Faiha turun dari mobil dengan penuh keyakinan. Seperti ada yang berbisik jika ia akan pulang dengan membawa kemenangan. Enam kaki melangkah ke tempat pendaftaran ulang. Kaki Faiq, Faiha dan Pak Rahman. Setelah melakukan pendaftaran ulang Faiq dan Faiha mendapatkan nomornya masing-masing. Mereka pun mencari ruang kelas yang akan menjadi tempat bertanding. Faiq telah menemukan tempatnya, begitu juga Faiha. Di pojok belakang sebelah kanan. Di atas meja tempatnya bertanding itu, ada Al Quran. Melihatnya saja membawa kesejukan. Faiha tersenyum. Hatinya kali ini benar-benar dipenuhi keyakinan.
Petugas membagikan lembar jawaban dan kertas soal. Ini adalah babak penyeleksian untuk mendapatkan lima besar terbaik. Satu demi satu soal itu Faiha selesaikan. Alhamdulillah terucap setelah selesai ia mengerjakan. Petugas kembali berkeliling mengambil kertas-kertas jawaban. Sekarang, tinggal menanti pengumuman siapa saja yang lolos ke babak lima besar nanti.
“Ayo kita pulang.” Ajak pak Rahman
“Loh pak, kan belum pengumuman lima besar,” kata Faiq heran.
“Kalian yakin akan masuk lima besar?”
“Harus yakin, Pak,” jawab Faiha.
“Haha, yaudah. Kita tunggu dulu pengumumannya. Kalau kalian yakin gini Pak Rahman juga ikut yakin. Soalnya Pak Rahman sudah sering mengantarkan anak-anak buat lomba seperti ini setiap tahun. Tapi selalu saja belum ada yang dapat juara. Terakhir enam tahun yang lalu, ada yang masuk lima besar. Tapi belum bisa raih juara satu.”
“Doakan saja, Pak. Semoga Faiha juara,” batin Faiha di dalam hati.
“Gus Faiq,” panggil Bang Ali. Bang Ali dulu adalah kakak kelas Faiha dan Faiq. Sekarang ia sudah lulus. Bang Ali ini juga tetangga Faiha. Jarak rumah mereka hanya beberapa beberapa meter saja. Kebetulan, ia adalah panitia di lomba ini.
“Pak Rahman,” kata Bang Ali sambil mencium tangan Pak Rahman penuh takzim. Meskipun pak rahman hanyalah seorang penjaga sekolah, tetapi beliaulah yang paling dekat dengan anak-anak SD Negeri 1 Pringan. Hingga lulus pun anak-anak tidak pernah lupa dengan Pak Rahman.
“Ali, sudah besar sekarang kamu ya?”
“Hehe Iya Pak. Selamat ya Pak, Gus Faiq sama Faiha kamu masuk lima besar.”
“Bang Ali serius?” tanya Faiq.
“Iya, Gus. Itu nama-nama peserta yang berhasil lolos ditempel di papan pengumuman,” kata Bang Ali sambil menunjuk papan pengumuman yang sudah dipenuhi kerumunan orang
Faiha berlari menuju kerumunan orang itu. Ingin memastikan bahwa namanya benar –benar tertera di sana. Faiq menyusul. Benar, nama mereka ada diantara orang-orang yang beruntung itu.
Babak kedua dimulai. Babak yang kedua ini tidak selama babak pertama. Kurang lebih satu jam, Faiha dan Faiq sudah keluar dari kelas yang digunakan sebagai tempat perlombaan. Mereka berdua mencari-cari Pak Rahman. Nampaknya, Pak Rahman sedang berbincang-bincang dengan salah satu teman. Faiq dan Faiha pun memutuskan untuk duduk di teras depan kelas sembari menunggu pengumuman kejuaraan. Mereka duduk dalam jarak yang masih aman. Meski usianya masih terbilang cukup dini, mereka sudah tau batasan. Bimbingan dari guru ngaji dan lingkungan yang selama ini mereka tinggali membuat mereka cukup mengerti.
Suasana di sekitar mereka ramai. Banyak orang berjalan lalu lalang. Tapi entah mengapa mereka merasa suasana sepi. Mungkin karena tidak ada orang yang bisa mereka ajak bicara. Kejadian kemarin, surat Faiq untuk Faiha dan penolakan Faiha terhadap surat itu benar-benar membuat mereka berdua merasa canggung. Faiq sendiri sebenarnya ingin memastikan lagi jawaban Faiha.
Faiha, waktu menerima surat dari Faiq dua hari yang lalu, ia tidak tahu harus senang atau malah susah. Faiha pun kemarin sempat ragu atas jawabannya. Akan tetapi, ada sesuatu yang membuat Faiha yakin bahwa keputusannya kemarin adalah benar. Faiha pun mencoba melupakan kejadian itu. Tidak mau mengingat-ingat lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Syahlia Aida
👍👍👍👍
2021-07-24
0
Yunita Dian Kusuma Wardani
Bucin amat
2020-03-21
0