Salah waktu Salam, Faiq Amiruddin

 

"Assalamualaikum.”

“Waalaikumussalam. Kenapa baru pulang, Fa? Ibu dari tadi dimarahin Kakek lho gara\-gara kamu gak pulang\-pulang. Sudah mau magrib ini soalnya,” kata Ibu yang berada di halaman rumah. Ibu sedang mengangkati jemuran.

“Maaf ya, Bu. Tadi Faiha main di sawahnya Kakek sama Pika. Sekarang kakek dimana?” kata Faiha sambil menyandarkan sepedanya ke tembok rumah.

“Baru makan sama masmu. Sana susulin.”

“Nah, ini dia yang ditunggu\-tunggu,” sambut Mas Yusuf ketika Faiha sudah sampai di ruang makan. Sebenarnya bukan ruang makan tapi hanya tempat di sebelah sudut ruangan yang diberi kursi panjang. Kursi itu terbuat dari bambu.

“Kok baru pulang, Fa?” tanya Kakek setelah meneguk segelas air putih.

“Iya, Kek, tadi Faiha habis main di sawahnya Kakek.”

“Yaudah ini makan. Kakek mau persiapan maghriban di masjid dulu. Ayo, Suf. sudah azan itu.”

“Iya, sebentar, Kek. Masakan ibu ini memang tak ada tandingannya. Nyam nyam nyam,” Kata Mas Yusuf sambil menjilat jilat jari tangan kanannya yang tadi ia gunakan untuk makan.

“Seperti gak pernah makan aja to kamu ini, Suf\-Suf,” kata Ibu yang tiba\-tiba datang dari luar rumah.

Setelah selesai makan, menunaikan salat magrib dan mengaji bersama Ibu, Faiha beranjak ke kamar. Mengerjakan tugas sekolah yang bapak ibu guru berikan.

“Alhamdulillah, PR matematikanya sudah selesai,” Faiha tersenyum puas karena bisa mengerjakan tugas itu sendiri tanpa kesulitan yang berarti. Ia memang pintar. Dari kelas satu ia selalu mendapat peringkat pertama di kelasnya. Lalu, disusul Faiq kalu tidak ya Pika. Jika Pika peringkat kedua, Faiq peringkat ketiga. Begitu sebaliknya.

“Oo, iya, taplak meja.” tiba\-tiba Faiha teringat tugas taplak mejanya. Ia pun mengambil kain yang tadi Faiq berikan padanya untuk diberi pola. Dibentangkannya kain itu. Ada sesuatu berwarna putih yang melayang ketika Faiha membentangkannya. Setelah dicari\-cari ternyata ada secarik kertas terjatuh di lantai. Diambilnya kertas tersebut. Lalu kakinya melangkah ke arah meja belajar untuk duduk. Kertas itu dibuka.

Bismillah, Hai, Fa. Sudah dengar berita dari Alsha ataupun Dhia? Berita itu benar. Jujur, aku juga heran. rasa itu muncul begitu saja. Sebentar lagi kita lulus, Abah akan memondokkanku di salah satu pesantren di Jawa Timur. Kamu tahu, di pondok perjodohan itu hal wajar. Melalui surat ini aku hanya minta kepastian untuk duabelas tahun ke depan. Agar ketika dijodohkan aku punya alasan.

 

Salam, Faiq Amiruddin.

Faiha terpenganga. Entah tak tahu apa yang harus dia lakukan. Baginya, waktu terasa terhenti. Suasana hening, hanya suara jarum jam di atas meja belajarnya yang terdengar. Dibaca kembali tulisan yang tertera di atas kertas itu. Berulang kali, apa bemar ini tulisan Faiq? Iya benar ini tulisan Faiq, enam tahun bersama dalam satu kelkas membuat dirinya hafal gaya tulisan teman-teman sekelasnya.

“Mungkin Faiq hanya bercanda, dia kan orangnya tidak pernah serius,” Faiha mencoba menenangkan dirinya. Mencoba melupakan isi surat yang tadi ia baca. Berharap itu hanya sebuah lelucon dari Faiq yang orangnya memang suka guyon. Dilipatnya secarik kertas itu, diletakkannya di bawah tumpukan buku.

