Woi Calon Istri!
—Sean—
****
Suasana ruang makan itu begitu sunyi. Sesekali Olive melirik ke arah Safira yang terlihat gugup sambil memakan hidangan di depannya. Untuk pertama kalinya Safira bertemu dengan mama Sean, yang sebentar lagi akan berubah status menjadi mama mertuanya.
Kesan pertama begitu dingin, Olive memang belum menyetujui pernikahan mereka. Perempuan tua itu tidak siap kalau Sean, anak kesayangannya itu harus menikah. Rasanya ia ingin menolak kenyataan kalau anaknya itu kini sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa. Olive rasanya belum sanggup untuk melepas Sean pada perempuan mana pun.
"Safira punya adik?" Olive bersuara, memecah keheningan di sana. Safira yang sejak tadi hanya bengong menatap piringnya, pelahan mengalihkan pandangannya ke arah Olive.
Gadis itu mengerjap beberapa kali karena gugup, bahkan lidahnya terasa sangat keluh untuk menjawab. "F—Fira anak tunggal, tante."
"Oh jadi kamu cuma berdua sama ayah kamu?"
Kepalanya mengangguk kaku. "Iya, tapi ada mbok Nah yang ngurus rumah."
Olive memandangnya tajam. "Berapa umur kamu?"
"24 tahun, tante."
Olive mendesah. Safira masih terlalu muda untuk menikah. Ia tidak yakin Safira bisa menjalankan kewajibannya kalau nanti ia menikah dengan Sean.
"Waktu kuliah dimana?" Olive kembali bertanya.
"Universitas Indonesia."
Semua mata yang ada di sana membelalak tidak percaya. Safira sedikit menegakan tubuhnya bangga. Dulu, saat masih sekolah ia selalu masuk tiga besar, setelah lulus ia melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Bisa dibilang hanya anak-anak yang memiliki otak cerdas yang bisa masuk ke Universiatas tersebut.
Kalau dibandingkan dengan Sean, Safira memang jauh lebih pintar, beruntung saja lelaki itu terlahir dari keluarga kaya raya yang Safira rasa kekayaannya tidak akan habis hingga tujuh turunan.
"Widihh ... pinter juga lo," timpal Sean.
Safira menyelipkan rambutnya pada balik telinga, lalu tersenyum tipis. "Hem, gak juga kok," ujarnya pura-pura merendah, padahal sejak tadi ia ingin menyombongkan itu di depan mama Sean.
"Tapi Safira bisa masak?" celetuk Olive yang seketika membuat Safira menjatuhkan sendoknya ke atas piring.
Mampus! Menyalahkan kompor saja ia bingung, apa lagi memasak. Ia lantas tersenyum canggung. "Hem ... bisa tapi sedikit," jawabnya ngaco.
Tiga orang yang mengelilingi meja makan itu serentak mengangkat wajah mereka, menghujani Safira dengan tatapan bingung.
"Sedikit tuh kayak gimana, Fir?" Kali ini Sean yang menyeletuk, membuat Safira kembali menyengir kaku.
"Hem ... maksudnya bisa, tapi cuma masak mie instan."
Sontak saja Sean tergelak kencang di mejanya dan Bagaskara yang sejak tadi terdiam ikut-ikutan terkekeh mendengar jawaban gadis itu. Sean tidak habis pikir, bahkan Bella saja yang seorang model terkenal bisa memasak. Masa Safira yang anak rumahan tidak bisa memasak?
"Mie instan doang gue juga bisa, Fir," ledek Sean.
Safira mencebik, memutar kedua bola matanya menatap wajah setiap orang yang berada di ruangan tersebut. "Maaf," lirihnya.
Sean masih tertawa geli. Perempuan macam apa si Safira ini? Kenapa ia terlihat begitu polos dan lucu?
Olive mendesah pasrah sembari memijat kepalanya yang pusing. "Haduh, kamu mau kasih makan Sean mie instan setiap hari, Fir?" keluhnya.
Di balik sifat sempurna seorang Safira, ternyata ia memiliki kekurangan juga.
"Udah-udah." Bagaskara menyela cepat. "Gak apa-apa kok, nanti kan bisa belajar sama mama, ya kan, ma?"
Olive mengangguk lemah. Iya, terpaksa ia harus mengajari Safira memasak kalau tidak mau perut Sean keriting karena terlalu banyak makan mie instan.
***
Di dalam mobil Sean tidak berhenti tertawa. Kejadian lucu beberapa jam yang lalu masih berputar-putar di otaknya. Si Lugu Safira. Panggilan baru Sean untuk gadis itu. Sean tak habis pikir, ternyata masih ada gadis seperti Safira di dunia ini. Kalau saja Safira bertemu dengan lelaki brengsek, mungkin dirinya sudah dimanfaatkan karena kepolosannya itu.
"Berhenti ngetawain saya! Itu gak lucu, Sean!"
"Nyokap gue adalah orang pertama yang harus lo lawan. Dia bisa nyerang elo kapan pun dia mau, kayak yang di meja makan tadi." Sean terkikik geli.
"Saya rasanya seperti akan mati di tempat. Pertanyaan ibu kamu bener-bener nakutin."
"Elo gak bisa terlalu lugu kayak tadi. Coba cara yang lebih licik, kalo elo terus bersikap kayak gini, nyokap gue gak akan ngasih izin gue buat nikahin lo."
