daerah Yogyakarta dan menjadi terkenal di wilayah pulau jawa. akan tetapi, dalam riwayat lain menyebutkan bahwa permainan gobak sodor ini adalah permainan blasteran Yogyakarta-Inggris. Kata gobak sodor berasal dari bahasa Inggris Go Back Trough The Door yang artinya kembali melewati pintu. Karena susah melafalkan, orang Indonesia khususnya Orang Jawa menyebutnya dengan gobak sodor.

Permainan berlangsung meriah. Kedua tim saling bergantian menjadi tim jaga dan tim lawan. Postur tubuh Dhia yang besar dan gemuk menguntungkannya dalam menjaga karena dengan tubuh yang seperti itu ia mudah sekali dalam menangkap lawannya. Tapi hal itu juga menyulitkannya ketika posisi timnya berubah menjadi tim lawan. Ia sedikit kesulitan dalam berlari. Sehingga mudah juga untuk ditangkap. Hal inilah yang membuat posisi kedua tim selalu seimbang.

Hari ini, Faiha tidak beruntung. Dipetak kedua ada pecahan genting dengan ukuran kecil yang bagian atasnya meruncing. Telapak kakinya bagian kanan tak sengaja menginjak genting itu. Darahnya mengalir, cukup deras. Permainan seketika terhenti. Semuanya panik.

"Panggilin Bu Guru, panggilin Bu Guru" seru Pika.

"Kenapa tuh rame-rame," teriak Alan ketika melihat ada keramaian di lapangan yang digunakan teman-teman putrinya bermain gobak sodor. Faiq yang sedang menggiring bola menghentikan langkah kakinya.

"Tong, itu ada apa?" Tanya Alan kepada adik kelas yang sedang melintas.

"Mbak Faiha,Mas. Kakinya nginjak pecahan genteng"

"Terus?"

"Itu baru dibawa ke UKS"

Faiq dan Alan saling pandang. Tak perlu waktu lama bola sepak yang sedsri tadi melekat di kaki Faiq dibuangnya begitu saja. Segera ia meninggalkan lapangan dan teman-temannya. Karena sang putra kebanggaan lapangan hijau telah pergi. Permainan pun terhenti. Faiq berlari menuju UKS. Disusul oleh Alan, tetapi ketika hampir sampai di pintu UKS Faiq berhenti. Ia teringat sesuatu.

“Kenapa aku berlari kesini? Seharusnya aku tak peduli. Cek, Faiq, Faiq,” kata Faiq kepada dirinya sendiri. Ia pun membalikkan badan kembali menuju lapangan. Sesaat setelah mebalikkan badan ia hampir bertabrakan dengan Alan.

“Loh, Bro. Kok balik? Bukannya mau ke UKS?” tanya Alan.

“Ngapain? Yuk ke lapangan main bola lagi,” kata Faiq sembari berjalan meninggalkan Alan yang masih terdiam di tempat

“Lah, temen baru kena musibah masak kita malah main-main,” Alan juga ikut memutar arah jalannya. Tidak menuju uks tetapi kembali menuju lapangan.

“Ya udah ke kelas aja. Istirahat.”

“Gak mau ke UKS liat keadaan Faiha?”

“Nanti juga tahu, lagian kalau kita kesana mau ngapain? Disana kan dia udah ada yang ngurus.”

“Eh buset, bener-bener gua liat drama di dunia nyata,”

Terpopuler

Comments

Syahlia Aida

Syahlia Aida

👌👌👌👌

2021-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!