“Fa, Mas Yusuf pinjam penggaris dong,” kata Mas Yusuf yang ternyata sudah ada di belakang Faiha.

“Mas Yusuf! Mengagetkan saja. Sejak kapan Mas Yusuf ada di sini?”

“Baru aja kok. Mas Yusuf kesini mau pinjam penggaris. Terus, liat pintu kamarmu terbuka. Kamu juga sedang serius membaca, ya sudah Mas Yusuf masuk saja. Ngomong-ngomong tadi yang adek Mas Yusuf baca apa sih? Kelihatannya serius sekali.”

“Bukan apa-apa” kata Faiha sambil mengambil penggaris di laci meja belajarnya.

“Surat cinta, ya?”

“Sok tau ih Mas Yusuf, udah sana pergi-pergi,” suruh Faiha. Ia pun berdiri dan mendorong kakaknya sampai benar-benar keluar dari pintu kamar.

“Belajar yang rajin biar bisa bahagiain keluarga. Jangan ngurusin cinta-cintaan mulu. Mas yusuf nih, yang nyenengin banyak, tapi gak ada satupun yang Mas Yusuf respon. Resiko orang ganteng ya gini sih, banyak yang antri.”

“Wekk,” Ibu yang tidak sengaja lewat di depan pintu kamar Faiha dan mendengar obrolan mereka berdua tiba-tiba mengeluarkan suara. Seperti jijik dengan apa yang tadi Mas Yusuf katakan. Faiha pun tertawa melihat apa yang dilakukan ibu, sedangkan Mas Yusuf menggaruk-garuk kepala. Malu, jika ternyata ada Ibu disitu.

“Sini Bu, biar Yusuf bantu,” melihat Ibu sedang membawa keranjang berisi penuh dengan pakaian hati Mas Yusuf tidak tega.

“Mau disetrika ya, Bu? Faiha saja yang setrikakan,” tawar Faiha.

“Udah.. udah. Ndak perlu. Kalian belajar aja. Ibu bisa angkat sendiri. Juga biar Ibu saja yang nyetrika.”

Mas Yusuf dan Faiha saling pandang. Sedangkan Ibu sudah berlalu meninggalkan mereka berdua.

“Gelar tiker di depan rumah yuk, Fa. Belajar diluar kayaknya enak deh.”

“That’s a good idea”

“Apa? Mau bikinin mas yusuf kopi Good D..? Ide bagus tuh.”

“That’ssss aaa good iideaa, Mas Yusuf. Bukan mau bikinin kopi Good D...”

“Haha, makanya kalau ngonmong bahasa Inggris masih belepotan mending ga usah ngomong.’”

Mas yusuf orangnya memang begitu. tidak pernah mau mengakui kepandaian adiknya. Bahkan, jika Faiha pulang membawa berita gembira, seperti dapat peringkat pertama atau memenangkan juara di ajang lomba, Ia tidak pernah memuji Faiha dengan kata-kata. Mengucapkan selamat pun tidak. Sikap Mas Yusuf yang seperti itu, kadang membuat sedih Faiha. Hal itu dilakukan Mas Yusuf bukan tanpa tujuan dan alasan. Mas Yusuf tidak mau adiknya tenggelam dalam pujian, karena terkadang pujian itu mematikan. Mas Yusuf tetap mengapresiasi, tetapi lewat tindakan. Biasanya ia membelikan peralatan tulis untuk Faiha kalau tidak mengajaknya jalan-jalan. Tapi ia juga tidak bilang kalau itu adalah hadiah untuk Faiha karena telah memenagkan suatu perlombaan. Sikap seperti itu ia warisi dari kakeknya.

Terpopuler

Comments

Syahlia Aida

Syahlia Aida

Bagus isi suratnya 👍👍👍👍

2021-07-24

0

Miftahul Hudin

Miftahul Hudin

masih SD udah surat2an.ckcckck..mengingatkan masa kecil dulu

2021-03-19

1

Yunita Dian Kusuma Wardani

Yunita Dian Kusuma Wardani

Hemm heemm ciee

2020-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!