Safira merengut. "Cara kayak gimana? Saya belum berpengalaman dalam urusan ini, apa lagi ngadepin calon ibu mertua." Ia memberi penekanan pada kata ibu mertua.
"Gue juga yakin kalo elo belom berpengalaman dalam urusan percintaan. Elo pasti belom pernah pacaran, kan?"
Safira menengok tepat ke sebelahnya, menatap Sean yang sedang menahan tawa. "Kok tahu? Emang kelihatan banget, ya?"
Sean tidak tahan untuk tidak tergelak. Tatapan Safira terlihat begitu polos.
"Ya iyalah ... dari tampang lo aja udah kelihatan." Tawa Sean semakin pecah, ia bahkan sampai mencengkram stir mobil karena terlalu geli. "Elo bahaya banget kalo ketemu sama cowok yang salah, bisa-bisa lo di manfaatin nanti."
"Bukannya sekarang kamu juga lagi manfaatin saya?" dengus Safira kesal. Terdengar nada mengejek saat ia mengatakan itu.
Bagaimana bisa Sean mengingatkan Safira untuk berhati-hati sedangkan lelaki itu adalah sosok yang paling berbahaya untuknya.
"Gue gak lagi maanfaatin lo, ya!" sanggah Sean cepat. "Dalam kasus ini, kita berdua sama-sama saling membutuhkan. Gue gak sama, kayak cowok-cowok brengsek yang coba manfaatin lo!"
"Tapi tetap aja perjanjian yang kamu buat gak ada untungnya buat saya."
Sean tertawa kecil. Sikap protes Safira memang bisa membuat siapa saja yang melihat tak mampu menahan gelak tawa. Gadis dewasa mana yang masih memanyunkan bibirnya saat sedang kesal.
"Nyebelin ih!" dengus Safira.
Tidak ada perdebatan lagi setelahnya. Sean fokus dengan jalanan di depannya, sementara Safira menatap keluar jendela sembari berpikir, bagaimana kehidupan pernikahannya dengan Sean nanti. Menyandang status sebagai seorang Istri, mempunyai mertua segalak mama Olive, dan lebih dari itu, pernikahan mereka pasti akan diketahui publik, secara Sean sangat terkenal di kalangan para pemburu berita.
Sean menghentikan mobilnya tepat di depan bangunan bergaya eropa klasik. Meskipun gaya rumah itu dapat dikatakan klasik, tapi memiliki kesan yang mewah karena terdapat tiang-tiang yang mengelilingi bangunan itu. Walaupun tidak sebesar rumah Sean, tapi rumah itu sungguh nyaman untuk Safira tempati bersama Ayah.
"Udah sampe." Safira sedikit tersentak. Suara Sean membuyarkan lamunannya. "Besok gue bakalan ke sini lagi."
Safira sedikit memutar badannya menatap Sean. "Ngapain?" Kemudian melepas seatbelt di tubuhnya.
"Ketemu bokap lo."
Safira mengangguk. Ah iya, melupakan itu. Sampai saat ini hanya ayah yang belum tahu rencana pernikahan mereka.
"Jam berapa kamu mau ke rumah saya?"
"Pulang kerja, sekitar jam empat sore. Kenapa?"
"Besok ayah udah dibolehin pulang ke rumah, saya mau jemput dia. Kalo kamu datengnya pas jam istirahat, saya sama ayah kayaknya belum ada di rumah."
"Oh .... Apa mau gue jemput sekalian?" tanya Sean santai.
"Nggak usah, saya di jemput mas Angga kok. Kamu langsung ke rumah aja."
"Hah? Siapa?" Sean mendengar nama asing di telinganya. Safira belum bercerita tentang sosok Angga di kehidupannya kepada Sean.
"Kakak saya." Sean melipat dahinya, terlihat seperti sedang meminta penjelasan.
"Kakak angkat, tapi udah seperti keluarga sendiri." Bibir Sean membentuk huruf O yang sepertinya tanda bahwa ia sudah paham. "Saya masuk ya ... kamu hati-hati di jalan, salam untuk pak Bagaskara dan ibu Olive."
Sean menatap punggung Safira yang berjalan masuk ke perkarangan rumahnya. Tubuh gadis itu memang kecil dan tidak terlalu tinggi, berbeda dengan Bella yang memiliki tubuh profesional seorang model. Tapi, wajah Safira tidak kalah cantik dari Bella. Meski hanya dengan make up tipis, gadis itu terlihat sangat manis dan cantik. Apalagi saat tersenyum.
"Woi, calon Istri," teriak Sean dari ambang pintu mobil.
Safira membalikkan badannya menatap ke arah lelaki itu dengan geram. Apa-apaan sih? Teriak malem-malem kayak gini, dan apa tadi, calon istri?
"Jangan lupa mimpiin gue, ya," ledeknya.
****
ahhh ... adakah yang nunggu cerita ini??? ramein dong, share ke orang-orang haha promosiin wkwkwk ajak temen-temen kalian suruh pada baca biar gue semangat wkwkwk kalo semangat kan bisa update tiap hari 🤧🤧🤧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Tian™
anjirrr ngakak😂
2023-09-15
1
Yohani Silalahi
kok aku takut ya pernikahan ini buat safira terluka.
2023-08-02
0
TikTikTik
saya suke
saya suke
😍😍😍
2022-02-08
0