Sambil berjalan menuju ke tempat kerjanya dan masih kesal kepada pihak kepolisan itu, terutama kepada ketua anggota tim divisi kriminal yang menolak laporan itu. Psi kehilang fokus di jalanan tanpa sengaja menabrak seorang pria.
" Maaf " Ujar Psi sambil menunduk ke bawah.
" Maaf juga" Ujar Pria itu terburu-buru dan pergi meninggalkan Psi sendirian. Psi terdiam sejenak ketika pria itu menabraknya. Dalam sekilas ingatan muncul walapun hanya sebentar.
"Di mana seorang pria berlari mengejar seorang anak kecil, sang anak itu tidak berdaya cuma hanya bisa menangis dan berlari berharap pria itu berhenti mengejarnya." Potongan ingatan yang tiba tiba muncul membuat Psi merasakan sakit kepala, sambil memegang kepala dengan kedua tanganya.
Dengan pelan Psi mengambil obatnya yang berada di sakunya dan memakanya dengan tangan gemetaran, Dan berusaha mengatur napasnya. Psi terus berjalan langkah demi langkah menuju tempat kerjanya. Dan berusaha terus tenang.
" Brak " Suara pintu cafe terbuka dengan lebar.
Psi berjalan masuk ke dalam cafe. Rekan kerjanya melihat Psi datang berjalan masuk dan bertanya kepada Psi.
" Kamu pergi ke mana saja, Kamu membuat aku khawatir " Ujar Vivi teman rekan kerjanya yang bertanya kepada Psi yang baru datang.
" Dari kantor polisi" Ujar Psi pergi berjalan menuju kasirnya. Vivi tersentak kaget akan pertanyaan Psi, Vivi berjalan menuju arah psi dan bertanya.
" Kenapa?" Ujarnya sambil kepo. Tidak selang berapa lama.
Siaran berita tv muncul seorang wanita bunuh diri. Psi telah tiba di tempatnya. Dan menarik Vivi untuk melihat berita itu dan berkata.
" Coba kamu menonton berita itu?" Ujar Psi sambil tersenyum dan menujuk tanganya ke arah berita itu. Vivi melihat arah pandang Psi, Vivi pun juga melihat berita itu.
" Astaga bukan kah wanita itu membeli kopi di cafe ini" Ujar sambil tersontak kaget dan menutup mulutnya dengan kedua tanganya.
" Saya menjadi saksi " Ujarnya dengan singkat
"Saksi?" Ujar rekanya kebingungan. Psi melanjutkan perkataanya yang belum selesai.
" Ya, Saksi kebetulan saya berada di lokasi kejadian" Ujarnya sambil tersenyum.
"Kamu menjadi saksi apakah sebabnya mukamu menjadi pucat" Ujar Vivi memegang wajah dan mengecek dahinya Psi.
" Tidak panas, Tapi kenapa mukamu pucat " Ujar Vivi kebingungan. Psi terdiam sejenak dan mengingat sekilas kejadian barusan dengan perasaan janggal.
" Mungkin aku kecapean " Ujarnya langsung menjawab pertanyaan Vivi.
" Oh benarkah , Tapi kenapa wanita itu bunuh diri ya? Apa Dia dalam keaadan mabuk jadi, Dia tidak sadar dan akhirnya terjun ke bawah?" Ujar Vivi kebinggungan dan melanjutkan perkataanya yang belum selesai.
" Padahal tasnya ketinggalan " Ujar Vivi dan mengambil tas perempuan itu dan memberikan kepada Psi.
" Ah benarkah, " Ujar psi. Vivi menyerahkan tas perempuan itu kepada Psi.
" Psi nanti kamu serahkan aja nanti ke kantor polisi " Ujarnya Vivi yang tiba tiba merapikan tasnya bersiap untuk pulang. Psi melihat Vivi tiba-tiba merapikan tasnya. Langsung bertanya kepada Vivi.
" Aku menyerahkan ini ke kantor polisi, kamu mau kemana ? bukankah kamu bisa memberikanya langsung " Ujar Psi sedikit kesal melihat Vivi bersiap untuk pulang. Padahal masih tersisa beberapa jam untuk pulang.
" Aku ada urusan Psi. Tadi aku mendapat kabar ibuku masuk ke rumah sakit, Aku sudah meminta izin sama bos, Jadi kamu serahkan aja tasnya ke kantor polisi. Lagi pula tidak jauh " Ujarnya dan begegas keluar dari cafe itu.
" Hey " ujar Psi yang sambil berteriak kepada rekanya itu. Psi yang masih kesal dengan kepolisian dan melihat tas perempuan itu.
Selang beberapa jam, waktunya untuk menutup cafe itu. Seperti biasa Psi merapikan cafe itu dan bersiap untuk pulang. Psi melihat tas perempuan itu dan mengambilnya sambil menghela napas. Dan bergumam kepada diri sendiri.
" Tadi siang aku membuat keributan di kepolisian, Sekarang aku harus menyerahkan tas itu kepada polisi" Ujarnya sambil mengaruk kepalanya.
" Tau lah " Ujarnya dengan kesal. Psi mengambil tas itu dan bersiap berjalan ke kantor polisi. Dan berusaha melupaka kejadian tadi pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments